Gunungkidul (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), menyusun peta kerawanan bencana alam pada musim hujan dalam rangka mengantisipasi dan mengurangi dampak bencana.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunungkidul Purwono di Gunungkidul, Rabu, mengatakan BPBD Gunungkidul telah memetakan potensi bencana pada masa pancaroba dengan melibatkan Organisasi Perangkat Daerah (OPD), lurah, panewu atau camat, hingga relawan.
"Kami membahas skenario kemungkinan debit hujan tinggi, antisipasi teknis, dan penyusunan peta rawan bencana," kata Purwono.
Ia mengatakan secara garis besar sebaran peta wilayah rawan bencana hampir sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Pemetaan rawan bencana saat peralihan dari musim kemarau ke musim penghujan telah dilakukan.
"Peta bencana sangat penting untuk mengantisipasi dampak bencana alam, seperti banjir dan tanah longsor, selama musim hujan. Belakangan hujan mulai turun di sejumlah wilayah dengan intensitas sedang," katanya.
Purwono mengatakan adapun potensi bencana berdasarkan pemetaan yakni potensi angin kencang dan puting beliung di zona tengah seperti Kapanewon Semanu, Wonosari, Paliyan. Kemudian banjir luapan sungai membentang di bantaran Kali Oya dari Kapanewon Semin, Ngawen, Karangmojo, Wonosari, Nglipar, hingga Kapanewon Playen.
Untuk potensi longsor ada di zona utara, seperti Gedangsari, dan Ngawen.
"Sekali lagi rakor penting dilaksanakan demi meningkatkan konsolidasi multi pihak penanggulangan bencana," katanya.
Terkait kesiapan alat sistem peringatan dini (EWS), Purwono mengatakan di Gunungkidul ada 30 titik, namun beberapa diantaranya bermasalah. EWS mampu menangkap pergerakan tanah dan sangat efektif sebagai upaya pencegahan jatuhnya korban.
"EWS longsor di zona utara. EWS longsor masih fungsi ada di Sampang dan Watugajah, Kapanewon Gedangsari," katanya.
Sementara itu anggota Forum Pengurangan Resiko Bencana (FPRB) Kelurahan Kemadang, Surisdiyanto, mengatakan EWS tsunami tersebar di sejumlah titik, seperti Pantai Sadeng, Sepanjang, Pantai Baron, Pantai Wediombo, Krakal, Gesing, dan Baron dua.
"Tidak semua berfungsi optimal karena diantaranya mengalami kerusakan. Kami sudah mengusulkan adanya perbaikan, semoga segera diperbaiki," katanya.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunungkidul Purwono di Gunungkidul, Rabu, mengatakan BPBD Gunungkidul telah memetakan potensi bencana pada masa pancaroba dengan melibatkan Organisasi Perangkat Daerah (OPD), lurah, panewu atau camat, hingga relawan.
"Kami membahas skenario kemungkinan debit hujan tinggi, antisipasi teknis, dan penyusunan peta rawan bencana," kata Purwono.
Ia mengatakan secara garis besar sebaran peta wilayah rawan bencana hampir sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Pemetaan rawan bencana saat peralihan dari musim kemarau ke musim penghujan telah dilakukan.
"Peta bencana sangat penting untuk mengantisipasi dampak bencana alam, seperti banjir dan tanah longsor, selama musim hujan. Belakangan hujan mulai turun di sejumlah wilayah dengan intensitas sedang," katanya.
Purwono mengatakan adapun potensi bencana berdasarkan pemetaan yakni potensi angin kencang dan puting beliung di zona tengah seperti Kapanewon Semanu, Wonosari, Paliyan. Kemudian banjir luapan sungai membentang di bantaran Kali Oya dari Kapanewon Semin, Ngawen, Karangmojo, Wonosari, Nglipar, hingga Kapanewon Playen.
Untuk potensi longsor ada di zona utara, seperti Gedangsari, dan Ngawen.
"Sekali lagi rakor penting dilaksanakan demi meningkatkan konsolidasi multi pihak penanggulangan bencana," katanya.
Terkait kesiapan alat sistem peringatan dini (EWS), Purwono mengatakan di Gunungkidul ada 30 titik, namun beberapa diantaranya bermasalah. EWS mampu menangkap pergerakan tanah dan sangat efektif sebagai upaya pencegahan jatuhnya korban.
"EWS longsor di zona utara. EWS longsor masih fungsi ada di Sampang dan Watugajah, Kapanewon Gedangsari," katanya.
Sementara itu anggota Forum Pengurangan Resiko Bencana (FPRB) Kelurahan Kemadang, Surisdiyanto, mengatakan EWS tsunami tersebar di sejumlah titik, seperti Pantai Sadeng, Sepanjang, Pantai Baron, Pantai Wediombo, Krakal, Gesing, dan Baron dua.
"Tidak semua berfungsi optimal karena diantaranya mengalami kerusakan. Kami sudah mengusulkan adanya perbaikan, semoga segera diperbaiki," katanya.