Yogyakarta (ANTARA) - Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta mendukung kolaborasi penelitian kanker leher rahim atau serviks bersama staf Ginekologi Onkologi Muenster University Hospital Jerman Prof Ralph J Lelle yang berlangsung di provinsi ini.
"Terkait penelitian semacam ini, pada prinsipnya Pemda DIY siap mendukung dengan harapan hasilnya nanti bisa memiliki efek berganda," kata Wakil Gubernur DIY KGPAA Paku Alam X seusai menerima audiensi Ralph J Lelle di Gedhong Pare Anom, Kompleks Kepatihan, Yogyakarta, Rabu.
Paku Alam X berharap kolaborasi penelitian yang telah dijalankan tersebut bisa berkelanjutan dan progresnya mampu menambah pengetahuan serta menjadi upaya pencegahan kanker serviks.
"Mengenai kanker serviks, kita ini punya budaya malu, apalagi pada perempuan. Dan saya harap, ke depannya apapun agenda yang akan dilakukan anda di DIY, saya harapkan harus ada transfer pengetahuan, baik bagi masyarakat umum maupun masyarakat akademik," kata dia.
Penelitian yang dilakukan di Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta melibatkan 21 Puskesmas dengan 2.100 sampel.
Selain melakukan deteksi dini kepada 2.100 perempuan, penelitian ini juga dilakukan dengan pengisian kuesioner.
Prof Lelle mengakui rasa malu masyarakat di DIY menjadi masalah utama dalam pelaksanaan penelitian kanker serviks itu.
Namun, karena hal tersebut adalah budaya masyarakat Indonesia pada umumnya, menurut dia, harus tetap dihadapi, dengan terus melakukan sosialisasi.
Selanjutnya bersama tim, Prof Lelle berencana melakukan penelitian lanjutan di daerah lain di DIY yang diperkirakan memiliki peluang penderita kanker serviks lebih tinggi.
"Rencananya, kami akan memilih Bantul untuk penelitian selanjutnya. Selain itu, kami juga ada program pelatihan bagi dokter-dokter kandungan dari DIY untuk tahu lebih jauh tentang kanker serviks. Pelatihan akan dilakukan langsung di Jerman selama empat minggu," kata dia.
Kepala Dinas Kesehatan DIY, Pembajun Setyaningastutie menyebut Pemda DIY memang tengah berupaya menurunkan angka penderita kanker serviks dan kanker payudara.
Dengan adanya penelitian kolaborasi bersama akademisi dari Jerman itu, Pembajun berharap mampu sejalan dan saling mengisi dengan program-program yang tengah dan akan dijalankan Pemda DIY.
"Kami pun berharap hasil penelitian yang telah dilakukan di Kulon Progo bisa dikomparasikan dengan yang dilakukan di daerah lain. Karena wilayah Kulon Progo itu di daerah pinggir, kami harap penelitian selanjutnya bisa di daerah kota. Kalau berencana di Bantul, mungkin bisa di daerah yang berdekatan dengan Kota Yogyakarta," kata Pembajun.
"Terkait penelitian semacam ini, pada prinsipnya Pemda DIY siap mendukung dengan harapan hasilnya nanti bisa memiliki efek berganda," kata Wakil Gubernur DIY KGPAA Paku Alam X seusai menerima audiensi Ralph J Lelle di Gedhong Pare Anom, Kompleks Kepatihan, Yogyakarta, Rabu.
Paku Alam X berharap kolaborasi penelitian yang telah dijalankan tersebut bisa berkelanjutan dan progresnya mampu menambah pengetahuan serta menjadi upaya pencegahan kanker serviks.
"Mengenai kanker serviks, kita ini punya budaya malu, apalagi pada perempuan. Dan saya harap, ke depannya apapun agenda yang akan dilakukan anda di DIY, saya harapkan harus ada transfer pengetahuan, baik bagi masyarakat umum maupun masyarakat akademik," kata dia.
Penelitian yang dilakukan di Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta melibatkan 21 Puskesmas dengan 2.100 sampel.
Selain melakukan deteksi dini kepada 2.100 perempuan, penelitian ini juga dilakukan dengan pengisian kuesioner.
Prof Lelle mengakui rasa malu masyarakat di DIY menjadi masalah utama dalam pelaksanaan penelitian kanker serviks itu.
Namun, karena hal tersebut adalah budaya masyarakat Indonesia pada umumnya, menurut dia, harus tetap dihadapi, dengan terus melakukan sosialisasi.
Selanjutnya bersama tim, Prof Lelle berencana melakukan penelitian lanjutan di daerah lain di DIY yang diperkirakan memiliki peluang penderita kanker serviks lebih tinggi.
"Rencananya, kami akan memilih Bantul untuk penelitian selanjutnya. Selain itu, kami juga ada program pelatihan bagi dokter-dokter kandungan dari DIY untuk tahu lebih jauh tentang kanker serviks. Pelatihan akan dilakukan langsung di Jerman selama empat minggu," kata dia.
Kepala Dinas Kesehatan DIY, Pembajun Setyaningastutie menyebut Pemda DIY memang tengah berupaya menurunkan angka penderita kanker serviks dan kanker payudara.
Dengan adanya penelitian kolaborasi bersama akademisi dari Jerman itu, Pembajun berharap mampu sejalan dan saling mengisi dengan program-program yang tengah dan akan dijalankan Pemda DIY.
"Kami pun berharap hasil penelitian yang telah dilakukan di Kulon Progo bisa dikomparasikan dengan yang dilakukan di daerah lain. Karena wilayah Kulon Progo itu di daerah pinggir, kami harap penelitian selanjutnya bisa di daerah kota. Kalau berencana di Bantul, mungkin bisa di daerah yang berdekatan dengan Kota Yogyakarta," kata Pembajun.