Gunungkidul (ANTARA) - Kelompok Sadar Wisata Gunung Api Purba Nglanggeran di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, memanfaatkan sumur bor untuk mengisi air Embung Nglanggeran supaya guna menjaga keindahan untuk dinikmati wisatawan yang berkunjung.
Sekretaris Pokdarwis Nglanggeran Sugeng Handoko di Gunungkidul, Jumat, mengatakan Embung Nglanggeran juga berfungsi untuk pengairan kebun buah, sehingga menjadi prioritas utama untuk fungsi irigasi.
"Kami sudah membuat sumur bor dan diisikan ke embung sejak beberapa tahun yang lalu, biasanya aman tidak sampai habis/kering. Namun untuk tahun ini kemarau super panjang jadi debit air tinggal sedikit," kata Sugeng.
Ia mengatakan kecilnya debit air Embung Nglanggeran mengurangi daya tarik, karena airnya habis. Namun menjadi fenomena langka juga dan wisatawan juga bisa tahu kondisi dasar embung.
"Kami berdoa agar segera turun hujan, karena petani di desa kami juga sudah bersiap mengolah lahan dan bercocok. Kegiatan ini juga menjadi daya tarik wisatawan yang berkunjung di Nglanggeran," katanya.
Sementara itu, salah seorang pengelola Embung Nglanggeran Suwarno mengatakan air Embung Nglanggeran sudah surut sejak dua bulan terakhir.
"Sekarang menyisakan air sekitar 20-30 cm," kata Suwarna.
Ia mengatakan kondisi seperti ini terjadi jika kemarau cukup panjang sebab, sumber air untuk mengisi embung sebagian besar berasal dari air hujan, dan ditambah sumber air.
Air embung digunakan untuk mengairi tanaman durian dan kelengkeng sekitar 20 hektare. Penurunan air ini membuat pengunjung kecewa.
"Ada pengunjung yang kecewa, karena airnya surut. Penurunan sekitar 50 persen dibandingkan hari biasa sebelum surut," kata dia.
Suwarno mengatakan, jika rata-rata saat airnya normal kunjungan hari biasa bisa mencapai 100-an wisatawan. Saat ini sekitar 40 sampai 50-an orang per hari.
Hujan yang sudah mulai mengguyur wilayah Gunungkidul menjadi harapan baru.
"Semoga hujan segera turun, karena tanaman buah juga perlu pengairan. Air embung sudah habis," kata dia
Salah satu pengunjung Nglanggeran Ernita mengatakan suasana kawasan embung yang sejuk, membuatnya nyaman.
Meski diakuinya air embung yang surut membuatnya tidak bisa melihat kondisi seperti yang beredar di media sosial.
"Embung lagi agak surut tidak bisa melihat penuhnya. Tidak terlalu kecewa karena ke sini untuk menikmati alam. Saya bisa melihat dasar embung dan menikmati matahari terbenam yang sungguh indah," katanya.
Sekretaris Pokdarwis Nglanggeran Sugeng Handoko di Gunungkidul, Jumat, mengatakan Embung Nglanggeran juga berfungsi untuk pengairan kebun buah, sehingga menjadi prioritas utama untuk fungsi irigasi.
"Kami sudah membuat sumur bor dan diisikan ke embung sejak beberapa tahun yang lalu, biasanya aman tidak sampai habis/kering. Namun untuk tahun ini kemarau super panjang jadi debit air tinggal sedikit," kata Sugeng.
Ia mengatakan kecilnya debit air Embung Nglanggeran mengurangi daya tarik, karena airnya habis. Namun menjadi fenomena langka juga dan wisatawan juga bisa tahu kondisi dasar embung.
"Kami berdoa agar segera turun hujan, karena petani di desa kami juga sudah bersiap mengolah lahan dan bercocok. Kegiatan ini juga menjadi daya tarik wisatawan yang berkunjung di Nglanggeran," katanya.
Sementara itu, salah seorang pengelola Embung Nglanggeran Suwarno mengatakan air Embung Nglanggeran sudah surut sejak dua bulan terakhir.
"Sekarang menyisakan air sekitar 20-30 cm," kata Suwarna.
Ia mengatakan kondisi seperti ini terjadi jika kemarau cukup panjang sebab, sumber air untuk mengisi embung sebagian besar berasal dari air hujan, dan ditambah sumber air.
Air embung digunakan untuk mengairi tanaman durian dan kelengkeng sekitar 20 hektare. Penurunan air ini membuat pengunjung kecewa.
"Ada pengunjung yang kecewa, karena airnya surut. Penurunan sekitar 50 persen dibandingkan hari biasa sebelum surut," kata dia.
Suwarno mengatakan, jika rata-rata saat airnya normal kunjungan hari biasa bisa mencapai 100-an wisatawan. Saat ini sekitar 40 sampai 50-an orang per hari.
Hujan yang sudah mulai mengguyur wilayah Gunungkidul menjadi harapan baru.
"Semoga hujan segera turun, karena tanaman buah juga perlu pengairan. Air embung sudah habis," kata dia
Salah satu pengunjung Nglanggeran Ernita mengatakan suasana kawasan embung yang sejuk, membuatnya nyaman.
Meski diakuinya air embung yang surut membuatnya tidak bisa melihat kondisi seperti yang beredar di media sosial.
"Embung lagi agak surut tidak bisa melihat penuhnya. Tidak terlalu kecewa karena ke sini untuk menikmati alam. Saya bisa melihat dasar embung dan menikmati matahari terbenam yang sungguh indah," katanya.