Jember, Jawa Timur (ANTARA) - Project Officier Migrant Care Jember Bambang Teguh Karyanto memaparkan tentang adanya pekerja migran Indonesia (PMI) asal Kabupaten Jember, Jawa Timur yang terpapar radikalisme.
"Jumlah pekerja migran yang terpapar radikalisme secara nasional cukup banyak berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan di Jember juga ada," katanya dalam kegiatan diskusi memperingati Hari Migran Internasional di Jember, Selasa.
Menurutnya beberapa tahun lalu banyak pekerja migran Indonesia yang sengaja dijadikan kurir narkoba, kasus tindak pidana perdagangan orang (TPPO), scaming, serta judi daring atau online, kemudian terakhir pihaknya memantau ada yang terpapar paham ekstremisme atau radikalisme.
"Penyebab pekerja migran itu mudah terpapar karena minimnya informasi yang didapat dan sering kali mereka bekerja di rumah tangga yang akses dan mobilitasnya terbatas," tuturnya.
Ia menjelaskan pembelajaran agama yang paling mudah didapat pekerja migran melalui media sosial dan seringkali media-media sosial yang mereka pakai itu mengajarkan ujaran kebencian yang tidak terkonfirmasi, sehingga tidak sadar mereka terpapar radikalisme.
"Selain itu belum adanya edukasi yang diberikan pada calon pekerja migran tentang radikalisme yang spesifik, sehingga mereka tidak mampu mengidentifikasi tindakan yang mengarah pada radikalisme," katanya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Migrant Care Jember paparkan adanya PMI terpapar radikalisme
"Jumlah pekerja migran yang terpapar radikalisme secara nasional cukup banyak berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan di Jember juga ada," katanya dalam kegiatan diskusi memperingati Hari Migran Internasional di Jember, Selasa.
Menurutnya beberapa tahun lalu banyak pekerja migran Indonesia yang sengaja dijadikan kurir narkoba, kasus tindak pidana perdagangan orang (TPPO), scaming, serta judi daring atau online, kemudian terakhir pihaknya memantau ada yang terpapar paham ekstremisme atau radikalisme.
"Penyebab pekerja migran itu mudah terpapar karena minimnya informasi yang didapat dan sering kali mereka bekerja di rumah tangga yang akses dan mobilitasnya terbatas," tuturnya.
Ia menjelaskan pembelajaran agama yang paling mudah didapat pekerja migran melalui media sosial dan seringkali media-media sosial yang mereka pakai itu mengajarkan ujaran kebencian yang tidak terkonfirmasi, sehingga tidak sadar mereka terpapar radikalisme.
"Selain itu belum adanya edukasi yang diberikan pada calon pekerja migran tentang radikalisme yang spesifik, sehingga mereka tidak mampu mengidentifikasi tindakan yang mengarah pada radikalisme," katanya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Migrant Care Jember paparkan adanya PMI terpapar radikalisme