Sleman (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), menargetkan pada 2024 sudah memiliki empat Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) sehingga mampu mengelola sampah yang diproduksi masyarakat di wilayah itu secara mandiri.
"Target kami pada 2024 di Sleman sudah ada empat TPST yang beroperasi sehingga Sleman mampu mengolah sampah produksi masyarakat secara mandiri," kata Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo di sela kegiatan peresmian TPST Tamanmartani Kalasan, Kamis.
Menurut dia, hal ini juga sesuai dengan arahan dari Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X yang meminta agar masing-masing kabupaten/kota dapat mengelola sampah produksi masyarakat secara mandiri.
"Kami optimistis 2024 Sleman mampu mengelola sampah secara mandiri. Hari ini TPST Tamanmartani mulai beroperasi untuk wilayah Sleman timur. Nanti segera beroperasi TPST Sendangsari di Minggir untuk wilayah Sleman barat, dan menyusul dua TPST lagi di wilayah Sleman Tengah," katanya.
Baca juga: Strategi Sleman mengatasi masalah sampah produksi rumah tangga
Ia mengatakan untuk TPST Tamanmartani yang mulai beroperasi hari ini nantinya skema pengelolaan sampah diolah menjadi Refuse Derived Fuel (RDF) atau sering disebut keripik sampah.
"Pemkab Sleman bekerja sama dengan PT Solusi Bangun Indonesia (SBI) dalam pengelolaan sampah di wilayah itu untuk diolah menjadi RDF atau bahan bakar alternatif pengganti batu bara. Nantinya RDF yang diproduksi di TPST ini akan diambil oleh PT SBI," katanya.
Kustini mengatakan TPST Tamanmartani mampu menampung maksimal hingga 90 ton sampah per hari.
"Satu modul diperkirakan bisa menampung hingga 30 ton sampah per hari, dengan 50 persen dari sampah yang diolah tersebut bisa menjadi RDF," katanya.
Baca juga: Sleman membentuk pengelola sampah mandiri tingkat padukuhan
TPST Tamanmartani di Kapanewon Kalasan dibangun dengan anggaran Rp6,7 miliar untuk pematangan lahan dan konstruksi Rp7,4 miliar, yang bersumber dari APBD Kabupaten Sleman sebesar Rp7,4 miliar dan Dana Keistimewaan (Danais) DIY sebesar Rp6,8 miliar, dengan pagu anggaran operasional Rp2,4 miliar.
Ia mengatakan kerja sama dengan PT SBI ini diharapkan bisa menjadi solusi mengatasi permasalahan sampah di Kabupaten Sleman.
Dalam kerja sama ini sampah anorganik yang dari Sleman yang sudah diolah menjadi RDF di TPST akan dipasok ke PT SBI di Cilacap, Jawa Tengah. "Ini merupakan salah satu upaya dari Pemkab Sleman dalam mengatasi persoalan sampah," katanya.
Ia mengatakan Pemkab Sleman saat ini telah membangun dua TPST dari rencana tiga TPST yakni di Tamanmartani, Kecamatan Kalasan untuk wilayah Sleman timur dan di Sendangsari, Kecamatan Minggir untuk wilayah Sleman barat.
"Sedangkan untuk TPST di wilayah Sleman tengah dianggarkan pada 2024," katanya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Sleman targetkan mampu kelola sampah sendiri mulai tahun depan
"Target kami pada 2024 di Sleman sudah ada empat TPST yang beroperasi sehingga Sleman mampu mengolah sampah produksi masyarakat secara mandiri," kata Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo di sela kegiatan peresmian TPST Tamanmartani Kalasan, Kamis.
Menurut dia, hal ini juga sesuai dengan arahan dari Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X yang meminta agar masing-masing kabupaten/kota dapat mengelola sampah produksi masyarakat secara mandiri.
"Kami optimistis 2024 Sleman mampu mengelola sampah secara mandiri. Hari ini TPST Tamanmartani mulai beroperasi untuk wilayah Sleman timur. Nanti segera beroperasi TPST Sendangsari di Minggir untuk wilayah Sleman barat, dan menyusul dua TPST lagi di wilayah Sleman Tengah," katanya.
Baca juga: Strategi Sleman mengatasi masalah sampah produksi rumah tangga
Ia mengatakan untuk TPST Tamanmartani yang mulai beroperasi hari ini nantinya skema pengelolaan sampah diolah menjadi Refuse Derived Fuel (RDF) atau sering disebut keripik sampah.
"Pemkab Sleman bekerja sama dengan PT Solusi Bangun Indonesia (SBI) dalam pengelolaan sampah di wilayah itu untuk diolah menjadi RDF atau bahan bakar alternatif pengganti batu bara. Nantinya RDF yang diproduksi di TPST ini akan diambil oleh PT SBI," katanya.
Kustini mengatakan TPST Tamanmartani mampu menampung maksimal hingga 90 ton sampah per hari.
"Satu modul diperkirakan bisa menampung hingga 30 ton sampah per hari, dengan 50 persen dari sampah yang diolah tersebut bisa menjadi RDF," katanya.
Baca juga: Sleman membentuk pengelola sampah mandiri tingkat padukuhan
TPST Tamanmartani di Kapanewon Kalasan dibangun dengan anggaran Rp6,7 miliar untuk pematangan lahan dan konstruksi Rp7,4 miliar, yang bersumber dari APBD Kabupaten Sleman sebesar Rp7,4 miliar dan Dana Keistimewaan (Danais) DIY sebesar Rp6,8 miliar, dengan pagu anggaran operasional Rp2,4 miliar.
Ia mengatakan kerja sama dengan PT SBI ini diharapkan bisa menjadi solusi mengatasi permasalahan sampah di Kabupaten Sleman.
Dalam kerja sama ini sampah anorganik yang dari Sleman yang sudah diolah menjadi RDF di TPST akan dipasok ke PT SBI di Cilacap, Jawa Tengah. "Ini merupakan salah satu upaya dari Pemkab Sleman dalam mengatasi persoalan sampah," katanya.
Ia mengatakan Pemkab Sleman saat ini telah membangun dua TPST dari rencana tiga TPST yakni di Tamanmartani, Kecamatan Kalasan untuk wilayah Sleman timur dan di Sendangsari, Kecamatan Minggir untuk wilayah Sleman barat.
"Sedangkan untuk TPST di wilayah Sleman tengah dianggarkan pada 2024," katanya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Sleman targetkan mampu kelola sampah sendiri mulai tahun depan