Jakarta (ANTARA) - Pengamat intelijen dan keamanan nasional Stepi Anriani mengingatkan Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri untuk fokus menggali alasan atau penyebab tujuh orang yang diduga bergabung dengan kelompok teroris Jamaah Islamiyah (JI) di Sulawesi Tengah (Sulteng).
"Jadi artinya benar-benar tidak langsung tangkap, selesai. Jadi untuk mencari jaringan ini, itu kalau bahasa di intelijen itu penggalangan. Kita harus bisa menggalang tujuh orang ini agar mendapat temannya ke mana. Jadi menurut saya kalau cegah, mau menangkap saja, itu tidak terlalu luar biasa," kata Stepi di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta, Kamis.
Oleh sebab itu, Direktur Eksekutif Intelligence and National Security Studies (INSS) tersebut mengatakan bahwa membongkar jaringan kelompok teroris merupakan hal utama, sehingga potensi ledakan atau kerugian masyarakat dapat dicegah.
Sementara itu, ia berpendapat Densus 88 Antiteror Polri dapat bekerja sama dengan kalangan profesional lainnya untuk mendapatkan alasan tujuh orang tersebut yang diduga bergabung dengan kelompok teroris JI.
"Jadi, teman-teman Densus juga perlu di-backup oleh teman-teman psikolog, sosiolog, antropolog, atau misalnya dari Komnas Perempuan, Komnas HAM atau dari lembaga lain, menelusuri yang tujuh orang ini kenapa bisa masuk ke zona itu," jelasnya.
Sehingga, kata dia, skema penggalangan atau pencarian informasi dapat dilakukan dengan tindakan yang positif atau tanpa penyiksaan.
Ia menilai penangkapan tujuh orang di Sulteng merupakan bagian pencegahan.
"Apa yang dilakukan oleh Densus 88 ini sebetulnya bagian dari tadi yang kita bahas, pencegahan. Jadi, sebelum meledak atau sebelum menjadi hal yang besar itu ditangkap. Tentunya pada saat proses penangkapan itu juga ada prosedur yang harus dilakukan," katanya.
Sebelumnya, Juru Bicara Densus 88 Antiteror Polri Kombespol Aswin Siregar di Jakarta, Kamis, menanggapi penangkapan pada hari Selasa (16/4), yang kabarnya tersiar pada hari Rabu (17/4) itu.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Pengamat ingatkan Polri gali sebab 7 orang gabung kelompok teroris JI
"Jadi artinya benar-benar tidak langsung tangkap, selesai. Jadi untuk mencari jaringan ini, itu kalau bahasa di intelijen itu penggalangan. Kita harus bisa menggalang tujuh orang ini agar mendapat temannya ke mana. Jadi menurut saya kalau cegah, mau menangkap saja, itu tidak terlalu luar biasa," kata Stepi di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta, Kamis.
Oleh sebab itu, Direktur Eksekutif Intelligence and National Security Studies (INSS) tersebut mengatakan bahwa membongkar jaringan kelompok teroris merupakan hal utama, sehingga potensi ledakan atau kerugian masyarakat dapat dicegah.
Sementara itu, ia berpendapat Densus 88 Antiteror Polri dapat bekerja sama dengan kalangan profesional lainnya untuk mendapatkan alasan tujuh orang tersebut yang diduga bergabung dengan kelompok teroris JI.
"Jadi, teman-teman Densus juga perlu di-backup oleh teman-teman psikolog, sosiolog, antropolog, atau misalnya dari Komnas Perempuan, Komnas HAM atau dari lembaga lain, menelusuri yang tujuh orang ini kenapa bisa masuk ke zona itu," jelasnya.
Sehingga, kata dia, skema penggalangan atau pencarian informasi dapat dilakukan dengan tindakan yang positif atau tanpa penyiksaan.
Ia menilai penangkapan tujuh orang di Sulteng merupakan bagian pencegahan.
"Apa yang dilakukan oleh Densus 88 ini sebetulnya bagian dari tadi yang kita bahas, pencegahan. Jadi, sebelum meledak atau sebelum menjadi hal yang besar itu ditangkap. Tentunya pada saat proses penangkapan itu juga ada prosedur yang harus dilakukan," katanya.
Sebelumnya, Juru Bicara Densus 88 Antiteror Polri Kombespol Aswin Siregar di Jakarta, Kamis, menanggapi penangkapan pada hari Selasa (16/4), yang kabarnya tersiar pada hari Rabu (17/4) itu.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Pengamat ingatkan Polri gali sebab 7 orang gabung kelompok teroris JI