Kulon Progo (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), menyebut enam dari 12 kapanewon (kecamatan) di wilayah ini berpotensi kekurangan air bersih dampak dari kemarau pada 2024.
Kepala Pelaksana BPBD Kulon Progo Taufik Prihadi di Kulon Progo, Rabu, mengatakan secara umum diperkirakan potensi kekeringan masih terjadi di wilayah yang selama ini terjadi yaitu Kapanewon Samigaluh, Girimulyo, Kokap, Kalibawang, Panjatan, dan Pengasih.
"Rencananya, Jumat (14/6), kami melaksanakan rapat koordinasi dengan mengundang kapanewon dan kalurahan yang selama ini sering ada permohonan dropping air bersih," kata Taufik.
Ia mengatakan rapat koordinasi itu untuk mengecek persiapan Sumber Daya Manusia (SDM) dan kondisi armada, serta titik pengambilan air.
"Sejauh ini armada sudah siap. Namun kami perlu memetakan wilayah pengambilan air terdekat dari warga terdampak kekeringan," katanya.
Taufik mengatakan penanganan kekeringan tidak hanya bisa dilakukan oleh BPBD. Pada beberapa Organisasi Perangkat Daerah (OPD) lain seperti Dinas Pekerjaan Umum ada program penambahan jaringan air bersih/pamsimas. Kemudian Dinas Lingkungan Hidup juga ada kegiatan penanaman pohon untuk menjaga keberlangsungan mata air.
Ia berharap kegiatan itu dilakukan secara simultan dan berkesinambungan, sehingga dapat mengurangi persoalan kekurangan air bersih di wilayah Kulon Progo.
"Saat ini program pamsimas sudah dipasang hingga pelosok dan penghijauan juga dilakukan secara masif. Harapannya dapat mengantisipasi dampak kekeringan di Kulon Progo," katanya.
Lebih lanjut Taufik mengatakan hingga saat ini belum ada masyarakat baik perseorangan atau kelompok yang mengajukan permohonan bantuan air bersih ke BPBD.
"Sampai saat ini belum ada. Semoga terdampak kekeringan tidak ada," katanya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Dampak kemarau, sebagian Kulon Progo berpotensi kekurangan air bersih
Kepala Pelaksana BPBD Kulon Progo Taufik Prihadi di Kulon Progo, Rabu, mengatakan secara umum diperkirakan potensi kekeringan masih terjadi di wilayah yang selama ini terjadi yaitu Kapanewon Samigaluh, Girimulyo, Kokap, Kalibawang, Panjatan, dan Pengasih.
"Rencananya, Jumat (14/6), kami melaksanakan rapat koordinasi dengan mengundang kapanewon dan kalurahan yang selama ini sering ada permohonan dropping air bersih," kata Taufik.
Ia mengatakan rapat koordinasi itu untuk mengecek persiapan Sumber Daya Manusia (SDM) dan kondisi armada, serta titik pengambilan air.
"Sejauh ini armada sudah siap. Namun kami perlu memetakan wilayah pengambilan air terdekat dari warga terdampak kekeringan," katanya.
Taufik mengatakan penanganan kekeringan tidak hanya bisa dilakukan oleh BPBD. Pada beberapa Organisasi Perangkat Daerah (OPD) lain seperti Dinas Pekerjaan Umum ada program penambahan jaringan air bersih/pamsimas. Kemudian Dinas Lingkungan Hidup juga ada kegiatan penanaman pohon untuk menjaga keberlangsungan mata air.
Ia berharap kegiatan itu dilakukan secara simultan dan berkesinambungan, sehingga dapat mengurangi persoalan kekurangan air bersih di wilayah Kulon Progo.
"Saat ini program pamsimas sudah dipasang hingga pelosok dan penghijauan juga dilakukan secara masif. Harapannya dapat mengantisipasi dampak kekeringan di Kulon Progo," katanya.
Lebih lanjut Taufik mengatakan hingga saat ini belum ada masyarakat baik perseorangan atau kelompok yang mengajukan permohonan bantuan air bersih ke BPBD.
"Sampai saat ini belum ada. Semoga terdampak kekeringan tidak ada," katanya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Dampak kemarau, sebagian Kulon Progo berpotensi kekurangan air bersih