Yogyakarta (ANTARA) - Mahasiswa Universitas Aisyiyah Yogyakarta bekerja sama dengan Pimpinan Wilayah Aisyiyah Kotagede melakukan pemberdayaan perempuan sebagai salah satu upaya memberantas kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
Dea Ayu Sartika, salah satu dari enam mahasiswa Unisa Yogyakarta melakukan praktik pemberdayaan perempuan selama satu minggu sejak 9 - 13 Juni di bawah bimbingan dosen Universitas Aisyiyah Yogyakarta, Dr. Ismarwati, S.KM., S.SiT., MPH., bersama dengan pembimbing dari Pimpinan Wilayah Aisyiyah Kotagede, Dra. Umi Hidayati, M.Pd.
Menurut Dea, KDRT seperti gunung es, di mana banyak kasus tersembunyi dan tidak dilaporkan, sehingga tidak ditangani dengan tepat. Bentuk KDRT yang sering dialami perempuan meliputi kekerasan verbal, fisik, dan seksual.
"Banyak perempuan yang menyembunyikan kasus KDRT karena dianggap sebagai aib keluarga, sementara sebagian lagi tidak melaporkan karena takut dengan ancaman dari suami," katanya.
Praktik pemberdayaan yang dilakukan oleh mahasiswa Magister Kebidanan Universitas Aisyiyah Yogyakarta bersama dengan PWA Kotagede bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, memberikan dukungan sosial, dan memberdayakan perempuan agar mampu mengenali dan melaporkan tindakan KDRT.
"Pemberdayaan perempuan ini bertujuan untuk memberikan kemampuan kepada perempuan agar dapat mengakses dan mengendalikan sumber daya di bidang ekonomi, politik, sosial, dan budaya," katanya.
Strategi pemberdayaan dapat dilakukan melalui kegiatan keterampilan seperti pelatihan menjahit, memasak, dan tata rias. Pemberdayaan merupakan strategi penting untuk meningkatkan peran perempuan dalam mengembangkan potensinya sehingga mereka dapat lebih mandiri.
Beberapa kegiatan PWA Kotagede yang berjalan antara lain konseling dan dukungan kesehatan mental, serta program Aisyiyah BUEKA (Bina Usaha Ekonomi Keluarga) yang fokus pada ketahanan ekonomi perempuan mandiri melalui pendidikan dan pelatihan keterampilan. Diharapkan perempuan korban KDRT dapat memahami dan mengimplementasikan pengetahuan yang diperoleh untuk meningkatkan kualitas hidupnya dan keluar dari permasalahan rumah tangga.
"Kegiatan ini memberikan kontribusi positif dalam meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pemberdayaan perempuan korban KDRT. Semoga upaya pemberdayaan perempuan dalam pencegahan KDRT ini dapat memberikan manfaat besar bagi masyarakat dan diterapkan di berbagai wilayah untuk memberikan dampak positif bagi perempuan korban KDRT," katanya.*
Dea Ayu Sartika, salah satu dari enam mahasiswa Unisa Yogyakarta melakukan praktik pemberdayaan perempuan selama satu minggu sejak 9 - 13 Juni di bawah bimbingan dosen Universitas Aisyiyah Yogyakarta, Dr. Ismarwati, S.KM., S.SiT., MPH., bersama dengan pembimbing dari Pimpinan Wilayah Aisyiyah Kotagede, Dra. Umi Hidayati, M.Pd.
Menurut Dea, KDRT seperti gunung es, di mana banyak kasus tersembunyi dan tidak dilaporkan, sehingga tidak ditangani dengan tepat. Bentuk KDRT yang sering dialami perempuan meliputi kekerasan verbal, fisik, dan seksual.
"Banyak perempuan yang menyembunyikan kasus KDRT karena dianggap sebagai aib keluarga, sementara sebagian lagi tidak melaporkan karena takut dengan ancaman dari suami," katanya.
Praktik pemberdayaan yang dilakukan oleh mahasiswa Magister Kebidanan Universitas Aisyiyah Yogyakarta bersama dengan PWA Kotagede bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, memberikan dukungan sosial, dan memberdayakan perempuan agar mampu mengenali dan melaporkan tindakan KDRT.
"Pemberdayaan perempuan ini bertujuan untuk memberikan kemampuan kepada perempuan agar dapat mengakses dan mengendalikan sumber daya di bidang ekonomi, politik, sosial, dan budaya," katanya.
Strategi pemberdayaan dapat dilakukan melalui kegiatan keterampilan seperti pelatihan menjahit, memasak, dan tata rias. Pemberdayaan merupakan strategi penting untuk meningkatkan peran perempuan dalam mengembangkan potensinya sehingga mereka dapat lebih mandiri.
Beberapa kegiatan PWA Kotagede yang berjalan antara lain konseling dan dukungan kesehatan mental, serta program Aisyiyah BUEKA (Bina Usaha Ekonomi Keluarga) yang fokus pada ketahanan ekonomi perempuan mandiri melalui pendidikan dan pelatihan keterampilan. Diharapkan perempuan korban KDRT dapat memahami dan mengimplementasikan pengetahuan yang diperoleh untuk meningkatkan kualitas hidupnya dan keluar dari permasalahan rumah tangga.
"Kegiatan ini memberikan kontribusi positif dalam meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pemberdayaan perempuan korban KDRT. Semoga upaya pemberdayaan perempuan dalam pencegahan KDRT ini dapat memberikan manfaat besar bagi masyarakat dan diterapkan di berbagai wilayah untuk memberikan dampak positif bagi perempuan korban KDRT," katanya.*