Jakarta (ANTARA) - Dalam banyak hal, termasuk peringkat FIFA dan kinerja selama fase grup, Portugal seharusnya menjadi pemenang laga melawan Slovenia di Frankfurt Arena, Selasa dini hari esok pukul 02.00 WIB.

Walau tumbang 0-2 di tangan Georgia dalam pertandingan terakhir, Portugal yang berperingkat 6 tetap sangat kuat karena kekalahan dari Georgia lebih karena taktik Roberto Martinez guna menghadapi 16 besar dengan pemain-pemain bugar.

Kekalahan atas Georgia bukan gambaran seutuhnya kekuatan Selecao yang masuk ruang 16 besar dengan status juara grup.

Hal itu mesti diwaspadai betul oleh "Reprezentanca", julukan timnas Slovenia, yang berperingkat 57, seri dalam tiga pertandingan grup dan lolos sebagai salah satu dari empat tim berperingkat tiga terbaik.

Jika tiga laga terdahulu menjadi ukuran untuk skala kekuatan tim asuhan Roberto Martinez dengan tim asuhan Matjaz Kek, maka Portugal satu kelas di atas Slovenia.

Jika Slovenia melancarkan total 86 serangan yang menghasilkan 25 peluang yang 7 di antaranya tepat sasaran, maka Cristiano Ronaldo cs melancarkan 213 serangan yang memunculkan 54 peluang yang 16 peluang di antaranya tepat sasaran. Hasilnya, produktivitas gol Portugal lebih tinggi dari pada Slovenia, 5 gol, lawan 2 gol.

Portugal hampir pasti menjadi pihak yang paling menekan dalam pertandingan babak 16 besar Piala Eropa kesembilan bagi Portugal dan yang pertama bagi Slovenia itu.

Laga ini mungkin akan berjalan berat sebelah, terutama karena Portugal memasang kembali sembilan pemain inti yang diistirahatkan saat melawan Georgia.

Roberto Martinez tidak memasang kuartet pertahanan utama Nuno Mendes, Pepe, Ruben Dias dan Joao Cancelo, dalam laga terakhir fase grup yang sudah tak menentukan bagi Portugal itu. Dia juga tak menurunkan jenderal lapangan tengah Vitinha dan duet playmaker, Bruno Fernandes dan Bernardo Silva.

Pertahanan super-rapat

Namun Selecao patut tahu bahwa adalah Slovenia juga memasang formasi sama seperti diterapkan Georgia, padahal Bruno Fernandes dan kawan-kawan kerap kesulitan menghadapi tim yang bertahan total dan menunggu peluang melancarkan serangan balik.

Sewaktu menumbangkan Portugal, Georgia bermain dalam pertahanan super rapat dengan memasang tiga bek tengah yang sejajar dengan kedua bek sayapnya.

Pola bermain ini membuat pasukan Roberto Martinez mati gaya karena tak dapat mendapatkan ruang tembak yang baik ke gawang lawan.

Selecao sebenarnya sudah menghadapi tim semacam itu ketika berjumpa dengan Republik Ceko pada laga pertama mereka dalam Euro 2024.

Saat itu, Portugal dipaksa bekerja keras oleh Ceko yang juga menempatkan tiga bek tengah, untuk bangkit setelah tertinggal 0-1 guna berbalik menang 2-1 yang itu pun berkat sebuah gol bunuh diri Ceko dan sebuah gol yang tercipta dua menit setelah waktu normal 90 menit selesai.

Artinya, Portugal hampir saja tersandung di tangan Ceko. Ironisnya, Slovenia juga merupakan tim yang menekankan pertahanan kuat seperti Republik Ceko yang kerap membuat frustrasi tim-tim yang bermain ofensif seperti Portugal.

Lebih ironis lagi, Portugal sendiri menjadi korban gaya bertahan bertahan Slovenia pada 27 Maret 2024 dalam sebuah laga persahabatan.

Bertumpu pada pertahanan yang solid dan sabar menunggu momen serangan balik, Slovenia menggulingkan Portugal 2-0 untuk mengakhiri 12 laga tak terkalahkan Selecao sejak ditangani Martinez.


telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Portugal vs Slovenia: Wajah asli Selecao siap hentikan Reprezentanca

Pewarta : Jafar M Sidik
Editor : Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2024