Yogyakarta (ANTARA) - KPU Kota Yogyakarta menggelar debat kedua untuk memberikan kesempatan seluruh paslon pilkada Walikota dan Wakil Walikota Yogyakarta, di Hotel Tara, Jl Magelang Yogyakarta, Sabtu, 16/11/2024
Sesuai tema, debat kedua "Pembangunan SDM, Ekonomi dan Kebudayaan"
Berkaitan persiapan bekal untuk debat kedua, pasangan calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota nomor urut 2 menegaskan tidak akan menampilkan gimmick tapi berikan solusi dan komitmen kerja.
"Persiapan paling penting, bagaimana menjadikan satu masalah dengan diri saya. Energi hadir dari internalisasi masalah pada diri saya, agar bounding atau menyatu, kalau sudah bounding maka akan memancar cahaya. Saya tak pakai gimmick, kalau berhadapan masalah, digembleng ditempa akan keluar semangat bekerja, proses menghayati dan berikan pelayanan kepada masyarakat," kata dokter Hasto Wardoyo.
Hal yang buat dirinya haru, tatkala bertemu warga yang kesulitan, sudah lansia tapi menceritakan dengan riang soal apa yang dihadapi. Sosok lansia dengan IUD terpasang yang butuh operasi, maka segera ditolong di bawa ke RS.
"Sambil jalan, kita bertemu banyak permasalahan di masyarakat. Senang sekali bisa menolong. Pertolongan memang datangnya dari Allah SWT, tapi rasanya bahagia bisa menjadi perantaranya," kata dokter Hasto Wardoyo.
Bekal pengalaman berjumpa aneka masalah yang ada, saat bertemu warga mulai persoalan kesehatan, pendidikan, akses ekonomi hingga urusan seni dan budaya, dokter Hasto Wardoyo mengaku semakin termotivasi untuk terus memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat Kota Yogyakarta.
Calon Wali Kota yang berpasangan dengan Wawan Harmawan itu menyadari, bahwa masih banyak permasalahan kesehatan yang harus diatasi, terutama untuk warga yang tinggal di gang-gang kampung.
Berkaitan pemahamam sumbu filosofi, yang jadi bagian keistimewaan Yogyakarta membuat dirinya memilih berjalan dari panggung krapyak, keraton. alun-alun hingga tugu, termasuk telusuri kawasan kampung penyangga sumbu filosofi.
Di kawasan penyangga sumbu filosofi, harus ada atraksi, dan jangkauan yang mudah.
"Ke Kotagede ada bazaar rame, di Sorosutan rame, untuk melawan toko modern berjejaring dan pebisnis kelas atas, bukan melawan tapi kompetitor, kenapa tidak kita hadirkan bazaar kita mensubsidi, berikan lapak bersubsidi diselenggarakan rutin," kata dokter Hasto Wardoyo
Mereplikasi bela dan beli di Kulonprogo bisa diterapkan di Kota Yogyakarta. Ketika lihat batik tulis untuk wisata asing, di lokal untuk 65 ribu anak sekolah, bisa belanja batik cap karya perajin batik lokal.
"Program itu muncul karena door to door, ini hadirkan ide untuk kurangi pengangguran di perkotaan," kata Hasto Wardoyo.
Sesuai tema, debat kedua "Pembangunan SDM, Ekonomi dan Kebudayaan"
Berkaitan persiapan bekal untuk debat kedua, pasangan calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota nomor urut 2 menegaskan tidak akan menampilkan gimmick tapi berikan solusi dan komitmen kerja.
"Persiapan paling penting, bagaimana menjadikan satu masalah dengan diri saya. Energi hadir dari internalisasi masalah pada diri saya, agar bounding atau menyatu, kalau sudah bounding maka akan memancar cahaya. Saya tak pakai gimmick, kalau berhadapan masalah, digembleng ditempa akan keluar semangat bekerja, proses menghayati dan berikan pelayanan kepada masyarakat," kata dokter Hasto Wardoyo.
Hal yang buat dirinya haru, tatkala bertemu warga yang kesulitan, sudah lansia tapi menceritakan dengan riang soal apa yang dihadapi. Sosok lansia dengan IUD terpasang yang butuh operasi, maka segera ditolong di bawa ke RS.
"Sambil jalan, kita bertemu banyak permasalahan di masyarakat. Senang sekali bisa menolong. Pertolongan memang datangnya dari Allah SWT, tapi rasanya bahagia bisa menjadi perantaranya," kata dokter Hasto Wardoyo.
Bekal pengalaman berjumpa aneka masalah yang ada, saat bertemu warga mulai persoalan kesehatan, pendidikan, akses ekonomi hingga urusan seni dan budaya, dokter Hasto Wardoyo mengaku semakin termotivasi untuk terus memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat Kota Yogyakarta.
Calon Wali Kota yang berpasangan dengan Wawan Harmawan itu menyadari, bahwa masih banyak permasalahan kesehatan yang harus diatasi, terutama untuk warga yang tinggal di gang-gang kampung.
Berkaitan pemahamam sumbu filosofi, yang jadi bagian keistimewaan Yogyakarta membuat dirinya memilih berjalan dari panggung krapyak, keraton. alun-alun hingga tugu, termasuk telusuri kawasan kampung penyangga sumbu filosofi.
Di kawasan penyangga sumbu filosofi, harus ada atraksi, dan jangkauan yang mudah.
"Ke Kotagede ada bazaar rame, di Sorosutan rame, untuk melawan toko modern berjejaring dan pebisnis kelas atas, bukan melawan tapi kompetitor, kenapa tidak kita hadirkan bazaar kita mensubsidi, berikan lapak bersubsidi diselenggarakan rutin," kata dokter Hasto Wardoyo
Mereplikasi bela dan beli di Kulonprogo bisa diterapkan di Kota Yogyakarta. Ketika lihat batik tulis untuk wisata asing, di lokal untuk 65 ribu anak sekolah, bisa belanja batik cap karya perajin batik lokal.
"Program itu muncul karena door to door, ini hadirkan ide untuk kurangi pengangguran di perkotaan," kata Hasto Wardoyo.