Jakarta (ANTARA) - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyerukan agar pemerintah segera menginisiasi program skrining dini untuk mendeteksi kebocoran protein dalam urine anak, sebagai langkah pencegahan penyakit ginjal kronik yang kian mengancam generasi muda.
Pernyataan ini disampaikan oleh Anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nefrologi IDAI, Dr. dr. Ahmedz Widiasta, Sp.A, Subsp.Nefro(K), M.Kes, dalam sebuah webinar yang dipantau dari Jakarta, Selasa (8/7).
“Penyakit ini bisa tersembunyi. Kami pernah melakukan studi di salah satu SMA di Jawa Barat. Dari 1.280 siswa, sekitar 12 persen terbukti mengalami proteinuria, padahal secara kasat mata mereka tampak sehat,” ujar Ahmedz.
Baca juga: Dokter: Pendonor ginjal bisa hidup lebih baik dan sehat
Menurutnya, skrining urine secara tahunan dapat menjadi bentuk pencegahan primer yang sangat murah namun efektif. Biaya alat tes bahkan hanya sekitar Rp800 per anak per tahun, jumlah yang dinilai jauh lebih ekonomis dibandingkan dengan beban biaya pengobatan penyakit ginjal kronik, termasuk cuci darah.
Ahmedz menyoroti bahwa saat ini klaim Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) belum mencakup pemeriksaan skrining urine. Oleh karena itu, ia menekankan perlunya kebijakan nasional yang mendukung implementasi pemeriksaan ini sebagai bagian dari sistem jaminan kesehatan nasional.
“Kita perlu mendorong sistem jaminan kesehatan agar mendukung deteksi dini. Kalau sudah kronik, biaya jauh lebih besar dan kualitas hidup anak juga menurun,” katanya.
Baca juga: Dokter: Transplantasi ginjal tak harus menunggu cuci darah
Selain skrining sebagai pencegahan primer, ia juga menekankan pentingnya pencegahan sekunder untuk menghindari kekambuhan sindrom nefrotik. Infeksi saluran napas, gigi berlubang, dan diare disebut sebagai pemicu utama kekambuhan yang dapat memperparah kondisi anak.
Ahmedz pun mengimbau pentingnya menjaga kebersihan pribadi dan lingkungan sebagai langkah preventif, serta menyerukan kolaborasi lintas sektor dalam penanggulangan penyakit ginjal sejak dini.
“Kita bisa cegah penyakit ini berkembang jadi kronik. Kolaborasi lintas sektor, termasuk pemerintah, dokter, dan media sangat diperlukan,” ujarnya.
Sindrom nefrotik merupakan kondisi yang ditandai dengan tingginya kadar protein dalam urine, akibat kerusakan pada glomerulus, bagian ginjal yang bertugas menyaring darah. Jika tidak ditangani secara dini, kondisi ini berisiko berkembang menjadi penyakit ginjal kronik yang membutuhkan pengobatan jangka panjang dan mahal.
Baca juga: Diet sembarangan bisa picu batu ginjal di saluran kemih
Baca juga: Kenali gejala infeksi ginjal, IDI berikan informasi pngobatan yang tepat
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: IDAI harap pemerintah gelar skrining dini penyakit ginjal anak