Bantul (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta menyebut bahwa jembatan darurat dari bambu yang dibangun di wilayah longsor tepi Sungai Oya Desa Sriharjo, Imogiri hanya boleh dilalui kendaraan bermotor roda dua.
"Karena jembatan darurat dari bambu itu lebarnya dua meter hanya bisa dilalui motor dan pejalan kaki, untuk mobil tidak boleh lewat," kata Kepala Pelaksana BPBD Bantul Mujahid Amrudin di Bantul, Sabtu.
Jembatan darurat dari bambu tersebut dibangun di tepi aliran Sungai Oya itu untuk memberikan akses sementara bagi warga terisolir di Desa Sriharjo, karena akses jalan satu-satunya di wilayah yang sama terputus akibat tebing sungai yang longsor November lalu.
Menurut dia, kini pekerjaan fisik jembatan tersebut telah dimulai sebagai langkah penanganan sementara pada masa tanggap darurat bencana yang ditetapkan pemerintah kabupaten sejak 21 November sampai 5 Desember dan diperpanjang hingga 19 Desember 2025.
"Jembatan darurat dari bambu tersebut panjangnya 220 meter dengan ketinggian satu meter, jadi prediksi kami mampu bertahan hingga satu tahun," katanya.
Mujahid mengatakan karena jembatan darurat hanya khusus roda dua, maka kendaraan roda empat atau mobil yang ingin masuk kawasan Wunut Sriharjo harus melalui jembatan utama dan memutar.
"Kita sarankan mobil tetap harus lewat Selopamioro, tidak lewat jembatan darurat, karena kan jembatan itu hanya dari bambu bambu," katanya.
Dia mengatakan jembatan darurat tersebut dibangun di lokasi yang tidak rawan longsor, terlebih tingginya satu meter sehingga bagian bawah bisa ditanami berbagai tanaman.
"Kemudian yang sedimentasi kan sudah dilakukan pengerukan yang sebelah selatan, untuk pengerukan sedimentasi ada dua ekskavator yang nanti memindah sedimentasi ke utara, sehingga jalur sungai itu lurus ke barat, tidak menghantam jembatan," katanya.