Yogyakarta (ANTARA) - Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Ova Emilia menyebut riset dan inovasi perguruan tinggi sebagai elemen strategis untuk menopang kemandirian bangsa di tengah tantangan global.

"Luaran hasil riset, inovasi, dan prototipe produk yang dihasilkan pendidikan tinggi diharapkan mampu menopang kedaulatan bangsa," ujar Ova dalam pidato puncak Dies Natalis ke-76 UGM di Grha Sabha Pramana UGM, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jumat.

Menurut Ova, kemampuan perguruan tinggi mengembangkan riset dan hilirisasi menjadi fondasi penting kemandirian bangsa.

Hasil penelitian baru, kata dia, akan memberi nilai strategis ketika mampu memasuki rantai produksi dan menjangkau industri sehingga berkontribusi terhadap ketahanan nasional dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.

Rektor UGM mengakui masih ada hambatan dalam hilirisasi produk riset, termasuk pemetaan hasil inovasi serta perizinan produksi dan edar.

Kondisi itu menunjukkan perlunya dukungan ekosistem terpadu agar perguruan tinggi dapat meningkatkan kontribusi riset terhadap pembangunan nasional.

Untuk menata ekosistem riset, lanjut Ova, UGM membangun langkah struktural melalui penetapan flagship penelitian, penguatan kelembagaan, dan pembenahan sarana prasarana berbasis Manajemen Laboratorium Terpadu.

Upaya tersebut diperkuat dengan jejaring kemitraan riset bersama berbagai pihak, termasuk MIT REAP, Kedaireka, ADB, Primestep, dan PUAPT.

Selain memperkuat hulu riset, UGM mendorong hilirisasi melalui rantai inovasi mulai dari pengujian produk, pengembangan R&D, pemanfaatan fabrication laboratories, hingga penguatan kewirausahaan dan inkubasi melalui UGM Science Technopark dan Intelectual Property Management Office (IPMO).

"Siklus tersebut diharapkan mampu membentuk ekosistem inkubasi dan akselerasi dengan luaran industrialisasi produk," ujar dia.

Hasil pembangunan ekosistem riset di UGM, menurut dia, tercermin dalam capaian pemeringkatan internasional.

Dalam "QS World University Rankings" (WUR) 2026, UGM berada pada peringkat ke-224 dunia, naik 15 peringkat dibandingkan tahun sebelumnya.

Adapun indikator Academic Reputation meningkat 11 peringkat menjadi 134 dunia, sementara dalam "QS Sustainability Ranking" 2026, UGM berada pada peringkat pertama nasional dan 409 global.

Selain itu, Ova juga mengakui pentingnya penguatan kualitas SDM sebagai prasyarat terwujudnya inovasi.

Ia menilai bonus demografi hanya akan menjadi peluang manakala disertai kesiapan kesehatan fisik dan mental masyarakat, mengingat inovasi menuntut ketahanan dan kemampuan intelektual.

"Kualitas kesehatan adalah kunci karena menjadi prasyarat absolut lahirnya berbagai inovasi dan pengembangan iptek," ujarnya.

Ova menyampaikan bahwa perguruan tinggi perlu bergeser dari "teaching culture" menuju "research and innovation culture" untuk memastikan daya saing SDM serta relevansi ilmu pengetahuan terhadap kebutuhan nasional.

Untuk itu, ia mengajak kolaborasi lintas sektor agar ekosistem riset dapat berkembang secara berkelanjutan, termasuk dukungan sivitas akademika, pemerintah, industri, dan alumni untuk memperkuat kontribusi perguruan tinggi terhadap kemandirian bangsa.

"Melalui semangat, 'Merakyat, Mandiri, dan Berkelanjutan', UGM memiliki harapan menjadi perguruan tinggi yang senantiasa mempersembahkan karya pendidikan, penelitian, dan pengabdian dengan berorientasi pada kepentingan masyarakat, mendukung kedaulatan bangsa, serta mendorong pembangunan berkelanjutan," kata Prof Ova.


Pewarta : Luqman Hakim
Editor : Victorianus Sat Pranyoto
Copyright © ANTARA 2025