Alih fungsi lahan penyebab tomcat ke permukiman

id pindah permukiman, alih fungsi lahan

Alih fungsi lahan penyebab tomcat ke permukiman

Alih Fungsi lahan pertanian yang terdesak pemukiman (Foto Antara/Ari Bowo Sucipto)

Jogja (ANTARA Jogja) - Alih fungsi lahan pertanian merupakan salah satu penyebab serangga tomcat merambah ke permukiman, kata pakar hama dan penyakit tumbuhan dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Suputa.

"Sejumlah areal persawahan yang menjadi tempat tinggal tomcat diubah menjadi kawasan permukiman penduduk, sehingga terjadi `serangan` serangga itu. Hal itu terjadi karena kita mengganggu mereka," katanya di Yogyakarta, Jumat.

Menurut dosen Jurusan Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) itu, serangga tersebut sebenarnya tidak berniat "menyerang" manusia. Merambahnya tomcat ke permukiman penduduk karena kerusakan lingkungan akibat ulah manusia.

"Sebetulnya kumbang paederus itu tidak bermaksud menyerang. Namun, saat merasa terganggu tomcat akan mengeluarkan racun paederin yang menyebabkan kulit manusia meradang dan melepuh," katanya.

Ia mengatakan, kumbang paederus bersimbiosis dengan bakteri endosimibion dari genus pseudomonas yang ada di dalam darah paederus. Serangga yang bersifat infektif membawa bakteri itu adalah serangga berjenis kelamin betina.

"Serangga betina yang infektif membawa bakteri tersebut haemolymph-nya mengandung paderin yang bersifat racun," katanya.

Menurut dia, jika di rumah menemukan tomcat sebaiknya tidak melakukan kontak langsung. Hewan itu akan berbahaya jika tergencet dan darahnya bersinggungan dengan kulit manusia.

Oleh karena itu, kata dia, untuk menghalau serangga Tomcat sebaiknya dilakukan dengan tiupan atau kertas.

"Petani sebenarnya sudah `familier` dengan tomcat dan tidak pernah ada masalah karena tidak memukulnya. Serangga itu tidak merugikan, tetapi justru membantu petani dalam mengendalikan hama wereng," katanya.

Ia mengatakan, tomcat memiliki ciri tubuh memanjang berukuran sekitar satu sentimeter, kepala berwarna hitam, sedangkan dada dan perut berwarna oranye. Hewan itu memiliki dua pasang sayap yang tidak menutupi seluruh abdomen.

"Untuk pengendalian paederus bisa dilakukan dengan menggunakan jebakan lampu. Jika sudah banyak yang tertangkap selanjutnya dilepas di sawah atau kebun untuk penyeimbang alam,` katanya.

Menurut dia, jika tomcat sudah tertangkap jangan langsung dibunuh, tetapi sebaiknya dilepas di alam untuk penyeimbang lingkungan.

"Namun, jika populasinya besar bisa dilakukan penyemprotan dengan insektisida botani berbahan tumbuhan," kata Suputa.

(B015)