Perajin kerupuk rambak Bantul terkendala peralatan

id kerajinan krupuk Bantul

Perajin kerupuk rambak Bantul terkendala peralatan

kerupuk rambak produksi Brajan, Wonokromo, Pleret Bantul,DIY (Foto ANTARA/Sidik)

Bantul (ANTARA Jogja) - Perajin kerupuk rambak industri rumahan di Dusun Brajan, Desa Wonokromo, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, terkendala peralatan.

"Saat ini masih menggunakan tenaga manual, padahal kami perlu peralatan seperti mesin potong kerupuk agar produksi bisa maksimal," kata ketua kelompok usaha kerupuk rambak di Brajan, Wonokromo, Bantul, Marginah, Jumat.

Menurut dia, peralatan atau mesin potong sangat diperlukan karena bisa membantu mengiris kerupuk rambak serapi mungkin, juga irisan yang dihasilkan satu sama lain seukuran, atau sama dengan kerupuk irisan sebelum atau sesudahnya.

"Kalau secara manual (menggunakan pisau) irisan kerupuk terkadang tidak rata, ada yang tebal juga ada yang tipis, padahal bentuk kerupuk rambak juga menjadi bagian penting dalam menarik konsumen," katanya.

Ia mengatakan kelompok yang beranggotakan sekitar 10 orang itu berharap ada bantuan dari pemerintah setempat, karena kelompok mengaku keberatan jika harus membeli peralatan itu, sehingga usaha turun-temurun sejak 1994 lalu itu dapat berkembang.

"Memang pernah survei di salah satu toko di Yogyakarta, kalau harganya sebesar Rp3 jutaan, namun kita belum sanggup membeli, karena penghasilan kelompok habis untuk kebutuhan sehari-hari," katanya.

Menurut dia, dengan tenaga manual diakuinya sangat terbatas, karena terkadang tidak mampu memenuhi permintaan kerupuk rambak dari konsumen saat liburan atau menjelang Lebaran, dimana pesanannya bisa mencapai dua kali lipat.

"Setiap anggota maksimal hanya mampu produksi hingga 15 kilogram sehari, dan semua terserap pasar dan konsumen sekitar, namun saat libur lebaran permintaan lebih bisa dua kali lipat," katanya.

Menurut dia, kerupuk rambak dengan bahan baku tepung terigu dengan campuran bumbu air produksinya dijual dipasaran dengan harga sebesar Rp12.500 per kilogram dalam keadaan mentah.

Menurut dia, bahan baku berupa tepung terigu dapat dibeli di pasaran dengan harga Rp5.000 hingga Rp6.000 per kilogram. Untuk menghasilkan kerupuk seberat 15 kilogram juga membutuhkan bahan baku tepung terigu 15 kilogram.

"Konsumen kerupuk masih bersifat lokal dan belum sampai ke luar Yogyakarta, kelompok berharap juga ada fasilitas untuk diikutsertkan dalam pameran dari pemerintah setempat, seperti Bantul Ekspo beberapa waktu lalu," katanya.

(KR-HRI)