Mahasiswa UNY olah sabut kelapa menjadi briket

id mahasiswa uny olah sabut

Mahasiswa UNY olah sabut kelapa menjadi briket

Briket yang dibuat dari sabut kelapa hasil karya mahasiswa UNY (Foto uny.ac.id)

Yogyakarta (Antara Jogja) - Sekelompok mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta memanfaatkan dan mengolah limbah sabut kelapa menjadi bahan bakar alternatif berupa briket.

"Sabut kelapa dapat dijadikan bahan alternatif pembuatan briket karena mengandung unsur karbon yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi atau bahan bakar," kata ketua kelompok Dewi Purwanti di Yogyakarta, Kamis.

Menurut dia, briket adalah arang yang diproses sedemikian rupa, sehingga mempunyai daya serap yang tinggi terhadap bahan yang berbentuk larutan atau uap. Briket dapat dibuat dari bahan yang mengandung karbon baik organik maupun anorganik.

Cara pembuatan briket limbah sabut kelapa tersebut adalah menyiapkan sabut kelapa yang akan dijadikan briket, kemudian sabut kelapa itu dibakar pada tempat pembakaran berupa drum yang diberi lubang sebagai tempat keluarnya asap pembakaran.

"Alat itu dilengkapi dengan pipa pendingin untuk proses kondensasi asap menjadi asap air. Setelah semua bahan terbakar, kemudian didinginkan selama satu malam, selanjutnya ditumbuk agar halus dan diayak," katanya.

Selanjutnya, membuat cairan perekat dari larutan tepung kanji yang telah dipanaskan, kemudian campurkan arang sabut kelapa dengan lem kanji, dengan perbandingan 600 cc lem perekat dan satu kilogram arang sabut kelapa.

"Kemudian cetak adonan sesuai dengan alat cetak atau dengan pipa paralon dan dijemur selama kurang lebih satu hari. Briket telah siap digunakan," katanya.

Ia mengatakan negara beriklim tropis seperti Indonesia merupakan penghasil kelapa yang cukup besar. Selain diambil daging dan airnya, batang pohon dan daun kelapa juga berguna dalam masyarakat.

Setelah diambil daging buah dan air kelapanya, sabut kelapa hanya dibuang begitu saja. Meskipun ada juga yang memanfaatkannya sebagai wadah minuman.

Jika jumlah rata-rata produksi buah kelapa per minggu adalah 20 buah, setiap kepala keluarga memiliki sekitar dua kilogram sabut kelapa. Potensi produksi sabut kelapa yang cukup besar itu belum dimanfaatkan sepenuhnya untuk kegiatan produktif yang dapat meningkatkan nilai tambahnya.

"Limbah sabut kelapa itu belum dimanfaatkan secara optimal. Pemanfaatan limbah sabut kelapa tersebut dapat dilakukan dengan pemakaian kembali maupun daur ulang," katanya.

Menurut dia, kelompoknya memilih untuk mendaur ulang limbah sabut kelapa karena jika sabut kelapa tersebut hanya ditumpuk dan tidak dikelola maka hanya akan mencemari lingkungan yang menyebabkan kesehatan bisa terganggu.

"Masyarakat setempat menjadi merasa tidak nyaman dengan adanya tumpukan sabut kelapa tersebut. Oleh karena itu, kami membuat sabut kelapa menjadi briket, selain bermanfaat bagi masyarakat juga dapat mengurangi pemakaian gas elpiji untuk memasak," katanya.

Anggota kelompok mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) itu antara lain Putri Utha C, Erba Firstananda, dan Desi Analisa Nababan.

(B015)
Pewarta :
Editor: Masduki Attamami
COPYRIGHT © ANTARA 2024