Pasien HIV/AIDS mudah terpapar TB

id HIV/AIDS

Pasien HIV/AIDS mudah terpapar TB

ilustrasi- HIV/AIDS (antaranews)

Yogyakarta (Antaranews Jogja) - Penyakit tuberculosis masih mendominasi sebagai penyakit penyerta terbanyak yang diderita pasien HIV/AIDS seperti yang terjadi di Puskesmas Gedongtengen Yogyakarta yang mencapai hingga 60 persen.

"Penderita HIV/AIDS memiliki daya tahan tubuh yang lemah sehingga mereka mudah terjangkit berbagai penyakit termasuk tuberculosis," kata Kepala Puskesmas Gedongtengen Yogyakarta Tri Kusumo Bawono di Yogyakarta, Rabu.

Di Puskesmas Gedongtengen tercatat sebanyak 321 pasien HIV/AIDS, namun hanya 276 pasien yang aktif berobat. Pada 2017, dari 16 pasien yang mengidap tuberculosis, sebanyak empat di antaranya juga menderita HIV/AIDS. Dan hingga awal tahun ini, dari empat pasien penderita TB, satu di antaranya menderita HIV/AIDS.

Meskipun menderita TB dan HIV/AIDS, Tri menyebut jika pasien tersebut mengonsumsi obat secara teratur, maka penyakit TB yang dideritanya bisa disembuhkan, termasuk meningkatkan kekebalan tubuh dengan rutin mengonsumsi ARV.

"Pengobatan untuk TB juga dilakukan selama enam bulan seperti pasien TB yang tidak terjangkit HIV/AIDS," katanya.

Hanya saja, lanjut Tri, stigma terhadap penderita HIV/AIDS masih cukup tinggi sehingga saat ada pasien TB yang juga menderita HIV/AIDS, tidak langsung ditangani dengan baik.

"Padahal, jika TB ini dibiarkan justru akan lebih mudah menular ke orang lain. Penderita penyakit TB harus ditemukan dan segera diobati," katanya.

Selain TB, penyakit peserta yang kerap diderita pasien HIV/AIDS di antaranya, sariawan, diare dan gatal di kulit, khususnya bagian tangan.

Puskesmas Gedongtengen sudah mulai melakukan pengobatan terhadap penderita HIV/AIDS sejak Februari 2016 namun masih harus didasarkan atas rujukan dokter. Sedangkan pada Juni 2017, Puskesmas Gedongtengen dan tiga puskesmas lain di Yogyakarta yaitu Mantrijeron, Umbulharjo I dan Tegalrejo sudah bisa melakukan inisiasi pengobatan secara mandiri.

"Kami sudah bisa memberikan obat secara langsung karena sudah ada dokter yang dilatih. Tetapi, baru ada satu dokter yang bisa melayani," katanya.

Saat ini, Kota Yogyakarta menjadi satu-satunya pemerintah di kota/kabupaten di DIY yang memiliki rencana aksi daerah tentang penanggulangan TB yang ditetapkan melalui Perwal Nomor 102 Tahun 2017.

Pada 2016, temuan kasus TB di rumah sakit maupun laporan masyarakat di Kota Yogyakarta tercatat sebanyak 1.006 kasus dan 400 kasus di antaranya berasal dari warga Kota Yogyakarta.

Meskipun pada 2017 jumlah temuan kasus turun menjadi 934 kasus, namun jumlah warga Kota Yogyakarta yang ditemukan sebagai penderita TB justru meningkat hingga 550 orang. (E013)

 
Pewarta :
Editor: Herry Soebanto
COPYRIGHT © ANTARA 2024