GP3A Donomulyo-Penjalin Kulon Progo harapkan sumber mata air baru

id GP3A Donomulyo,GP3A Penjalin Asri,Kulon Progo,Sumber mata air baku,FPDI Perjuangan,Bendeng Kemukus

GP3A Donomulyo-Penjalin Kulon Progo harapkan sumber mata air baru

Petugas penjaga pintu air Bendung Kemukus, Donomulyo, Kabupaten Kulon Progo, DIY, mengecek debit air. (Foto ANTARA/Sutarmi)

Kulon Progo (ANTARA) - Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air Donomulyo dan Penjalin Asri di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengharapkan pemerintah daerah setempat mencarikan sumber mata air baru untuk menambah debit saluran Irigasi Kalibawang. 

Pendamping Pengairan GP3A Donomulyo Legimen di Kulon Progo, Senin, mengatakan saluran Irigasi Kalibawang yang airnya dari Sungai Progo dibagi tiga, sepertiga untuk Kulon Progo dan dua pertiga untuk Selokan Mataram.

"Kalau debit Sungai Progo ada 21 kubik per detik, Kulon Progo hanya mendapat 7 kubik per detik. Persoalan sekarang, debit Sungai Progo yang mengalir di saluran irigasi Kalibawang sampai Bendung Kemukus, setelah dihitung hanya 2,5 meter kubik per detik," kata Legiman.

Ia mengatakan dengan debit 4,5 meter kubik per detik di Bendung Kemukus, mengharuskan ada dua pola tanam. Yakni golongan I masa tanamnya mulai Agustus, dan golongan II masa tanam dimulai pada November. Yakni untuk wilayah Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air Donomulyo dan Penjalin Asri dengan luas tanam sekitar 1.500 hektare. Sedangkan luas lahan jaringan irigasi Kalibawang sistem luasnya 7.390 hektare.

Berdasarkan perhitungan kebutuhan air, 12,563 meter kubik per detik. Tetapi, kekuatan saluran induk kalibawang hanya 7 meter kubik per detik. Lebih dari itu, misalnya diisi 8 meter kubik perdetik hingga 9 meter kubik per detik, saluran irigasi akan jebol.

"Kalau golongan I dan II dapat tanam serentak, maka debit air yang sampai Bendung Kemukus harus 6 kubik per detik. Untuk itu, kami mengharapkan ada sumber mata air lain yang bisa menambah debit saluran irigasi Kalibawang sistem," katanya.

Ketua GP3A Penjalin Asri Sutris mengharapkan Pemkab Kulon Progo dan Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSSO) memperbaiki jaringan sekunder GP3A Penjalin Asri. Saat ini, jaringan sekundernya banyak yang rusak dan bocor, sehingga air banyak yang bocor di jalan.

"Kami berharap jaringan sekuder di GP3A Penjalin bisa direhabilitasi, supaya berfungsi ke semula," kata Sutris.

Ia mengatakan GP3A Penjalin Asri mengairi lahan persawahan seluas 744 hektare. Pengguna air yang tergabung dalam GP3A Penjalin Asri bagian hilir yang golongan I hanya Kelompok Tani Mulyo yakni dua P3A arah ke hilir. Sementara Banguncipto ke hilir ikut golongan II karena berkaitan dengan ketersediaan debit air yang ada.

Setiap tahun, debit air yang dialirkan setiap 1 Agustus dari Intake Kalibawang sangat kecil. Air dari Intake Kalibawang dibagi dalam dua golongan. Golongan pertama, masa tanam dimulai pada Agustus. Golongan dua, masa tanamnya dimulai pada November. 

"Sistem golongan ini bertujuan untuk mensiasati keterbatasan debit air dari saluran induk Kalibawang," katanya.

Ia mengatakan area persawahan di golongan I juga masih agak prihatin ketersedian airnya, sehingga masa tanam juga tidak bisa kompak. Tahun ini, petani dari GP3A Penjalin Asri baru sebagian kecil yang mulai tanam.

"Kami juga berharap sawah di GP3A Penjalin bisa masuk masa tanam golongan pertama semua. Sampai saat ini, masih sangat jauh dari harapan. Soal debit air yang masuk sangat rendah," katanya.

Untuk itu, Sutris berharap Pemkab Kulon Progo membuat embung atau mencari sumber air lain yang bisa menambah debit saluran induk Kalibawang supaya debit air yang sampai Bendung Kemukus bisa mencapai di atas 4,5 meter kubik per detik.

Debit air dari saluran induk Kalibawang sampai Bendung Kemukus  hanya 2,44 meter kubik per detik. Nanti dibagi dua, ke GP3A Donomulyo dan GP3A Penjalin Asri. Sehingga air yang sampai hilir sangat sedikit, dan berdampak tidak serentaknya masa tanam.

"Kami berharap ada sumber mata air yang dapat dialirkan ke saluran induk Kalibawang selain air dari Sungai Progo. Kalau hanya mengandalkan air dari Sungai Progo, tidak akan pernah maju pertanian di Kulon Progo," katanya.


Debit air Sungai Progo kecil

Kepala Bidang Pengairan Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Kawasan Permukiman (DPUPKP) Kulon Progo Hadi Priyanto mengatakan tidak ada persoalan dalam pengairan dari saluran induk Kalibawang, hanya saja terkendala debit Sungai Progo.

"Untuk mensiasati debit Sungai Progo yang rendah, kami akan melalukan pengaturan dalam pembagian air. Sejauh ini, saluran irigasi Kalibawang sudah diperbaiki BBWSSO, seperti Talang Bowong. Kami akan lebih hati-hati dalam pengaturan pembagian air, karena debit Sungai Progo tinggal 13 meter kubik per detik," katanya.

Ia mengatakan dari debit Sungai Progo 13.000 meter kubik per detik, saluran irigasi Kalibawang hanya mendapat 6 meter kubik per detik. 

Seperti diketahui sudah ada pembagian air Sungai Progo yang dialirkan ke intake Kalibawang dan intake Karangtalun. Dengan ketentuan dari debit air Sungai Progo, 30 persen dialirkan ke intake Kalibawang dan 70 persen ke intake Karangtalun.

Air yang dialirkan ke intake Kalibawang untuk pengairan pertanian seluas kurang lebih 7.000 hektare (ha) di wilayah Kabupaten Kulon Progo dan air yang dialirkan ke intake Karangtalun untuk pengairan seluas kurang lebih 30.000 hektare, meliputi di Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta dan sebagian Kabupaten Bantul.

"Debit Sungai Progo semakin hari semakin berkurang, sehingga air yang masuk ke Kulon Progo juga tidak sampai 6 meter kubik per detik," katanya.

Hadi Priyanto mengatakan pada tahun ini, pihaknya akan melakukan kajian sumber mata air baru yang bisa dapat menambah debit saluran irigasi Kalibawang.

"Kami akan mencoba membuat kajian sumber air baku, seperti dari Tinalah (Samigaluh) hingga pembuatan embung. Kami akan membuat kajian ini. Hal ini mengingat kebutuhan air untuk irigasi semakin tinggi, sehingga kami mencari sumber air baku. Rencana ini sudah disetujui oleh DPRD Kulon Progo dengan biaya kajian Rp70 juta," katanya.

Sementara itu, Petugas Intake Kalibawang Rahmadi mengatakan sesuai keputusan hasil pertemuan Gabungan Paguyuban Petani Pemakai Air (GP3A), sebagian air Sungai Progo dialirkan ke saluran pada 06.00. Sehari menjelang intake saluran irigasi Kalibawang dibuka, debit air Sungai Progo tinggal sekitar 21 meter kubik. Debit air sungai tersebut harus berbagi di intake Karangtalun untuk pengairan ke saluran Selokan Mataram.

"Intake tetap akan dibuka untuk kapasitas 7 meter kubik per detik. Air yang mengalir ke saluran diperkirakan tidak dapat maksimal sesuai permintaan. Permasalahannya, debit Sungai Progo menyusut dan harus berbagi dengan air yang dialirkan melalui intake Karangtalun," ujar Rahmadi.

Menurutnya, dengan debit air Sungai Progo 21 meter kubik per detik, air yang dialirkan ke intake Karangtalun hanya 16 meter kubik. "Kemampuan maksimal air sungai yang dapat dialirkan ke intake Kalibawang tinggal 5 meter kubik per detik," katanya.


FPDI Perjuangan perjuangkan infrastruktur pertanian

Anggota Fraksi PDI Perjuangan DPRD Kulon Progo Yuli Yantoro mengatakan Fraksi PDI Perjuangan memperjuangkan anggaran untuk membuat kajian sumber-sumber mata air yang ada di Pegunungan Menoreh dapat manfaatkan masuk ke saluran irigasi Kalibawang sistem.

"Semua itu butuh kajian, pada APBD Perubahan 2019 ini ada anggaran untuk membuat kajian sumber-sumber mata air yang ada di Pegunungan Menoreh. Kalau bisa, Fraksi PDI Perjuangan akan komunikasi dengan pusat," kata Yuli Yantoro.

Ia mengatakan 20 persen PDRB Kulon Progo itu masih di bidang pertanian. Artinya, FPDI Perjuangan akan pro petani karena 20 persen penduduk Kulon Progo masih tergantung sektor pertanian.

"Kalau berhasil mencari sumber air baku juga akan menjaga ketahanan pangan di Kulon Progo. Lima tahun ke depan akan menjadi perhatian utama FPDI Perjuangan," katanya.

Yuli Yantoro melihat ada dua sumber mata air yang bisa mencakup enam kecamatan. Saat ini, saluran irigasi Kalibawang 7 meter kubik masuk, tapi setelah masuk ke Bendung Kemukus dan dibagi ke GP3A Donomulyo dan GP3A Penjalin Asri, tingga 4,5 meter kubik per detik.

"Kami ingin membuat sejarah, debit air di Bendung Kemukus 6 meter kubik per detik, sehingga petani tertolong oleh air. Selama ini, kurang adanya perhatian terhadap kondisi debit air yang masuk ke saluran irigasi Kalibawang sistem," katanya.