Jakarta (ANTARA) - Kepala Departemen Football Performance PSS Sleman Jan Saragih mengakui kesulitan untuk menilai performa tim di masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat di Jawa dan Bali yang membuat para pemain harus berlatih mandiri.
Departemen yang dipimpinnya berkewajiban dan harus fokus menjaga, memonitor dan meningkatkan performa pemain dalam segala aspek sepak bola.
"Menilai performance pemain di masa latihan mandiri ini memiliki tantangan yang sangat sulit dan tersendiri," kata Jan, dikutip dari laman resmi klub, Jumat.
Menurut dia, kebijakan PPKM Darurat di Jawa dan Bali tentu saja mempengaruhi proses latihan PSS Sleman menghadapi Liga 1 2021 karena program latihan yang telah dijalankan harus berhenti di tengah jalan.
Seiring program latihan bersama diliburkan, sebagai gantinya, PSS meminta skuad Super Elang Jawa untuk berlatih secara mandiri.
Namun, Jan mengakui kondisi seperti itu harus dijalani dengan sabar karena ada tantangan tersendiri yang harus dihadapi ketika harus analisis jarak jauh.
Ia menjelaskan sepak bola adalah permainan tim bukan permainan individu sehingga aspek-aspek dalam sepak bola sangatlah erat hubungannya antara satu aspek dengan aspek lain.
"Jadi, kita tidak bisa menilai dalam satu aspek saja, gim menjadi parameternya. Bagaimana pemain dapat mengeksekusi perannya dengan baik atau menjalankan tugas dan tanggung jawabnya di dalam tim sesuai strategi dan game plan yang sudah diberikan oleh pelatih," tegasnya.
Berkaitan dengan kondisi latihan mandiri para pemain, Jan Saragih berpesan kepada pemain untuk disiplin dalam menjaga kesehatan dan protokol kesehatan.
"Sangatlah penting untuk semua pemain kembali dalam kondisi bugar dan fit tanpa terpapar COVID-19. Ini agar kita dapat melakukan persiapan kembali dengan cepat dan melanjutkan program-program dari pelatih kepala," pungkasnya.