Miliki potensi gula aren dan madu, Hutan Pendidikan Unhas

id Hutan Pendidikan Unhas, Universitas Hasanuddin,produksi gula aren, madu hutan

Miliki potensi gula aren dan madu, Hutan Pendidikan Unhas

ilustrasi hasil produksi gula aren yang dikembangkan oleh masyarakat Bengo-Bengo, Kabupaten Maros. Antara / Suriani Mappong

Makassar (ANTARA) - Hutan Pendidikan Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar memiliki potensi untuk memproduksi gula aren dan madu hutan dengan memberdayakan masyarakat setempat.

"Hutan Unhas yang dikelola Fakultas Kehutanan Unhas akan mengembangkan potensi gula aren dan madu hutan di kawasan Bengo-Bengo, Kabupaten Maros," kata Dekan Fakultas Kehutanan Unhas Dr A Mujetahid M dalam keterangan persnya di Makassar, Senin.

Dia mengatakan, sebagai langkah awal pengembangan potensi gula aren ini, pihaknya bersama salah seorang Dosen Fakultas Kehutanan Unhas, Syahidah melakukan observasi ke lokasi pengolahan gula aren yang dilakukan oleh masyarakat di areal Hutan Pendidikan Unhas.

Berdasarkan hasil peninjauan tersebut, lanjut dia, masyarakat setempat mengolah atau memasak nira aren dengan menggunakan kayu bakar kurang lebih 3-4 batang kayu berdiameter 6-12 cm yang diperoleh dari sekitar tempat pengolahan.

Kelemahan dari proses pengolahan (memasak) gula aren dengan kayu bakar adalah waktu yang relatif lama. Untuk menghasilkan 30 liter nira membutuhkan waktu sekitar 8 hingga 9 jam.

Di Hutan Pendidikan Unhas terbagi atas 9 kelompok penyadap yang beranggotakan rata-rata dua orang per kelompok. Masing-masing memproduksi gula aren sebesar 5,6 – 9,6 kg per hari atau 168 – 288 kg per bulan per kelompok.

Dengan demikian, potensi gula aren dalam satu bulan oleh 9 kelompok adalah sekitar 1,5 – 2,5 ton per bulan.

Sementara harga gula aren saat ini adalah Rp30.000 per kg, sehingga potensi penghasilan masyarakat dalam sebulan adalah Rp45,36 juta hingga Rp77,76 juta.

Mujetahid mengatakan, perlu inovasi bahan bakar pengolahan gula aren dengan memanfaatkan biogas. Melihat kondisi selama ini, masyarakat melepasliarkan ternaknya di kawasan Hutan Pendidikan, sehingga ternak bisa merusak tanaman dan memakan anakan atau peremajaan pohon aren.

Hal ini merugikan keberlanjutan pengelolaan aren dan juga mengancam kelestarian tanaman di Hutan Pendidikan.

Pembentukan suatu kompleks terpadu antara kandang ternak dengan pengolahan gula aren sangat dibutuhkan dan harus segera diwujudkan, karena kotoran ternak dapat dimanfaatkan sebagai biogas.

Hal ini didukung oleh potensi hijauan sebagai pakan ternak yang cukup banyak. Di sisi lain, sapi yang dikandangkan dapat digemukkan sehingga akan memiliki nilai jual lebih.

Kegiatan lain yang dapat diintegrasikan dalam rencana kompleks terpadu tersebut adalah pemeliharaan lebah madu, karena bunga aren dan beberapa tanaman lainnya dapat menjadi pakan bagi lebah madu tersebut.

Oleh karena itu, perlu dilakukan langkah-langkah aktual untuk memulai program ini, sehingga pemberdayaan masyarakat sekitar Hutan Pendidikan dapat segera diwujudkan dan Kawasan Hutan Pendidikan akan terjaga dari gangguan ternak.
ilustrasi hasil produksi gula aren yang dikembangkan oleh masyarakat Bengo-Bengo, Kabupaten Maros. Antara / Suriani Mappong
Pewarta :
Editor: Herry Soebanto
COPYRIGHT © ANTARA 2024