Konservasi badak lewat translokasi ex situ

id Konservasi,pelestarian Badak Kalimantan, melalui translokasi ex situ,badak

Konservasi badak lewat translokasi ex situ

Badak sumatra yang ditemukan di Kaltim pada 2015 (WWF Indonesia)

Samarinda (ANTARA) - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Kalimantan Timur dan Resort Konservasi Suaka Badak Kelian (RKSBK) Kutai Barat terus melakukan konservasi pelestarian badak kalimantan, salah satunya dengan melakukan translokasi badak liar menuju konservasi ex situ untuk program pengembangbiakan.

Kepala RKSBK Kutai Barat Jono Adiputro menjelaskan pelestarian ex situ adalah pelestarian keanekaragaman hayati di luar habitat aslinya.

"Hewan atau tumbuhan yang akan dilestarikan dibawa keluar dari habitat dan masuk ke dalam habitat baru yang lebih terkontrol, Contoh pelestarian ex situ, yaitu kebun raya, bank DNA, kebun binatang, kebun botani, bank benih dan taman safari," kata Jono dalam keterangan resmi diterima di Samarinda, Minggu.

Untuk melaksanakan program konservasi satwa langka tersebut pihaknya kini tengah menunggu dokumen Rencana Aksi Darurat (RAD) yang mencakup seluruh wilayah Indonesia yakni Aceh, Lampung, dan Kalimantan.

"Itu pedoman kita untuk melaksanakan kegiatan konservasi. RAD sebelumnya, tahun 2018-2021, sudah habis," kata Jono.



Saat ini, menurut dia, ada satu badak berkelamin betina bernama Pahu yang berada di Suaka Badak Kelian, Kutai Barat. Proses penyelamatan badak Pahu dari alam liar dilakukan sejak 2015, kemudian dipindahkan ke Suaka Badak Kelian pada tahun 2018.

"Suaka tempat badak Pahu berada itu di sebuah lahan seluas 10 hektare. Lahan suaka tersebut dikelilingi dengan pagar kawat listrik. Kondisi suaka dibuat persis seperti habitat badak di alam liar. Petugas suaka yang masuk pun dibatasi, hanya keeper dan dokter hewan," katanya.

Untuk pakan, pihak suaka biasa menyuplai sekitar 25 kilogram daun dan buah-buahan yang diambil dari kawasan hutan lindung. Badak Pahu membutuhkan sekitar 10 persen dari berat badannya dalam pemenuhan pakan harian.

"Jadi per hari itu, dia butuh makan sekitar 35 kilogram daun dan buah-buahan. Sebanyak 25 kilogram kita siapkan, sisanya dia mencari sendiri," kata Jono.

Pihak suaka kini tengah fokus dalam proses perawatan dan pengembangbiakan untuk menambah jumlah populasi, yakni dengan mencari badak jantan untuk dikawinkan dengan badak betina.



Namun, ia mengakui sangat sulit menemukan badak di alam liar, karena badak merupakan hewan yang soliter atau penyendiri.




dengan judul: RKSBK: Konservasi badak kalimantan melalui translokasi ex situ