Petani Kulon Progo panen raya ubi kayu seluas 16 hektare

id ubi kayu,Kulon Progo

Petani Kulon Progo panen raya ubi kayu seluas 16 hektare

Penjabat Bupati Kulon Progo Ni Made Dwipanti panen ubi kayu. (ANTARA/HO-Humas Pemkab Kulon Progo)

Kulon Progo (ANTARA) - Kelompok Tani Sumber Rejeki Kalurahan Banjarsari Kapanewon Samigaluh Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, panen raya ubi kayu seluas 16 hektare. 

Lurah Banjarsari Muhyadi di Kulon Progo, Rabu, mengatakan budidaya ubi kayu merupakan salah satu upaya meningkatkan perekonomian dan pertumbuhan ekonomi dengan mengoptimalkan pemanfaatan lahan milik PT Madukismo yang tidak digunakan dengan luas total sekitar 16 hektare.

"Kami berupaya desa kami bergerak dari desa berkembang ke maju, ini perlu upaya luar biasa, berjibaku untuk menuju ke mandiri, harus bekerja mengintegrasikan dengan urusan niaga," kata Muhyadi.

Ia mengatakan panen awal ubi kayu ini memberi manfaat bagi masyarakat baik sebagai lahan bekerja dan bisa dijual dan diekspor. Selain itu, ketela sebagai bahan pakan ternak yang juga mampu menumbuhkan ekonomi di sektor peternakan.

Satu hektare lahan estimasi bisa menghasilkan 50-60 ton per tahun. Adapun untuk pangsa pasar, bekerja sama dengan pabrik pengolahan keripik singkong di Magelang dengan kuota per hari 4 - 4,5 ton. Sedang untuk kuota ekspor mampu menyumbang 2-3 ton ke pasar Korea dan Malaysia, dan sisanya pangsa pasar lokal jawa.

"Kami optimistis ladang ubi kayu seluas 10 hektare ini mampu meningkatkan pendapatan petani di Banjarasri," kata Muhyadi.

Sementara itu, Penjabat Bupati Kulon Progo Ni Made Dwipanti Indrayanti mengatakan penanam ubi kayu ini selaras dengan program kemandirian dan kedaulatan pangan, yang sudah selayaknya terus digaungkan budidaya pangan lokal sebagai upaya diversifikasi pangan.

Menurut dia, ubi kayu patut diberikan perhatian lebih karena memiliki prospek yang bagus. Ubi kayu gampang dibudidayakan, tidak memerlukan lahan yang spesifik dan bahkan bisa ditanam di pekarangan rumah.

"Kami kira perawatannya juga lebih mudah dari pada komoditas pangan lainnya," kata Ni Made.

Menurut Ni Made, tidak bisa di pungkiri pengembangan ubi kayu memiliki beberapa tantangan seperti terbatasnya bibit unggul bersertifikat, kondisi harga, umur panen panjang, produktivitas yang perlu untuk ditingkatkan dan penanganan pascapanen.

Ia mengatakan ubi kayu akan bisa menjadi komoditas primadona asalkan dikelola dengan baik. Pengelolaan yang baik tersebut dimulai sejak pemilihan bibit hingga penanganan pascapanen.

"Kami meminta Dinas Pertanian harus terus mendorong para petani lokal untuk bisa meningkatkan produktivitas ubi kayu, salah satunya dengan pemilihan varietas yang unggul dan pemupukan tanaman secara tepat," katanya.
Pewarta :
Editor: Victorianus Sat Pranyoto
COPYRIGHT © ANTARA 2024