Yogyakarta (ANTARA) - Komitmen Pemerintah Kota Yogyakarta dalam memperkuat sistem deteksi dini penyakit menular khususnya polio, campak, dan rubella membuahkan hasil. Kementerian Kesehatan RI melalui Direktorat Imunisasi resmi menganugerahkan penghargaan kepada kota budaya ini atas keberhasilannya dalam pengendalian ketiga penyakit tersebut.
Kota Yogyakarta berhasil memenuhi dua indikator utama dalam surveilans penyakit menular yang ditetapkan secara nasional. Pertama, tingkat Non-Polio Acute Flaccid Paralysis (NPAFP) di atas 3 per 100.000 anak usia di bawah 15 tahun. Kedua, tingkat Discarded Rate, yakni jumlah kasus suspek Campak-Rubella yang terbukti negatif dari hasil uji laboratorium, mencapai lebih dari 2 per 100.000 penduduk.
“Ini bukti nyata komitmen kami dalam pengendalian Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi,” ungkap dr. Lana Unwanah, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, dikutip dari website Dinas Kesehatan setempat, Senin (10/6).
Menurutnya, surveilans aktif menjadi kunci. Semakin banyak kasus kelumpuhan layuh akut (Acute Flaccid Paralysis/AFP) yang ditemukan dan diuji, semakin baik sistem kewaspadaan kesehatan masyarakat. Jika hasil laboratorium menyatakan kasus tersebut negatif Polio, itu menjadi sinyal positif: tidak ada penyebaran virus aktif di masyarakat. Sebaliknya, jika terbukti Polio, penanganan segera bisa dilakukan.
Baca juga: Kiat hindari penularan COVID-19 semasa libur panjang
Ketua Tim Kerja Surveilans Penyakit Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Solikhin Dwi menegaskan pentingnya sistem yang proaktif.
“Semakin banyak suspek yang terdeteksi dan diuji, makin kuat deteksi dini kita,” ujarnya.
Solikhin juga menyoroti peran vital tenaga kesehatan di berbagai lini—dokter, perawat, epidemiolog, hingga laboran di puskesmas dan rumah sakit yang konsisten menjalankan prosedur standar dengan disiplin tinggi.
Kualitas surveilans, tegasnya, bergantung pada keberanian tenaga medis menetapkan suspek, ketepatan pengambilan dan pengiriman spesimen, serta kecepatan laboratorium dalam memberi hasil.
Yogyakarta kini menjadi salah satu kota yang dinilai berhasil menjaga kewaspadaan terhadap penyebaran penyakit menular, sekaligus mencerminkan kesiapan kota ini dalam mencegah terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) di wilayahnya.
Baca juga: Dance ringan 15 menit bisa tingkatkan imun dan cegah penyakit pernapasan
Baca juga: Ibu hamil berusia di atas 35 tahun berisiko lahirkan bayi dengan PJB