Yogyakarta (ANTARA) - Tim Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) Program Studi Arsitektur Universitas Sebelas Maret bersama Yayasan Lasem Heritage melakukan pendokumentasian bangunan pusaka dan hasilnya masih dimanfaatkan masyarakat dan pemangku kepentingan lokal sebagai referensi dalam kegiatan edukasi dan pelestarian bangunan bersejarah.
Pendokumentasian penyelenggaraan Sanggar Kerja Penanganan Pertama pada Kerusakan Bangunan Cagar Budaya (P3KBCB) 2025 tersebut dilakukan oleh tim mahasiswa MBKM Arsitektur UNS yang dipimpin Febrian Dino Yudhanegara, bersama lima anggota tim yakni Azmi Akhmad Noor Tsani, Septian Arya Dwitama, Brahmaditya Binsar Dewanto, Octa Nurkarim Nugroho, dan Joshua Jevon A.S, di bawah bimbingan Dr. Eng. Kusumaningdyah Nurul Handayani, S.T., M.T.; Ar. Mutiawati Mandaka, IAI; dan Ar. Gun Faisal, IAI.
Kegiatan tersebut dilaksanakan dalam bentuk diskusi daring serta praktik lapangan di sejumlah titik bangunan di Lasem dengan pusat kegiatan di Museum Nyah Lasem sebagai tempat berbagi pengetahuan antara akademisi, pelestari, dan masyarakat.
Koordinator tim pelaksana Febrian Dino Yudhanegara menjelaskan bahwa hasil pendokumentasian berupa foto, deskripsi bangunan, serta identifikasi tingkat kerusakan dikembangkan menjadi media edukasi publik dalam bentuk poster dan leaflet advokasi. Media tersebut digunakan selama kegiatan berlangsung dan terus dimanfaatkan dalam berbagai diskusi komunitas pelestarian di tingkat lokal.
Masyarakat setempat menyambut positif kegiatan tersebut. Warga menilai media visual hasil dokumentasi mahasiswa membantu mereka memahami kondisi kerusakan bangunan bersejarah serta langkah awal perawatan yang dapat dilakukan secara mandiri.
"Poster dan leaflet-nya sangat informatif, jadi lebih paham bagaimana melihat kerusakan dan merawat rumah tua kami,” kata Wiwik Tjiook, salah satu peserta workshop.
Selain berdampak pada peningkatan kesadaran masyarakat, kegiatan P3KBCB 2025 juga berkontribusi terhadap pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) poin ke-11, yakni Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan, khususnya pada Target 11.4 tentang pelindungan dan pelestarian warisan budaya.
Melalui hasil dokumentasi yang dapat diakses kembali, kegiatan tersebut menjadi salah satu langkah kecil untuk memperkuat kapasitas lokal dalam menjaga nilai sejarah arsitektur di Lasem.
"Kami melihat dokumentasi ini tidak hanya mencatat kondisi bangunan, tetapi juga menjadi sarana pembelajaran bagi masyarakat dalam mengenali dan merawat peninggalan bersejarah di lingkungan mereka," kata Febrian.
Tim pelaksana berharap hasil dokumentasi tetap terbuka dan dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak sebagai rujukan edukasi serta dasar advokasi pelestarian bangunan cagar budaya. Kolaborasi antara perguruan tinggi, Yayasan Lasem Heritage, dan masyarakat Lasem diharapkan terus berlanjut melalui program pendampingan dan kegiatan lanjutan.
