Jakarta (ANTARA) - Di dalam sejarah perfilman Indonesia, tampaknya baru pada film Comic 8 Revolution: Santet K4bin3t saja tersaji sebuah cerita yang menampakkan seorang presiden yang cemas oleh kemunculan santet.
Santet bikin presiden cemas memang tidak biasa. Biasanya, seorang kepala negara baru pusing jika urusan inflasi tidak terkendali atau gejolak politik memicu demo besar-besaran.
Ketidakbiasaan itu bisa terjadi karena komedian Lies Hartono alias Cak Lontong yang memerankan sosok presiden tersebut. Di sini Cak Lontong dibuat pusing menghadapi ancaman yang tidak terduga terhadap jajaran pejabat di istananya.
Bermula dari kabar buruk yang berembus dari lingkungan istana bahwa salah satu pejabat di kabinet terkena serangan santet.
Dampaknya, negara yang membanggakan sistem intelijen canggih itu pun harus kelimpungan di hadapan hal-hal klenik yang tidak terdeteksi oleh radar keamanannya.
Bagi Cak Lontong, peran sebagai orang nomor satu di sebuah negara ini merupakan bagian dari perjalanan peran yang unik di semesta Comic 8.
Pada film sebelumnya, ia dikenal sebagai kriminal dengan logika silogisme yang berputar-putar bernama Cak Lontong. Lalu, ia menjadi Cak Lemper, sosok pengusaha yang mengaku sebagai sepupu Cak Lontong pada film kedua, Comic 8: Casino Kings.
Kini dalam film Comic 8 Revolution, Lies Hartono dipilih untuk memerankan seorang pemegang tampuk kekuasaan tertinggi sebuah negara. Dia berhasil menampakkan sikap lebih percaya pada jasa guru spiritual dalam mengatasi gangguan keamanan dibandingkan para petinggi militer di istana.
Andre Taulany peran utama
Begitu urusan santet muncul, fokus cerita berpindah ke dunia perdukunan yang dipimpin oleh Andre Taulany.
Dia semakin mapan dengan julukan Dukun Spesialis Falcon. Dari empat proyek kerja sama terakhirnya bersama rumah produksi Falcon Pictures, tiga di antaranya menempatkan Andre sebagai sosok yang akrab dengan dunia klenik itu.
Bedanya, dalam film ini, Andre resmi "naik jabatan" menjadi pemeran utama dengan karakter bernama Ki Bagus.
Ki Bagus tidak sendiri; ia didampingi oleh Hesti Purwadinata yang memerankan Nyi Gendis, pasangan dukun setianya.
Demi membangun jalinan cerita sebagai sepasang kekasih yang romantis, Andre dan Hesti mengaku harus menjalani masa karantina bersama selama proses syuting.
Hesti bahkan berkelakar bahwa intensitas pertemuannya dengan Andre selama syuting jauh lebih tinggi daripada intensitas bertemu dengan anak-anaknya.
Dedikasi tersebut membuahkan hasil bagus di layar, di mana interaksi pasangan Ki Bagus dan Nyi Gendis tampil begitu luwes dan alami sepanjang film.
Visi baru Fajar Bustomi
Salah satu hal baru dalam seri Comic 8 Revolution adalah kursi sutradara yang kini diduduki oleh Fajar Bustomi.
Ia hadir menggantikan Anggy Umbara dan membawa warna baru ke semesta Comic 8.
Fajar bukanlah nama baru di industri ini; ia mengawali kariernya dari bawah sebagai script continuity atau pencatat adegan, sebelum akhirnya sukses menyutradarai video klip dan berbagai film layar lebar populer seperti seri Dilan.
Pengalaman Fajar memberikan perspektif baru bagi film ini. Di bawah arahannya, film tetap mempertahankan elemen aksi yang eksplosif, namun dengan penyajian gambar yang runtut dan enak ditonton.
Fajar menerapkan kedisiplinan yang ia patenkan selama bertahun-tahun dalam dunia perfilman untuk memastikan bahwa meskipun premisnya absurd, eksekusinya tetap memiliki nilai produksi tinggi.
Fajar Bustomi menuntut totalitas dari para pemain, dan hal tersebut dijawab dengan profesionalitas dari para aktor dan aktris yang terlibat di film ini.
Indy Barends harus menghadapi tantangan adegan makan sereh yang alami. Untuk menyajikan visual yang autentik, ia benar-benar mengunyah kapur sirih dan batang serai asli berkali-kali sampai merasakan mual di belakang layar.
Kegigihan serupa ditunjukkan oleh aktor pendatang baru Mister Aloy (Aldy Renaldi). Demi adegan sebagai dukun sukses yang sudah berjaya di Jakarta, Aloy sampai mengalami lecet-lecet karena jatuh berkali-kali saat latihan menggunakan hoverboard.
Ia harus berlatih keras menggunakan papan seluncur beroda dua bertenaga baterai itu agar penampilannya yang glamor terlihat alami dan memberikan kesan dukun modern yang meyakinkan.
Perjuangan tidak berhenti di situ. Tim pemeran yang melakukan pengambilan gambar di sebuah pulau di Kepulauan Seribu, lokasi yang sebelumnya pernah digunakan sebagai tempat syuting film Warkop DKI Reborn, harus menahan mabuk laut parah akibat guncangan ombak saat proses perjalanan berlangsung.
Meskipun kondisi perut sedang tidak enak, Fajar Bustomi tetap meminta para pemain untuk tampil ceria dan melucu di depan kamera. Bayu Wibowo mengonfirmasi bahwa ia adalah salah satu pemeran yang berusaha maksimal berakting lucu meski dilanda pengar selepas perjalanan laut.
Era baru: Regenerasi komika utama
Poin paling fundamental dari Comic 8 Revolution adalah keberaniannya melakukan regenerasi. Film ini menunjuk sebelas komika baru hasil audisi ketat sebagai pemeran utama, yaitu: Bagas Sianipar, Bayu Wibowo, Fadholi Ambar, Felix Seda, Johan Juling, Jerry Libing, Aep Sutisna, Aji Betawi, Sardhol, Andro, dan Bayu Terimakasih.
Keputusan tersebut menjadi langkah besar karena mereka kini memegang tongkat estafet dari para komika senior seperti Ernest Prakasa, mendiang Babe Cabita dan Mudy Taylor, hingga Mongol Stress yang mengisi peran utama di seri-seri sebelumnya.
Untuk memastikan kesiapan mereka dalam mengambil alih akting komedi dan aksi yang sarat tembak-tembakan, para pemeran utama baru tersebut harus melewati masa "ospek" berupa lokakarya dan latihan intensif selama sebulan penuh.
Kehadiran wajah-wajah baru ini, yang bersanding dengan jajaran senior seperti Indro Warkop, Kiky Saputri, dan Oki Rengga, menjadi elemen penting yang memberikan kesegaran di sepanjang film.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: "Comic 8 Revolution" sajikan parodi klenik yang guncang kekuasaan
