Jogja (ANTARA Jogja) - SMP Stella Duce 1 Yogyakarta meraih rekor dari Museum Rekor Dunia Indonesia  sebagai sekolah pelopor pengguna batik karya sendiri dalam kegiatan Ekspo Batik.

"Pemberian rekor dari MURI ke Yogyakarta bukan untuk pertama kali ini saja, termasuk rekor yang berhubungan dengan batik," kata Manajer MURI Sri Widayati saat pemberian Rekor MURI di Yogyakarta, Selasa.

Sejumlah rekor terkait batik yang telah diberikan MURI kepada Yogyakarta adalah kemeja batik terbesar yang pernah diberikan pada 2006, membuat batik di selendang sepanjang 1.200 meter pada 2007, replika pohon natal tertinggi dari batik setinggi 19,45 meter.

Selain itu, juga pernah diberikan rekor untuk membatik dengan peserta terbanyak yaitu 2.200 orang pada 2010 dan membatik dengan motif terbanyak 1.001 motif pada 2010.

Rekor sebagai sekolah pelopor pengguna batik karya sendiri tersebut dicatat melalui sertifikat bernomor 5616/12/MURI/X/2012.

"Membatik adalah bentuk cinta kepada budaya bangsa Indonesia. Diharapkan, kreativitas ini bisa diikuti oleh sekolah-sekolah lain dengan karya-karya spektakuler," katanya.

Pemberian rekor MURI kepada SMP Stella Duce 1 Yogyakarta tersebut dilakukan bertepatan dengan peringatan Hari Batik. UNESCO telah mengakui batik sebagi warisan budaya bangsa Indonesia sejak 2009.

Dalam kegiatan tersebut, siswa dan guru SMP tersebut mengenakan batik karya mereka sendiri dan memeragakannya.

Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi DIY Riyadi Ida Bagus yang membacakan sambutan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono (HB) X mengatakan, batik Indonesia memiliki tempat tersendiri bagi pecinta batik.

"Tetapi yang disayangkan adalah minimnya regenerasi pembuat batik, khususnya batik tulis sehingga makin lama jumlahnya makin sedikit," katanya.

Karena itu, kata dia, generasi muda perlu memiliki kesadaran untuk mempertahankan budaya warisan bangsa tersebut.

Sedangkan Kepala SMP Stella Duce 1 Listyawati Sri Nugrahaningsih mengatakan, kegiatan membatik oleh siswa-siswi sekolah tersebut perlu mendapatkan pengakuan.

"Meskipun batik tersebut dibuat dengan cara yang sederhana, namun tetap harus diapresiasi sehingga akan memberikan dampak positif kepada anak-anak di masa yang akan datang," katanya.

(E013)


Pewarta :
Editor : Mamiek
Copyright © ANTARA 2024