Jakarta (Antara Jogja) - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Amalia Sari Gumelar meminta para perempuan calon anggota legislatif pada Pemilu 2014 untuk lebih peka atau sensitif terhadap denyut aspirasi rakyat.
"Khususnya aspirasi para perempuan," kata Linda Amalia Sari Gumelar di Jakarta, Kamis.
Dia menjelaskan, bukti empirik menunjukkan, di satu pihak sebagian tokoh atau pemimpin masyarakat masih membatasi ekspresi perempuan.
Di pihak struktur kekuasaan formal cenderung mereproduksi kebijakan bias gender yang merugikan perempuan dan anak.
Oleh sebab itu, perempuan calon anggota legislatif dalam melakukan kampanyenya lebih menekankan kepentingan, aspirasi, kebutuhan dan permasalahan perempuan dan anak yang lebih berorientasi pada peningkatan kualitas hidup perempuan dan anak yang bermuara pada kualitas hidup bangsa Indonesia.
Para caleg perempuan, tambah dia, harus memiliki komitmen kuat untuk menjaga stabilitas politik dan ekonomi dengan cara membangun ketahanan ekonomi keluarga melalui penghematan sumberdaya yang dimiliki.
"Melemahnya nilai rupiah terhadap nilai dolar mengakibatkan harga bahan kebutuhan pokok lebih tinggi yang memicu terjadinya inflasi, sehingga perempuan yang memegang kendali kebutuhan konsumsi rumah tangga mengalami kegundahan," katanya.
Tentu saja, kata dia, hal itu kurang menguntungkan perempuan di desa dan di kota yang berpendapatan rendah yang berakibat berkurangnya kualitas gizi yang dikonsumsi oleh keluarganya sehari-hari.
Dia juga berharap para perempuan calon anggota legislatif memposisikan dan memerankan sebagai kampiun demokrasi yang sejati.
"Harus tampil sebagai manusia paripurna yang penampilan politiknya senantiasa mengembangkan nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab guna meraih kemenangan perolehan suara Pemilu secara terhormat," katanya.
(W004)
"Khususnya aspirasi para perempuan," kata Linda Amalia Sari Gumelar di Jakarta, Kamis.
Dia menjelaskan, bukti empirik menunjukkan, di satu pihak sebagian tokoh atau pemimpin masyarakat masih membatasi ekspresi perempuan.
Di pihak struktur kekuasaan formal cenderung mereproduksi kebijakan bias gender yang merugikan perempuan dan anak.
Oleh sebab itu, perempuan calon anggota legislatif dalam melakukan kampanyenya lebih menekankan kepentingan, aspirasi, kebutuhan dan permasalahan perempuan dan anak yang lebih berorientasi pada peningkatan kualitas hidup perempuan dan anak yang bermuara pada kualitas hidup bangsa Indonesia.
Para caleg perempuan, tambah dia, harus memiliki komitmen kuat untuk menjaga stabilitas politik dan ekonomi dengan cara membangun ketahanan ekonomi keluarga melalui penghematan sumberdaya yang dimiliki.
"Melemahnya nilai rupiah terhadap nilai dolar mengakibatkan harga bahan kebutuhan pokok lebih tinggi yang memicu terjadinya inflasi, sehingga perempuan yang memegang kendali kebutuhan konsumsi rumah tangga mengalami kegundahan," katanya.
Tentu saja, kata dia, hal itu kurang menguntungkan perempuan di desa dan di kota yang berpendapatan rendah yang berakibat berkurangnya kualitas gizi yang dikonsumsi oleh keluarganya sehari-hari.
Dia juga berharap para perempuan calon anggota legislatif memposisikan dan memerankan sebagai kampiun demokrasi yang sejati.
"Harus tampil sebagai manusia paripurna yang penampilan politiknya senantiasa mengembangkan nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab guna meraih kemenangan perolehan suara Pemilu secara terhormat," katanya.
(W004)