Yogyakarta (Antara Jogja) - Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia mendorong seluruh perguruan tinggi swasta di Indonesia mampu mewujudkan internasionalisasi pendidikan guna mencetak lulusan yang mampu bersaing dalam arus global.

Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (Aptisi), Edy Suandi Hamid di Yogyakarta, Kamis, mengatakan internasionalisasi saat ini menjadi isu penting bagi dunia pendidikan apalagi Indonesia akan menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN pada 2015.

"Melihat kondisi itu salah satu hal yang patut dipikirkan adalah sejauh mana aktor pendidikan tinggi di tanah air memiliki kesiapan untuk menghadapi internasionalisasi pendidikan itu,"katanya dalam Rapat Kerja Pengurus Pusat Pleno ke-5 Aptisi.

Menurut rektor Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta ini, dalam rangka menghadapi internasionalisasi. Pendidikan itu, PTS pertama-tama harus mampu meningkatkan jejaring kerjasama dengan perguruan tinggi asing berkualitas.

Hal itu, menurut dia, berguna untuk menimba wawasan mengenai pengelolaan institusi pendidikan bertaraf internasional.

"Kerjasama semacam itu juga bermanfaat untuk mendorong peningkatan kapasitas dan daya saing PTS dalam hal penelitian dan penguatan sumber daya manusia,"kata dia.

Untuk mendukung proses internasionalisasi itu, Edy mengatakan, sejauh ini Aptisi juga terus menggalakkan berbagai kerjasama dengan perguruan tinggi (PT) asing. Antara lain di Benua Australia, yakni dengan University of Technology Sydney, Deakin University, serta University of Tasmania.

Namun demikian, ia mengatakan, upaya untuk memacu internasionalisasi itu juga memiliki berbagai kendala internal antara lain persoalan akreditasi perguruan tinggi serta kebijakan pemerintah yang cenderung masih timpang terhadap PTS.

"Beberapa permasalahan itu, seperti kebijakan akreditasi institusi perguruan tinggi yang dinilai kurang realistis. Serta belum lama ini adanya pembekuan pangkalan data PTS,"katanya.

Selain itu, persoalan mendasar lainnya yakni terkait dengan budaya beberapa perguruan tinggi swasta di Indonesia yang masih cenderung menunggu dari pada bertindak lebih awal. PTS di Indonesia, menurut dia, secara keseluruhan baru 20 persen yang mengerti dan siap menghadapi MEA 2015.

"Kebiasaan kita kan masih menunggu tantangan itu tiba, bukan bersiap-siap jauh hari. Kalau saya lihat di negara ASEAN lainnya mereka semua sudah siap untuk menghadapi MEA 2015,"katanya.

(KR-LQH)

Pewarta : Oleh Luqman Hakim
Editor : Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2024