Jogja (Antara Jogja) - Tim mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta memanfaatkan limbah kulit singkong sebagai penyerap pewarna "direct" teknis yang banyak digunakan industri tekstil.
"Penelitian menunjukkan selulosa asetat dari kulit singkong mampu menyerap pewarna `direct` teknis. Daya menyerap pada variasi waktu kontak secara umum mengalami kenaikan seiring dengan naiknya konsentrasi," kata koordinator tim mahasiswa Desiyuning FZ di Yogyakarta, Senin.
Menurut dia, pada penelitian itu tahapan yang dilakukan adalah preparasi sampel, isolasi, dan ekstraksi sampel sehingga diperoleh selulosa. Kulit singkong dibersihkan, kemudian dikeringkan sampai kadar airnya berkurang.
"Kulit singkong yang telah kering kemudian dipotong kecil-kecil dan diblender sampai didapat sampel dengan ukuran yang kecil," katanya.
Ia mengatakan proses isolasi seluosa dilakukan dengan menggunakan alat soklet dengan perbandingan pelarut yakni etanol dan toluen sebesar 1:2. Kulit singkong yang telah diblender dan dikeringkan kemudian disokletasi selama lima jam.
"Sampel yang telah diperoleh pada proses sokletasi selanjutnya dioven dan dibilas denga air panas agar bebas etanol dan toluen. Sampel yang telah diperoleh dilarutkan dengan NaOH dingin dan NaOH panas untuk menghilangkan hemiselulosa dan lignin," katanya.
Selanjutnya sampel direndam dengan NaOCL 0,5 persen dengan penambahan NaOH padat sampai sampel berubah menjadi berwarna putih kekuningan. Dari 60 gram kulit singkong yang diisolasi diperoleh hasil isolasi sebanyak 16 gram.
Menurut dia, berdasarkan standar SNI, selulosa asetat yang baik adalah selulosa asetat dengan persentase asetil sebesar 39-40 persen. Persentase asetil merupakan jumlah asam asetat yang diesterifikasi pada rantai selulosa yang akan menentukan nilai derajat subtitusi," katanya.
"Proses absorpsi dengan selulosa asetat dari limbah kulit singkong terhadap larutan pewarna `direct red` dan `direct black` telah dilakukan dengan variasi waktu kontak selama 5, 10, 15, 30, 45, 60, 90, 120, dan 180 menit," katanya.
Ia mengatakan massa penyerap yang digunakan adalah satu gram yang dilarutkan dalam 100 ml larutan pewarna "direct" dengan konsentrasi 200 ppm.
Hasil penelitian menunjukkan daya absorpsi maksimum selulosa asetat untuk "direct red" adalah pada waktu kontak absorpsi selama 90 menit dengan efisiensi absorpsi sebesar 44,82 persen.
"Efisiensi absorpsi selulosa asetat terhadap `direct black` adalah 32,5 persen pada waktu kontak absorpsi selama 45 menit," katanya.
Anggota tim mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) adalah Margaretha Aditya K dan Elsa Nidya H dengan dosen pembimbing Endang Widjajanti.
(B015)
"Penelitian menunjukkan selulosa asetat dari kulit singkong mampu menyerap pewarna `direct` teknis. Daya menyerap pada variasi waktu kontak secara umum mengalami kenaikan seiring dengan naiknya konsentrasi," kata koordinator tim mahasiswa Desiyuning FZ di Yogyakarta, Senin.
Menurut dia, pada penelitian itu tahapan yang dilakukan adalah preparasi sampel, isolasi, dan ekstraksi sampel sehingga diperoleh selulosa. Kulit singkong dibersihkan, kemudian dikeringkan sampai kadar airnya berkurang.
"Kulit singkong yang telah kering kemudian dipotong kecil-kecil dan diblender sampai didapat sampel dengan ukuran yang kecil," katanya.
Ia mengatakan proses isolasi seluosa dilakukan dengan menggunakan alat soklet dengan perbandingan pelarut yakni etanol dan toluen sebesar 1:2. Kulit singkong yang telah diblender dan dikeringkan kemudian disokletasi selama lima jam.
"Sampel yang telah diperoleh pada proses sokletasi selanjutnya dioven dan dibilas denga air panas agar bebas etanol dan toluen. Sampel yang telah diperoleh dilarutkan dengan NaOH dingin dan NaOH panas untuk menghilangkan hemiselulosa dan lignin," katanya.
Selanjutnya sampel direndam dengan NaOCL 0,5 persen dengan penambahan NaOH padat sampai sampel berubah menjadi berwarna putih kekuningan. Dari 60 gram kulit singkong yang diisolasi diperoleh hasil isolasi sebanyak 16 gram.
Menurut dia, berdasarkan standar SNI, selulosa asetat yang baik adalah selulosa asetat dengan persentase asetil sebesar 39-40 persen. Persentase asetil merupakan jumlah asam asetat yang diesterifikasi pada rantai selulosa yang akan menentukan nilai derajat subtitusi," katanya.
"Proses absorpsi dengan selulosa asetat dari limbah kulit singkong terhadap larutan pewarna `direct red` dan `direct black` telah dilakukan dengan variasi waktu kontak selama 5, 10, 15, 30, 45, 60, 90, 120, dan 180 menit," katanya.
Ia mengatakan massa penyerap yang digunakan adalah satu gram yang dilarutkan dalam 100 ml larutan pewarna "direct" dengan konsentrasi 200 ppm.
Hasil penelitian menunjukkan daya absorpsi maksimum selulosa asetat untuk "direct red" adalah pada waktu kontak absorpsi selama 90 menit dengan efisiensi absorpsi sebesar 44,82 persen.
"Efisiensi absorpsi selulosa asetat terhadap `direct black` adalah 32,5 persen pada waktu kontak absorpsi selama 45 menit," katanya.
Anggota tim mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) adalah Margaretha Aditya K dan Elsa Nidya H dengan dosen pembimbing Endang Widjajanti.
(B015)