Jogja (Antara Jogja) - Pengelolaan pendidikan di Indonesia perlu bercermin pada dinamika Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo, Jawa Timur, kata Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta Husain Haikal.
"Pondok Modern Darussalam Gontor adalah sebuah pondok pesantren yang terus berkembang, meskipun dimulai dari pendidikan anak usia dini," katanya dalam pidato memasuki masa purnatugas di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Rabu.
Menurut dia, dengan tekad yang kuat dan terus melakukan berbagai terobosan, Pondok Modern Darussalam Gontor mampu bertahan dan berkembang.
"Salah satu sebabnya barangkali Pondok Modern Darussalam Gontor tidak pernah mengikuti jejak pengelolaan pendidikan Indonesia yang asyik dengan ganta-ganti kurikulum," katanya.
Ia mengatakan Pondok Modern Darussalam Gontor tetap bertahan dengan kurikulum yang dimilikinya dan tidak tertarik untuk berganti-ganti kurikulum yang melelahkan serta membingungkan semua pihak yang terlibat terutama para guru, siswa, dan orang tua.
"Pihak yang berwenang dalam bidang pendidikan di Indonesia hanya sibuk bergulat dengan kurikulum atau mengganti nama sekolah, sedangkan mutu pendidikan semakin merosot," katanya.
Menurut dia, Indonesia seakan-akan berlari di tempat sementara negara jiran semakin berkembang dan pendidikannya bermutu dunia.
"Akibatnya, Indonesia semakin kekurangan sumber daya manusia yang bermutu, dan kekurangan itu diisi orang asing," katanya.
(B015)
"Pondok Modern Darussalam Gontor adalah sebuah pondok pesantren yang terus berkembang, meskipun dimulai dari pendidikan anak usia dini," katanya dalam pidato memasuki masa purnatugas di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Rabu.
Menurut dia, dengan tekad yang kuat dan terus melakukan berbagai terobosan, Pondok Modern Darussalam Gontor mampu bertahan dan berkembang.
"Salah satu sebabnya barangkali Pondok Modern Darussalam Gontor tidak pernah mengikuti jejak pengelolaan pendidikan Indonesia yang asyik dengan ganta-ganti kurikulum," katanya.
Ia mengatakan Pondok Modern Darussalam Gontor tetap bertahan dengan kurikulum yang dimilikinya dan tidak tertarik untuk berganti-ganti kurikulum yang melelahkan serta membingungkan semua pihak yang terlibat terutama para guru, siswa, dan orang tua.
"Pihak yang berwenang dalam bidang pendidikan di Indonesia hanya sibuk bergulat dengan kurikulum atau mengganti nama sekolah, sedangkan mutu pendidikan semakin merosot," katanya.
Menurut dia, Indonesia seakan-akan berlari di tempat sementara negara jiran semakin berkembang dan pendidikannya bermutu dunia.
"Akibatnya, Indonesia semakin kekurangan sumber daya manusia yang bermutu, dan kekurangan itu diisi orang asing," katanya.
(B015)