Jogja (Antara Jogja) - Perguruan tinggi swasta diharapkan melakukan penguatan kelembagaan agar dapat memberikan kontribusi optimal bagi bangsa, dan bisa bertahan untuk menjalankan misi pendidikannya.
"Hal itu untuk menjawab persoalan besar bangsa dan menghadapi persaingan yang semakin terbuka," kata Ketua Umum Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (Aptisi) Edy Suandi Hamid di Yogyakarta, Senin.
Untuk itu, kata dia, Rapat Pengurus Pusat Pleno (RPPP) Ke-7 Aptisi di Batam, 1-3 April 2015, mengetengahkan tema penting yakni "Penguatan Kelembagaan untuk Peningkatan Mutu Pendidikan Tinggi".
"Pemilihan tema itu tentu terkait dengan kondisi faktual perguruan tinggi di Tanah Air yang banyak memerlukan perhatian ekstra dan melakukan akselerasi peningkatan kualitasnya, dan situasi keterbukaan yang semakin menjelma dalam dunia pendidikan kita," katanya.
Menurut dia, pemberlakuan AEC 2015, misalnya, menjadi tantangan bagi perguruan tinggi untuk meningkatkan daya saingnya, yang berarti juga meningkatkan mutu perguruan tinggi nasional.
Keterbukaan berarti juga internasionalisasi dalam dunia pendidikan tinggi termasuk perguruan tinggi swasta. Aspek pendidikan adalah salah satu bagian jasa yang diatur dalam kesepakatan General Agreement on Trade in Services (GATS).
"Pendidikan dimasukkan sebagai komoditas jasa yang dapat diintegrasikan dalam arus global. Oleh karena itu wajar jika tren internasionalisasi pendidikan saat ini terus tumbuh," katanya.
Ia mengatakan kebutuhan masyarakat Indonesia untuk mengakses pendidikan tinggi juga terus mengalami pertumbuhan setiap tahunnya. Tidak mengherankan jika kemudian perguruan tinggi asing pun mulai melirik peluang itu untuk menyelenggarakan pendidikan di Tanah Air.
"Kita bisa bertahan dari persaingan tersebut jika perguruan tinggi kita kuat dan bermutu," kata mantan Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) itu.
Menurut dia, penyelenggaraan RPPP, yang diperkirakan diikuti 200-an pengurus Aptisi pusat dan wilayah serta pimpinan perguruan tinggi swasta dari berbagai daerah, merupakan salah satu agenda rutin nasional tengah tahunan Aptisi.
Kegiatan itu bertujuan membahas dan merumuskan solusi atas berbagai isu penting dalam bidang pendidikan yang nanti akan dituangkan dalam kebijakan dan strategi dalam program aksi Aptisi ke depan.
"Fourm itu menghadirkan pembicara antara lain Menristekdikti M Nasir, Gubernur Kepulauan Riau, motivator ESQ Ary Ginanjar Agustian, Ketua BANPT Mansyur Ramli, dan Brook W Ross dari Indonesia Education Partnerships," kata Edy.
(B015)
"Hal itu untuk menjawab persoalan besar bangsa dan menghadapi persaingan yang semakin terbuka," kata Ketua Umum Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (Aptisi) Edy Suandi Hamid di Yogyakarta, Senin.
Untuk itu, kata dia, Rapat Pengurus Pusat Pleno (RPPP) Ke-7 Aptisi di Batam, 1-3 April 2015, mengetengahkan tema penting yakni "Penguatan Kelembagaan untuk Peningkatan Mutu Pendidikan Tinggi".
"Pemilihan tema itu tentu terkait dengan kondisi faktual perguruan tinggi di Tanah Air yang banyak memerlukan perhatian ekstra dan melakukan akselerasi peningkatan kualitasnya, dan situasi keterbukaan yang semakin menjelma dalam dunia pendidikan kita," katanya.
Menurut dia, pemberlakuan AEC 2015, misalnya, menjadi tantangan bagi perguruan tinggi untuk meningkatkan daya saingnya, yang berarti juga meningkatkan mutu perguruan tinggi nasional.
Keterbukaan berarti juga internasionalisasi dalam dunia pendidikan tinggi termasuk perguruan tinggi swasta. Aspek pendidikan adalah salah satu bagian jasa yang diatur dalam kesepakatan General Agreement on Trade in Services (GATS).
"Pendidikan dimasukkan sebagai komoditas jasa yang dapat diintegrasikan dalam arus global. Oleh karena itu wajar jika tren internasionalisasi pendidikan saat ini terus tumbuh," katanya.
Ia mengatakan kebutuhan masyarakat Indonesia untuk mengakses pendidikan tinggi juga terus mengalami pertumbuhan setiap tahunnya. Tidak mengherankan jika kemudian perguruan tinggi asing pun mulai melirik peluang itu untuk menyelenggarakan pendidikan di Tanah Air.
"Kita bisa bertahan dari persaingan tersebut jika perguruan tinggi kita kuat dan bermutu," kata mantan Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) itu.
Menurut dia, penyelenggaraan RPPP, yang diperkirakan diikuti 200-an pengurus Aptisi pusat dan wilayah serta pimpinan perguruan tinggi swasta dari berbagai daerah, merupakan salah satu agenda rutin nasional tengah tahunan Aptisi.
Kegiatan itu bertujuan membahas dan merumuskan solusi atas berbagai isu penting dalam bidang pendidikan yang nanti akan dituangkan dalam kebijakan dan strategi dalam program aksi Aptisi ke depan.
"Fourm itu menghadirkan pembicara antara lain Menristekdikti M Nasir, Gubernur Kepulauan Riau, motivator ESQ Ary Ginanjar Agustian, Ketua BANPT Mansyur Ramli, dan Brook W Ross dari Indonesia Education Partnerships," kata Edy.
(B015)