Yogyakarta, (Antara Jogja) - Festival Gamelan Yogyakarta ke-20 digelar di Taman Budaya Yogyakarta, Sabtu malam, dalam rangka memeriahkan momentum Hari Ulang Tahun ke-70 Republik Indonesia.
General Manager Yogyakarta Gamelan Festival (YGF), Setyaji Dewanto mengatakan perhelatan festival gamelan ke-20 mengangkat tema "Gamelanggeng" yang memiliki makna prokalamsi keabadian gamelan.
"Diilhami dari semangat gamelan, keabadian dan proklamasi kemerdekaan guna mengajak masyarakat kembali merasa memiliki dan memaknai gamelan dengan perspektif masing-masing," kata dia.
Menurut Setyaji, perhelatan YGF ke-20 juga bertujuan mengingatkan kalangan pemuda untuk melestarikan seni gamelan sebagai kekayaan budaya asli Indonesia.
"Pemuda saat ini cenderung lupa dan mengenggap (seni gamelan) kuno," kata dia.
Pada malam pertama konser pembukaan YGF, ratusan penonton yang memenuhi Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta disugihi penampilan seni gamelan dari siswa-siswi SMP 1 Jiwan, Kabupaten Madiun yang tergabung dalam Grup Caraka Budaya.
Dengan penampilan yang apik, mereka membawakan dua karya komposisi gamelan berjudul "Kidung Adi Brastasiwi" dan "Siswa Tama" yang keduanya memiliki pesan mengajak siswa terus belajar serta menjaga budi pekerti dan tata krama.
Selanjutnya disusul penampilan seni gamelan yang dibawakan anak-anak penyandang disabilitas dari Panti Asuhan Bina Siwi. Mereka menyuguhkan komposisi "Lancaran Blindri", "Lancaran Manyar Sewu", serta "Sluku-Sluku Bathok".
Kendati memiliki keterbatasan fisik, seni gamelan yang mereka mainkan berhasil membuat seisi ruangan hening dan memukau penonton yang sebagian terdiri atas wisatawan domestik dan mancanegara.
Selama konser gamelan berlangsung dalam YGF ke-20 yang akan ditutup pada 17 Agustus 2015, penonton juga bisa menikmati pameran berbagai seni instalasi di lobi Concert Hall TBY.
(T.L007)
General Manager Yogyakarta Gamelan Festival (YGF), Setyaji Dewanto mengatakan perhelatan festival gamelan ke-20 mengangkat tema "Gamelanggeng" yang memiliki makna prokalamsi keabadian gamelan.
"Diilhami dari semangat gamelan, keabadian dan proklamasi kemerdekaan guna mengajak masyarakat kembali merasa memiliki dan memaknai gamelan dengan perspektif masing-masing," kata dia.
Menurut Setyaji, perhelatan YGF ke-20 juga bertujuan mengingatkan kalangan pemuda untuk melestarikan seni gamelan sebagai kekayaan budaya asli Indonesia.
"Pemuda saat ini cenderung lupa dan mengenggap (seni gamelan) kuno," kata dia.
Pada malam pertama konser pembukaan YGF, ratusan penonton yang memenuhi Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta disugihi penampilan seni gamelan dari siswa-siswi SMP 1 Jiwan, Kabupaten Madiun yang tergabung dalam Grup Caraka Budaya.
Dengan penampilan yang apik, mereka membawakan dua karya komposisi gamelan berjudul "Kidung Adi Brastasiwi" dan "Siswa Tama" yang keduanya memiliki pesan mengajak siswa terus belajar serta menjaga budi pekerti dan tata krama.
Selanjutnya disusul penampilan seni gamelan yang dibawakan anak-anak penyandang disabilitas dari Panti Asuhan Bina Siwi. Mereka menyuguhkan komposisi "Lancaran Blindri", "Lancaran Manyar Sewu", serta "Sluku-Sluku Bathok".
Kendati memiliki keterbatasan fisik, seni gamelan yang mereka mainkan berhasil membuat seisi ruangan hening dan memukau penonton yang sebagian terdiri atas wisatawan domestik dan mancanegara.
Selama konser gamelan berlangsung dalam YGF ke-20 yang akan ditutup pada 17 Agustus 2015, penonton juga bisa menikmati pameran berbagai seni instalasi di lobi Concert Hall TBY.
(T.L007)