Yogyakarta, (Antara Jogja) - Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta mengimbau agar setiap rumah ada satu orang juru pemantau jentik (jumantik) guna mengantisipasi berkembangnya nyamuk penyebab penyakit demam berdarah dengue.

"Idealnya memang setiap satu rumah ada anggotanya yang rutin memantau jentik di bak-bak yang ada airnya, sehingga jika ada jentik nyamuk bisa langsung diberantas," kata Kepala Bidang Penanggulangan Penyakit dan Masalah Kesehatan (P2MK) Dinas Kesehatan DIY Daryanto Chadorie, Senin.

Menurut dia, yang tidak kalah pentingnya tetap menjaga kewaspadaannya, terutama memperhatikan tempat-tempat air yang sepertinya sepele.

"Tempat-tempat air yang selama ini banyak disepelekan diantaranya seperti tandon air di bawah kulkas. Kemudian tempat minum burung, serta pot bunga. Itu juga harus diperhatikan. Ternyata di rumah, perkembangan nyamuk bisa Dari situ," katanya.

Ia mengatakan, tandon-tandon air yang sepele tersebut agar selalu diganti air agar jika ada perkembangan jentik nyamuk dapat terpantau.

"Selain itu jika airnya sering diganti maka tidak akan ada perkembangan jentik-jentik nyamuk Aedes Aygepti," katanya.

Sementara Kepala Bidang Penanggulangan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman dr Novita Krisnaeni mengatakan, di Kabupaten Sleman pada tahun ini sampai 29 Februari telah terjadi 156 kasus dengan kematian tiga orang.

"Pada 2014 di Kabupaten Sleman terjadi 538 kasus DBD dengan kematian empat orang dan pada 2015 terjadi kasus DBD 520 kasus dengan kematian sembilan orang. Sebagian besar kematian akibat DBD tersebut disebabkan keterlambatan membawa pasien ke fasilitas pelayanan kesehatan yang merupakan rumah sakit rujukan," katanya.

Ia mengatakan, naiknya kasus DBD tersebut dipengaruhi banyak faktor antara lain pengaruh iklim yakni musim hujan sehingga banyak genangan air hujan yang potensial menjadi tempat perindukan nyamuk aedes aegypty.

"Juga kelembapan udara ditambah lagi dengan perilaku masyarakat yang kurang peduli dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)," katanya.

Novita mengatakan, untuk menekan angka kasus DBD maka Dinkes Sleman melakukan berbagai upaya antara lain penyebaran leaflet DBD ke masyarakat, meningkatkan pemberdayaan masyarakat dan memperluas pembentukan kader juru pemantau jentik (jumantik) di beberapa puskesmas, termasuk pembentukan jumantik cilik.

"Jumlah kelompok jumantik cilik di Kabupaten Sleman ada 45 kelompok dengan jumlah kader 1.527 kader dan kader jumantik dewasa sebanyak 9.242 kader," katanya.

Ia mengatakan, di Kabupaten Sleman sampai saat ini terdapat delapan wilayah kecamatan endemis tinggi penyakit DBD.

"Delapan wilayah yang endemis tinggi DBD tersebut yakni, Kecamatan Depok, Kaalasan, Gamping, Berbah, Ngaglik, Mlati, Berbah dan Sleman," katanya. ***4***

(V001)


Pewarta : Victorianus Sat Pranyoto
Editor : Victorianus Sat Pranyoto
Copyright © ANTARA 2025