Dinkes Kulon Progo mengaktifkan kembali jumantik cegah DBD

id DBD,jumantik,Kulon Progo

Dinkes Kulon Progo mengaktifkan kembali jumantik cegah DBD

Sekretaris Dinas Kesehatan Kulon Progo Baning Rahayujati. (ANTARA/Sutarmi)

Kulon Progo (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengaktifkan kembali program juru pemantau jentik atau jumantik di setiap rukun tetangga untuk mencegah munculnya Demam Berdarah Dengue pada musim perubahan cuaca ini.

Sekretaris Dinas Kesehatan Kulon Progo Baning Rahayujati di Kulon Progo, Jumat mengatakan dengan kembali aktifnya program jumantik, kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kulon Progo bisa menurun.

"Kami mengharapkan peran serta aktif masyarakat dalam program jumantik dengan peduli lingkungan sekitar, yakni melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Jangan sampai ada sampah yang bisa untuk berkembang biak nyamuk," kata Baning.

Ia mengatakan program jumantik dan PSN secara bersinergi akan menurunkan potensi penyebaran DBD. Namun demikian, bila di sekitar ada masyarakat yang terkena DBD segera melapor ke petugas puskesmas supaya ada tindak lanjut.

"Pencegahan dan pemberantasan DBD menjadi tanggung jawab semua pihak. Kami berharap masyarakat untuk aktif mencegah DBD," ucapnya.

Sementara itu, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kulon Progo Rina Nuryati mengatakan berdasarkan data dari dinas kesehatan, temuan penyakit Leptospirosis dan DBD di Kulonprogo memang terbilang cukup tinggi. Pada 2020 ada kasus DBD mencapai 1.178 kasus dan leptospirosis tercatat ada 34 kasus.

Pada tahun ini, hingga November, Dinkes Kulon Progo mencatat temuan kasus DBD mencapai 685 kasus dan leptospirosis 10 kasus. Meski ada penurunan, masyarakat diminta selalu waspada terhadap kedua penyakit tersebut.

"Potensi penularan kedua penyakit itu meningkat seiring tingginya curah hujan seperti saat ini. Mulai sekarang masyarakat harus mulai melakukan perilaku hidup bersih dan sehat, kemudian rutin melakukan PSN dan menjaga stamina tubuh agar tidak mudah sakit. Khususnya agar tidak terkena penyakit DBD dan leptospirosis," katanya.

Rina mengatakan kecamatan dengan tingkat kasus DBD tinggi, yakni Wates, Nanggulan dan Pengasih. DBD merupakan penyakit yang cukup mengancam wilayah perkotaan.

Kemudian untuk leptospirosis, penyakit yang disebarkan oleh tikus itu tersebar di beberapa wilayah. Dari 10 kasus yang terjadi di 2021, temuan kasusnya ada di Kecamatan Kokap, Pengasih, Panjatan, Lendah, Wates, Girimulyo dan Nanggulan.

"DBD dan leptospirosis yang menjadi perhatian kami. Kami mengimbau masyarakat untuk selalu waspada dan menjaga kebersihan lingkungan," ujarnya.