Bantul, (Antara Jogja) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, akan membentuk tim untuk melakukan kajian terhadap potensi bencana karena dampak abrasi pantai selatan yang terjadi setiap tahun.

"Ke depan memang perlu ada kajian yang mendalam terhadap potensi bencana karena abrasi di pantai selatan, dengan dibentuk tim yang terdiri dari tenaga ahli," kata Kepala BPBD Bantul, Dwi Daryanto di Bantul, Kamis.

Menurut dia, peristiwa abrasi atau pengkisan pantai akibat gelombang pasang di perairan pantai selatan Bantul selalu terjadi setiap tahun, karena merupakan fenomena alam atau siklus tahunan yang tidak dapat dicegah.

Namun demikian, diakui, peristiwa abrasi itu selalu menjadi masalah atau gejolak di masyarakat ketika ada lapak atau bangunan milik warga di kawasan garis sempadan pantai yang diterjang gelombang pasang.

"Ini (abrasi) akan jadi ancaman bencana ketika ada bangunan yang berdiri di dalam garis sempadan, makanya satu-satunya perlu ada kajian dan tim untuk terus sosialiasi ke masyarakat, bahwa potensi ancaman ke depan seperti ini lho," katanya.

Ia mengatakan, tim yang akan dibentuk untuk melakukan kajian potensi abrasi pantai selatan rencananya akan dikomunikasikan untuk direalisasikan pada 2017, mengingat pembentukannya juga melibatkan dari berbagai stakeholder.

Apalagi, kata dia, selain kajian potensi bencana akibat abrasi, tim juga melakukan kajian mengenai penataan bangunan di kawasan pantai selatan, apalagi di sepanjang pesisir selatan Bantul juga dimanfaatkan sebagai objek wisata.

"Kalaupun ada bangunan di sana (pantai selatan) tidak perlu besar, namun dibuat sedemikian rupa supaya untuk objek wisata nyaman, perlu ditata rapi. Semua pihak ingin mendapat rejeki dari objek wisata, namun juga memperhatikan alam," katanya.

Sementara itu, kata dia, sesuai Peraturan Daerah (Perda) DIY tentang Zonasi Pesisir, di antaranya mengatur bahwa garis sempadan pantai wilayah Gunung Kidul berjarak 100 meter dari garis pantai, sementara untuk Bantul dan Kulon Progo berjarak 200 meter.

"Itu karena Gunung Kidul ada karang-karang untuk menahan gelombang, semantara kita langsung berbatasan dengan Samudera. Sehingga 200 meter dari bibir pantai itu merupakan area terbuka. Kalau ini ditaati, saya kira tidak jadi persoalan," katanya.***1***

(KR-HRI)


Pewarta : Heri Sidik
Editor : Victorianus Sat Pranyoto
Copyright © ANTARA 2024