Sleman, (Antara Jogja) - Bedah ortopedi mampu membantu mengoptimalkan gerakan tubuh para penyandang "cerebral palsy", kata dokter spesialis bedah ortopedi pediatrik dr Anung Budi Satriadi SpOT (K).
"Keterbatasan gerakan-gerakan anggota tubuh penyandang `cerebral palsy` dikarenakan ada otot-otot yang kaku. Ini bisa dibantu dioptimalkan melalui bedah ortopedi," kata Anung Budi pada "Talkshow Peran Bedah Ortopedi Untuk Kasus Cerebral Palsy" yang diselenggarakan Wahana Keluarga Cerebral Palsy (WKCP) Yogyakarta di Sleman, Minggu.
Menurut dia, melalui bedah ortopedi jaringan-jaringan otot atau tulang dapat diluruskan sehingga mendekati sempurna sehingga mengoptimalkan gerakan anggota tubuh penyandang "cerebral palsy".
"Memang tidak bisa mendekati sempurna, namun ini sangat membantu penyandang `cerebral palsy`," katanya.
Ia mengatakan, yang utama dalam penanganan "cerebral palsy" adalah deteksi sedini mungkin, sehingga anak bisa mendapatkan penanganan yang tepat.
"Jika anak sejak dini diketahui sebagai penyandang Cerebral Palsy maka dapat lebih cepat ditangani, salah satunya melalui fisio terapi," katanya.
Dokter spsialis Orthopedi Pediatrik di Rumah Sakit Soeharso Surakarta ini menyebutkan jika diketahui ada bagian tubuh anak yang memiliki keterbatasan dalam gerakan, maka dapat dengan cepat dilakukan terapi.
"Dengan terapi dapat membantu dalam mengoptimalkan gerakan anggota tubuh, jika sudah terlambat dan terlanjur kaku maka akan lebih sulit dalam penanganannya," katanya.
Dosen Fisioterapi Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta Dr Bambang Trsinowiyanto S.Pd, SKM, M.Or mengatakan bahwa penyandang "cerebral palsy" juga memiliki kecerdasan yang mampu berkembang seperti anak normal.
"Penyandang `cerebral palsy` juga memiliki kecerdasan intelegensi, mereka hanya memiliki keterbatasan dalam gerakan tubuhnya," katanya.
Ketua WKCP Yogyakarta Anis Lestari mengatakan, perlu membantu penyandang "celebral palsy" agar berkembang secara luas dan mandiri sehingga menemukan kenikmatan dan kepuasan dalam hidup setiap indvidunya serta untuk meraih kesempatan yang lebih baik.
"Peningkatan kualitas hidup bagi penyandang `cerebral palsy` tentu saja tidak hanya berkaitan dengan akses pada bidang kesehatan, terapi, namun juga di bidang sosial. Dari ketiga hal tersebut merupakan bagian yang sangat penting dalam membantu penyandang `cerebral palsy` untuk menigkatkan kualitas hidup," katanya.
Ia mengatakan, implikasi dari "cerebral palsy" yang disandang seseorang bukan hanya berakibat pada penyandangnya saja, namun juga bagi keluarga dan orang orang lingkungan di sekitarnya.
"Akses terhadap kebutuhan ataupun keperluan hidup sehari-hari masih mengalami hambatan. Akses untuk mendapatkan informasi dalam jangkauan yang luas, misalnya pekerjaan yang aksesibel untuk penyandang `cerebral palsy` pun masih sangat terhambat," katanya.
Oleh karena itu, kata dia. diperlukan akses untuk mendukung hal tersebut, agar penyandang "cerebral palsy", keluarga dan masyarakat saling mendukung sehingga penyandangnya bisa memperoleh peningkatan kualitas hidup baik dibidang sosial, ekonomi, pendidikam maupun kehidupan pribadi.
"Salah satu faktor yang penting untuk mencapai hal tersebut adalah pemahaman tentang komunikasi antara satu personel ke personel lain bagi penyandang `cerebral palsy`, dan bagaimana berkomunikasi dengan penyandang `cerebral palsy` dan keluarganya," katanya.***4***
(V001)
"Keterbatasan gerakan-gerakan anggota tubuh penyandang `cerebral palsy` dikarenakan ada otot-otot yang kaku. Ini bisa dibantu dioptimalkan melalui bedah ortopedi," kata Anung Budi pada "Talkshow Peran Bedah Ortopedi Untuk Kasus Cerebral Palsy" yang diselenggarakan Wahana Keluarga Cerebral Palsy (WKCP) Yogyakarta di Sleman, Minggu.
Menurut dia, melalui bedah ortopedi jaringan-jaringan otot atau tulang dapat diluruskan sehingga mendekati sempurna sehingga mengoptimalkan gerakan anggota tubuh penyandang "cerebral palsy".
"Memang tidak bisa mendekati sempurna, namun ini sangat membantu penyandang `cerebral palsy`," katanya.
Ia mengatakan, yang utama dalam penanganan "cerebral palsy" adalah deteksi sedini mungkin, sehingga anak bisa mendapatkan penanganan yang tepat.
"Jika anak sejak dini diketahui sebagai penyandang Cerebral Palsy maka dapat lebih cepat ditangani, salah satunya melalui fisio terapi," katanya.
Dokter spsialis Orthopedi Pediatrik di Rumah Sakit Soeharso Surakarta ini menyebutkan jika diketahui ada bagian tubuh anak yang memiliki keterbatasan dalam gerakan, maka dapat dengan cepat dilakukan terapi.
"Dengan terapi dapat membantu dalam mengoptimalkan gerakan anggota tubuh, jika sudah terlambat dan terlanjur kaku maka akan lebih sulit dalam penanganannya," katanya.
Dosen Fisioterapi Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta Dr Bambang Trsinowiyanto S.Pd, SKM, M.Or mengatakan bahwa penyandang "cerebral palsy" juga memiliki kecerdasan yang mampu berkembang seperti anak normal.
"Penyandang `cerebral palsy` juga memiliki kecerdasan intelegensi, mereka hanya memiliki keterbatasan dalam gerakan tubuhnya," katanya.
Ketua WKCP Yogyakarta Anis Lestari mengatakan, perlu membantu penyandang "celebral palsy" agar berkembang secara luas dan mandiri sehingga menemukan kenikmatan dan kepuasan dalam hidup setiap indvidunya serta untuk meraih kesempatan yang lebih baik.
"Peningkatan kualitas hidup bagi penyandang `cerebral palsy` tentu saja tidak hanya berkaitan dengan akses pada bidang kesehatan, terapi, namun juga di bidang sosial. Dari ketiga hal tersebut merupakan bagian yang sangat penting dalam membantu penyandang `cerebral palsy` untuk menigkatkan kualitas hidup," katanya.
Ia mengatakan, implikasi dari "cerebral palsy" yang disandang seseorang bukan hanya berakibat pada penyandangnya saja, namun juga bagi keluarga dan orang orang lingkungan di sekitarnya.
"Akses terhadap kebutuhan ataupun keperluan hidup sehari-hari masih mengalami hambatan. Akses untuk mendapatkan informasi dalam jangkauan yang luas, misalnya pekerjaan yang aksesibel untuk penyandang `cerebral palsy` pun masih sangat terhambat," katanya.
Oleh karena itu, kata dia. diperlukan akses untuk mendukung hal tersebut, agar penyandang "cerebral palsy", keluarga dan masyarakat saling mendukung sehingga penyandangnya bisa memperoleh peningkatan kualitas hidup baik dibidang sosial, ekonomi, pendidikam maupun kehidupan pribadi.
"Salah satu faktor yang penting untuk mencapai hal tersebut adalah pemahaman tentang komunikasi antara satu personel ke personel lain bagi penyandang `cerebral palsy`, dan bagaimana berkomunikasi dengan penyandang `cerebral palsy` dan keluarganya," katanya.***4***
(V001)