Kulon Progo, 9/12 (ANTARA News) - Dinas Pariwisata Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, menarik retribusi kawasan rintisan objek wisata di Kalibiru, Pule Payung, dan Canting Mas sebesar Rp2.000 per orang sejak Oktober.
Kepala Dinas Pariwisata Kulon Progo Niken Probo Laras di Kulon Progo, Minggu, mengatakan tempat retribusi di luar kawasan hutan rakyat di mana objek wisata tersebut dikembangkan masyarakat.
"Kami menjalankan peraturan bupati tentang penarikan retribusindi kawasan rintisan objek wisata yang dikembangkan masyarakat," kata Niken.
Ia mengatakan sebelum dilakukan penarikan retribusi di rintisan objek wisata di Kalibiru, Pule Payung, dan Cantung Mas, ada silang pendapat antara Dinas Kehutanan DIY dengan Dispar Kulon Progo.
"Kami difasilitasi Sekda DIY dan Sekda Kulon Progo, dan hasil kesepakatan, Dispar diperbolehkan menarik retribusi tadi di luar area hutan kemasyarakatan yang ada di Bukit Menoreh Kulon Progo," kata Niken.
Meski sudah ditarik retribusi, lanjut Niken, pendapatan yang masuk ke kas daerah belum signifikan. Hal ini dikarenakan besaran retribusi yang dikenakan kepada setiap pengunjung hanya Rp2.000.?
"Yang ditarik retribusi itu masih rintisan objek wisata, sehingga belum berdampak signifikan pada pendapatan retribusi wisata di Kulon Progo," katanya.
Niken juga mengakui saat ini, tingkat kunjungan wisata di Kalibiru, Pule Payung, dan Canting Mas mengalami penurunan karena banyak tumbuh objek wisata rintisan yang sejenis di kawasan Bukit Menoreh. Akhirnya, jumlah pengunjung terpencar, sehingga jumlah pengunjung berkurang.
"Tempat rekreasi sejenis Kalibiru, Pule Payung, dan Canting Mas muncul di mana-mana. Tidak hanya di Kulon Progo, di luar daerah juga banyak berkembang dengan nuansa alam sama yang lebih bagus. Untuk itu, kami minta kepada pengelola wisata dan pelaku wisata untuk inovastif dan meningkatkan kualitas pelayanan kepada wisawatan," pintanya.
Menurut dia, kunjungan wisata di kawasan Bukit Menoreh akan meningkat lagi pada libur nasional, seperti Idul Fitri, libur sekolah, Natal, dan tahun baru.
"Kami berharap libur Natal dan Tahun Baru 2019 nanti akan mendongkrak kunjungan wisatasan di rintisan objek-objek wisata yang dikembangkan masyarakat," katanya.
Sementara itu, Ketua DPRD Kulon Progo Akhid Nuryati mengatakan objek wisata yang hanya mengandalkan swafoto, dan wisata musiman tidak akan bertahan lama, apalagi tidak didukung adanya infrastruktur memadahi.
"Kami sudah meminta Dispar untuk mempresentasikan rencana detail teknis pengembangan pariwisata Kulon Progo, tapi kami belum pernah mendapat respon. Kami juga meminta Dispar melakukan pemetakaan kebutuhan infrastruktur jalan, tapi hingga saat ini belum dibuat," kata Akhid.
Menurut dia, objek wisata kawasan selatan Kulon Progo ini memiliki posisi strategis dibandingkan potensi wisata yang ada di wilayah utara atau kawasan Bukit Menoreh. Pengembangan wisata di wilayah utara terganjal infrastruktur, kalau wilayah selatan kondisi infrastruktur sudah bagus.
"Saya melihat jumlah pengunjung wisata di wilayah utara sangat sedikit karena mereka tidak mau mempertaruhkan nyawanya menuju objek wisata karena jalannya kurang memadai dan membahayakan. Artinya, wilayah selatan memiliki potensi wisata untuk dikembangkan dan menjadi tujuan wisata," katanya.
Kepala Dinas Pariwisata Kulon Progo Niken Probo Laras di Kulon Progo, Minggu, mengatakan tempat retribusi di luar kawasan hutan rakyat di mana objek wisata tersebut dikembangkan masyarakat.
"Kami menjalankan peraturan bupati tentang penarikan retribusindi kawasan rintisan objek wisata yang dikembangkan masyarakat," kata Niken.
Ia mengatakan sebelum dilakukan penarikan retribusi di rintisan objek wisata di Kalibiru, Pule Payung, dan Cantung Mas, ada silang pendapat antara Dinas Kehutanan DIY dengan Dispar Kulon Progo.
"Kami difasilitasi Sekda DIY dan Sekda Kulon Progo, dan hasil kesepakatan, Dispar diperbolehkan menarik retribusi tadi di luar area hutan kemasyarakatan yang ada di Bukit Menoreh Kulon Progo," kata Niken.
Meski sudah ditarik retribusi, lanjut Niken, pendapatan yang masuk ke kas daerah belum signifikan. Hal ini dikarenakan besaran retribusi yang dikenakan kepada setiap pengunjung hanya Rp2.000.?
"Yang ditarik retribusi itu masih rintisan objek wisata, sehingga belum berdampak signifikan pada pendapatan retribusi wisata di Kulon Progo," katanya.
Niken juga mengakui saat ini, tingkat kunjungan wisata di Kalibiru, Pule Payung, dan Canting Mas mengalami penurunan karena banyak tumbuh objek wisata rintisan yang sejenis di kawasan Bukit Menoreh. Akhirnya, jumlah pengunjung terpencar, sehingga jumlah pengunjung berkurang.
"Tempat rekreasi sejenis Kalibiru, Pule Payung, dan Canting Mas muncul di mana-mana. Tidak hanya di Kulon Progo, di luar daerah juga banyak berkembang dengan nuansa alam sama yang lebih bagus. Untuk itu, kami minta kepada pengelola wisata dan pelaku wisata untuk inovastif dan meningkatkan kualitas pelayanan kepada wisawatan," pintanya.
Menurut dia, kunjungan wisata di kawasan Bukit Menoreh akan meningkat lagi pada libur nasional, seperti Idul Fitri, libur sekolah, Natal, dan tahun baru.
"Kami berharap libur Natal dan Tahun Baru 2019 nanti akan mendongkrak kunjungan wisatasan di rintisan objek-objek wisata yang dikembangkan masyarakat," katanya.
Sementara itu, Ketua DPRD Kulon Progo Akhid Nuryati mengatakan objek wisata yang hanya mengandalkan swafoto, dan wisata musiman tidak akan bertahan lama, apalagi tidak didukung adanya infrastruktur memadahi.
"Kami sudah meminta Dispar untuk mempresentasikan rencana detail teknis pengembangan pariwisata Kulon Progo, tapi kami belum pernah mendapat respon. Kami juga meminta Dispar melakukan pemetakaan kebutuhan infrastruktur jalan, tapi hingga saat ini belum dibuat," kata Akhid.
Menurut dia, objek wisata kawasan selatan Kulon Progo ini memiliki posisi strategis dibandingkan potensi wisata yang ada di wilayah utara atau kawasan Bukit Menoreh. Pengembangan wisata di wilayah utara terganjal infrastruktur, kalau wilayah selatan kondisi infrastruktur sudah bagus.
"Saya melihat jumlah pengunjung wisata di wilayah utara sangat sedikit karena mereka tidak mau mempertaruhkan nyawanya menuju objek wisata karena jalannya kurang memadai dan membahayakan. Artinya, wilayah selatan memiliki potensi wisata untuk dikembangkan dan menjadi tujuan wisata," katanya.