Yogayakarta (Antaranews Jogja) - Perajin gerabah di Sentra Industri Kerajinan Gerabah Kasongan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, terkendala curah hujan yang tinggi dalam proses produksi sejak beberapa pekan terakhir.
"Kendalanya sekarang ini cuaca. Misalnya ada pesanan gerabah karena terkendala cuaca, jadi tidak bisa memproduksi sesuai target," kata Eko, salah satu pengusaha gerabah di Kasongan, Bantul, Kamis.
Menurut dia, curah hujan yang tinggi saat ini membuat gerabah sulit untuk dikeringkan karena membutuhkan proses yang lebih lama daripada biasanya.
"Kalau musim hujan seperti ini bisa membutuhkan waktu 1 hingga 2 minggu untuk pembuatan hingga proses pengeringan," kata pemilik toko "Dwiyanto Keramik" ini.
Menurut Eko, proses pengeringan normalnya hanya membutuhkan waktu beberapa hari saja untuk produk gerabah jenis guci. Saat ini, dia mengaku hanya mampu memproduksi 5 set guci per minggu.
Meski demikian, ia mengaku produk gerabah jenis guci, hiasan dinding, dan peralatan rumah tangga tetap dikirim ke beberapa daerah yang ada di Indonesia seperti Jakarta, Surabaya, dan beberapa daerah di luar Jawa.
Perajin gerabah lainnya, Ponira mengatakan hal yang sama mengenai kendala cuaca akhir-akhir ini. "Belakangan ini kendalanya musim hujan," kata pemilik toko "Yopan Keramik" ini.
Dia mengatakan, curah hujan tinggi yang terjadi belakangan ini sangat memengaruhi lama waktu proses pengeringan.
Menurut dia, saat ini tahap pembuatan gerabah jenis westafel yang diproduksinya membutuhkan waktu hingga dua minggu untuk sampai pada tahap finishing.
Selain itu, menurut dia, kenaikan harga bahan baku juga menjadi kendala karena dapat menyebabkan penurunan tingkat pembelian produk gerabah.
"Kalau harga bahan baku naik, harga jual gerabahnya juga naik. Biasanya pembeli langsung bilang kok harga nya naik? Kadang pembeli tidak mengerti kalau harga bahan bakunya naik," kata dia.
"Kendalanya sekarang ini cuaca. Misalnya ada pesanan gerabah karena terkendala cuaca, jadi tidak bisa memproduksi sesuai target," kata Eko, salah satu pengusaha gerabah di Kasongan, Bantul, Kamis.
Menurut dia, curah hujan yang tinggi saat ini membuat gerabah sulit untuk dikeringkan karena membutuhkan proses yang lebih lama daripada biasanya.
"Kalau musim hujan seperti ini bisa membutuhkan waktu 1 hingga 2 minggu untuk pembuatan hingga proses pengeringan," kata pemilik toko "Dwiyanto Keramik" ini.
Menurut Eko, proses pengeringan normalnya hanya membutuhkan waktu beberapa hari saja untuk produk gerabah jenis guci. Saat ini, dia mengaku hanya mampu memproduksi 5 set guci per minggu.
Meski demikian, ia mengaku produk gerabah jenis guci, hiasan dinding, dan peralatan rumah tangga tetap dikirim ke beberapa daerah yang ada di Indonesia seperti Jakarta, Surabaya, dan beberapa daerah di luar Jawa.
Perajin gerabah lainnya, Ponira mengatakan hal yang sama mengenai kendala cuaca akhir-akhir ini. "Belakangan ini kendalanya musim hujan," kata pemilik toko "Yopan Keramik" ini.
Dia mengatakan, curah hujan tinggi yang terjadi belakangan ini sangat memengaruhi lama waktu proses pengeringan.
Menurut dia, saat ini tahap pembuatan gerabah jenis westafel yang diproduksinya membutuhkan waktu hingga dua minggu untuk sampai pada tahap finishing.
Selain itu, menurut dia, kenaikan harga bahan baku juga menjadi kendala karena dapat menyebabkan penurunan tingkat pembelian produk gerabah.
"Kalau harga bahan baku naik, harga jual gerabahnya juga naik. Biasanya pembeli langsung bilang kok harga nya naik? Kadang pembeli tidak mengerti kalau harga bahan bakunya naik," kata dia.