Jakarta (ANTARA) - Pasangan ganda putri junior Febriana Dwipuji Kusuma/Putri Syaikah mengaku dukungan penonton menjadi pemacu mereka untuk mengalahkan Li Yi Jing/Tan Ning (China) dalam pertandingan partai keempat babak final "BWF World Junior Mixed Team Championships 2019".
"Sempat tegang di gim pertama, tapi waktu interval saya dengar supporter memberi semangat, itu menaikkan semangat saya juga. Sayang saja kalau sampai final hasilnya tidak bagus, harus mati-matian," tutur Febriana dalam keterangan tertulis PP PBSI di Jakarta, Minggu dini hari.
Kemenangan Febriana/Putri dengan skor 16-21, 25-23, 21-13 berhasil mengantarkan Indonesia memenangi Piala Suhandinata, dengan skor 3-1 atas China.
Sementara Putri termotivasi oleh kesalahan dalam permainan sebelumnya ketika kalah menghadapi tim Thailand pada babak empat besar.
"Alhamdulillah bisa jadi penentu dan membawa Indonesia juara. Kalau sebelumnya saya jadi penentu tapi hasilnya tidak maksimal, jadi saya tidak mau itu terulang. Saya belajar dari pengalaman," ujar Putri.
Pada partai ketiga yang mempertandingkan nomor tunggal putra, Indonesia dikalahkan China ketika Bobby Setiabudi ditundukkan Liu Liang 17-21, 21-17, 20-22.
Meski China menyusul 1-2 dari hasil tersebut, Febriana mengaku tetap tenang dan tidak ingin pikirannya terpengaruh atas kekalahan Bobby.
"Waktu Bobbu kalah saya tidak 'down', menurut saya mungkin memang itu belum rezekinya dan masih ada kesempatan lain. Jadi jangan putus asa," pungkas Febriana.
Dalam pertandingan yang berlangsung di Kanzan, Rusia, Febriana/Putri harus menjalani rubber game menghadapi Li/Tan selama satu jam 28 menit.
Sempat kalah pada gim pertama, Febri mengaku hal tersebut akibat mereka kurang mengantisipasi pukulan Li/Tan yang lebih banyak melakukan "no lob" sebelum bisa mengimbangi skor pada gim kedua.
Pada gim penentu, Febriana/Putri mengaku bermain lebih nekad dan fokus menambah poin sampai akhirnya menciptakan celah skor yang terpaut jauh.
"Tidak mau memikirkan menang atau kalah, yang penting dapat poin satu demi satu dulu," tutup PutrI.
"Sempat tegang di gim pertama, tapi waktu interval saya dengar supporter memberi semangat, itu menaikkan semangat saya juga. Sayang saja kalau sampai final hasilnya tidak bagus, harus mati-matian," tutur Febriana dalam keterangan tertulis PP PBSI di Jakarta, Minggu dini hari.
Kemenangan Febriana/Putri dengan skor 16-21, 25-23, 21-13 berhasil mengantarkan Indonesia memenangi Piala Suhandinata, dengan skor 3-1 atas China.
Sementara Putri termotivasi oleh kesalahan dalam permainan sebelumnya ketika kalah menghadapi tim Thailand pada babak empat besar.
"Alhamdulillah bisa jadi penentu dan membawa Indonesia juara. Kalau sebelumnya saya jadi penentu tapi hasilnya tidak maksimal, jadi saya tidak mau itu terulang. Saya belajar dari pengalaman," ujar Putri.
Pada partai ketiga yang mempertandingkan nomor tunggal putra, Indonesia dikalahkan China ketika Bobby Setiabudi ditundukkan Liu Liang 17-21, 21-17, 20-22.
Meski China menyusul 1-2 dari hasil tersebut, Febriana mengaku tetap tenang dan tidak ingin pikirannya terpengaruh atas kekalahan Bobby.
"Waktu Bobbu kalah saya tidak 'down', menurut saya mungkin memang itu belum rezekinya dan masih ada kesempatan lain. Jadi jangan putus asa," pungkas Febriana.
Dalam pertandingan yang berlangsung di Kanzan, Rusia, Febriana/Putri harus menjalani rubber game menghadapi Li/Tan selama satu jam 28 menit.
Sempat kalah pada gim pertama, Febri mengaku hal tersebut akibat mereka kurang mengantisipasi pukulan Li/Tan yang lebih banyak melakukan "no lob" sebelum bisa mengimbangi skor pada gim kedua.
Pada gim penentu, Febriana/Putri mengaku bermain lebih nekad dan fokus menambah poin sampai akhirnya menciptakan celah skor yang terpaut jauh.
"Tidak mau memikirkan menang atau kalah, yang penting dapat poin satu demi satu dulu," tutup PutrI.