Kulon Progo (ANTARA) - BPDB Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, menyebut potensi bencana banjir di kawasan Bandara Internasional Yogyakarta (BIY) pada musim hujan dapat diminimalkan dengan normalisasi sungai dan anak sungai di kawasan itu.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kulon Progo Ariadi di Kulon Progo, Senin, mengatakan Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSSO) selama tiga tahun terakhir sudah bekerja maksimal melakukan normalisasi sungai dan anak sungai di kawasan Bandara Internasional Yogyakarta.
"BBWSSO sudah bekerja cepat dalam melakukan mitigasi bencana di kawasan Bandara Internasional Yogyakarta dalam pencegahan banjir. Sehingga, kami optimististis potensi banjir di kawasan Bandara Internasional Yogyakarta tidak akan terjadi," kata Ariadi.
Ia mengatakan pencegahan potensi bencana banjir di Desa Jangkaran, Kecamatan Temon, masyarakat bersama BBWSSO telah membuka muara Sungai Bogowonto. Pengerukan pasir di muara Sungai Bogowonto ini untuk persiapan antisipasi bencana banjir yang bisa menerjang permukiman warga, kawasan tambak udang dan kawasan Bandara Internasional Yogyakarta.
"Kami kerja sama dengan TNI, PT PP, PT Angkasa Pura I, masyarakat dan BBWSSO telah melakukan pengerukan pasir di muara Sungai Bogowonto," katanya.
Ariadi mengatakan desa di Kecamatan Temon yang berpotensi bencana, yakni Desa Jangkaran, Palihan, Sindutan, Kalidengen, dan Plumbon, termasuk Kebonrejo, Temon Wetan, dan Temon Kulon.
"Tapi potensi banjir paling rawan terjadi di sekitar Bandara Internasional Yogyakarta, meski di bandara aman karena sudah dilakukan mitigasi bencana," katanya.
Ia mengatakan BPBD Kulon Progo juga melalukan sosialisasi kepada masyarakat kawasan BIY soal potensi bencana banjir di Kecamatan Temon, Kokap, Wates, Panjatan dan Galur. BPBD mengingatkan kepada masyarakat untuk selalu waspada potensi banjir dengan datangnya musim hujan ini.
"Kami mengimbau kepada masyarakat untuk memperhatikan saluran air di sekitar, baik dari permukiman atau perumahan-perumahan, sehingga tidak ada air yang liar menumpuk di atas," katanya.
Sementara itu, Anggota Komisi IV DPRD Kulon Progo Muhtarom Asrori mengatakan pembangunan BIY membutuhkan material tanah urug yang banyak, menyebabkan gunung utara di Temon dikeruk, sehingga tidak ada penahan air di kala hujan.
Hal ini berakibat air langsung masuk ke pekarangan-pekarangan yang ada di desa wilayah Temon.
"Solusinya adalah drainase yang vital di wilayah Kecamatan Temon segera diperbaiki," katanya.
Muhtarom juga meminta sungai yang ada wilayah Temon dinormalisasi agar saat musim hujan tidak menjadi masalah. Sungai yang harus dinormalisasi, yakni Sungai Serang dan Sungai Bogowonto.
"Sungai tersebut harus segera dinormalisasi. Jangan sampai pemukiman warga di Temon tergenang air saat hujan," katanya.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kulon Progo Ariadi di Kulon Progo, Senin, mengatakan Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSSO) selama tiga tahun terakhir sudah bekerja maksimal melakukan normalisasi sungai dan anak sungai di kawasan Bandara Internasional Yogyakarta.
"BBWSSO sudah bekerja cepat dalam melakukan mitigasi bencana di kawasan Bandara Internasional Yogyakarta dalam pencegahan banjir. Sehingga, kami optimististis potensi banjir di kawasan Bandara Internasional Yogyakarta tidak akan terjadi," kata Ariadi.
Ia mengatakan pencegahan potensi bencana banjir di Desa Jangkaran, Kecamatan Temon, masyarakat bersama BBWSSO telah membuka muara Sungai Bogowonto. Pengerukan pasir di muara Sungai Bogowonto ini untuk persiapan antisipasi bencana banjir yang bisa menerjang permukiman warga, kawasan tambak udang dan kawasan Bandara Internasional Yogyakarta.
"Kami kerja sama dengan TNI, PT PP, PT Angkasa Pura I, masyarakat dan BBWSSO telah melakukan pengerukan pasir di muara Sungai Bogowonto," katanya.
Ariadi mengatakan desa di Kecamatan Temon yang berpotensi bencana, yakni Desa Jangkaran, Palihan, Sindutan, Kalidengen, dan Plumbon, termasuk Kebonrejo, Temon Wetan, dan Temon Kulon.
"Tapi potensi banjir paling rawan terjadi di sekitar Bandara Internasional Yogyakarta, meski di bandara aman karena sudah dilakukan mitigasi bencana," katanya.
Ia mengatakan BPBD Kulon Progo juga melalukan sosialisasi kepada masyarakat kawasan BIY soal potensi bencana banjir di Kecamatan Temon, Kokap, Wates, Panjatan dan Galur. BPBD mengingatkan kepada masyarakat untuk selalu waspada potensi banjir dengan datangnya musim hujan ini.
"Kami mengimbau kepada masyarakat untuk memperhatikan saluran air di sekitar, baik dari permukiman atau perumahan-perumahan, sehingga tidak ada air yang liar menumpuk di atas," katanya.
Sementara itu, Anggota Komisi IV DPRD Kulon Progo Muhtarom Asrori mengatakan pembangunan BIY membutuhkan material tanah urug yang banyak, menyebabkan gunung utara di Temon dikeruk, sehingga tidak ada penahan air di kala hujan.
Hal ini berakibat air langsung masuk ke pekarangan-pekarangan yang ada di desa wilayah Temon.
"Solusinya adalah drainase yang vital di wilayah Kecamatan Temon segera diperbaiki," katanya.
Muhtarom juga meminta sungai yang ada wilayah Temon dinormalisasi agar saat musim hujan tidak menjadi masalah. Sungai yang harus dinormalisasi, yakni Sungai Serang dan Sungai Bogowonto.
"Sungai tersebut harus segera dinormalisasi. Jangan sampai pemukiman warga di Temon tergenang air saat hujan," katanya.