Yogyakarta (ANTARA) - Upaya Pemerintah Kota Yogyakarta untuk merevitalisasi jalur pedestrian di kota tersebut dilanjutkan pada 2020 yaitu di ruas Jalan Jenderal Sudirman yang akan dikerjakan pada April dan ditargetkan dapat diselesaikan pada Oktober.

“Awal pekerjaan revitalisasi tahap dua trotoar Jalan Sudirman akan kami percepat yaitu dimulai pada April sehingga awal Oktober sudah selesai,” kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Kawasan Permukiman (DPUPKP) Kota Yogyakarta Agus Tri Haryono di Yogyakarta, Rabu.

Pekerjaan revitalisasi trotoar tahap dua tersebut akan dilakukan dari simpang Jembatan Gondolayu hingga kawasan Tugu Yogyakarta, bahkan hingga radius 100 meter ke seluruh penggal jalan yang berada di simpang Tugu yaitu di Jalan Pangeran Diponegoro, Jalan Mangkubumi hingga Jalan Margo Utomo.

Revitalisasi diharapkan dapat diselesaikan pada awal Oktober karena penggal jalan tersebut akan dimanfaatkan sebagai jalur utama penyelenggaraan kegiatan rutin tahunan Jogja Night Carnival yang digelar untuk memeriahkan ulang tahun Kota Yogyakarta. Kegiatan biasanya digelar tiap 7 Oktober.

“Anggaran untuk revitalisasi trotoar tahap dua ini berasal dari dana keistimewaan. Sama seperti saat kami melakukan revitalisasi tahap pertama yaitu dari simpang Gramedia hingga simpang Jembatan Gondolayu,” katanya.

Alokasi anggaran untuk revitalisasi trotoar tahap dua di Jalan Jenderal Sudirman tersebut mencapai Rp27 miliar. Dalam pekerjaan tersebut juga akan dilakukan “ducting” untuk kabel udara baik kabel fiber optic yang dimiliki provider telepon selular dan juga kabel listrik milik PT PLN.

“Dalam pekerjaan kali ini, kami juga akan melebarkan trotoar di Jalan Jenderal Sudirman tetapi khusus trotoar di sisi selatan sebanyak satu meter sedangkan trotoar di sisi utara tidak akan dilebarkan,” katanya.

Pelebaran pedestrian di sisi selatan tersebut akan mempengaruhi lebar Jalan Sudirman sehingga perlu dilakukan penggeseran pembatas jalan sejauh satu meter ke sisi utara agar arus lalu lintas dari timur ke barat tetap lancar.

Agus mengatakan, jika tidak dilakukan penggeseran pembatas jalan, maka dimungkinkan terjadi kemacetan lalu lintas di jalan sisi selatan karena volume kendaraan yang melintas cenderung lebih padat dibanding jalan di sisi utara.

“Oleh karenanya, agar lalu lintas tetap berjalan dengan lancar, maka pembatas jalan kami geser satu meter ke utara,” katanya.

Sedangkan dari sisi material atau bahan untuk trotoar, Agus mengatakan, akan menggunakan material yang berbeda dibanding material yang digunakan untuk revitalisasi pedestrian Jalan Jenderal Sudirman tahap pertama.

“Material trotoar akan lebih berpori. Tujuannya supaya air hujan lebih cepat meresap ke dalam tanah sehingga tidak menimbulkan genangan,” katanya.

Selain pelebaran trotoar, juga akan ditambah dengan penanda kawasan berupa aksara Jawa berbunyi Tugu Jogja.

Selain di Jalan Jenderal Sudirman, penataan trotoar juga akan dilakukan di Jalan KH Ahmad Dahlan yaitu dari Titik Nol Kilometer hingga simpang Ngabean.

“Konsep penataan akan sama seperti penataan jalur pedestrian di sekitar Titik Nol Kilometer. Untuk di jalan ini, tidak akan dilakukan pelebaran trotoar karena dinilai sudah cukup ideal,” katanya.

Sebelumnya, Manajer PT PLN Area Yogyakarta Eric Rossi mengatakan, penataan kabel di sekitar Tugu akan dilakukan bersamaan dengan penataan pedestrian di Jalan Jenderal Sudirman tahap dua, sehingga nantinya tidak akan ada lagi kabel udara di kawasan tersebut.

“Untuk radius jarak dari Tugu, dimungkinkan sekitar 100 meter ke semua simpang jalan. Tetapi tidak menutup kemungkinan bisa lebih jauh,” katanya.

Proses penataan kabel udara di kawasan Tugu akan dilakukan dengan cara “ducting” yaitu menanam atau memasukkan kabel listrik ke dalam saluran khusus di bawah tanah. “Selama proses pemindahan kabel, dimungkinkan tidak perlu dilakukan pemadaman listrik. Kami bisa menyiapkan sumber listrik cadangan yang bisa dimanfaatkan pelanggan,” katanya.

Selain di sekitar kawasan Tugu, penataan kabel listrik udara tersebut juga diharapkan dapat dilanjutkan di sepanjang sumbu filosofis Yogyakarta yaitu hingga ke Panggung Krapyak. “Proses ‘ducting’ memang lebih aman untuk jaringan kabel listrik, tetapi membutuhkan biaya yang sangat besar,” katanya.


Pewarta : Eka Arifa Rusqiyati
Editor : Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2024