Yogyakarta (ANTARA) - Rektor Universitas Widya Mataram (UWM) Yogyakarta Edy Suandi Hamid mengatakan peran sektor pertanian jangan pernah diabaikan sebagai pendorong pemulihan ekonomi Indonesia di masa pandemi COVID-19.
"Ketika sektor industri dan sektor lain melakukan rasionalisasi tenaga kerja, sektor pertanian sebaliknya menambah tenaga kerja pada masa pandemi,” katanya melalui keterangan tertulis di Yogyakarta, Minggu.
Ia menuturkan sektor pertanian harus mendapat perhatian khusus dan jangan sekali-kali diabaikan karena merupakan tempat bergantung bagi sebagian besar masyarakat Indonesia.
Mengacu data angka kerja pada 2020, kata dia, 29,8 persen angkatan kerja di Indonesia bekerja di sektor pertanian. Di sisi lain, sektor pertanian ini juga menghasilkan produk pangan yang menjadi pangan pokok.
"Jika produksi pangan terganggu, bisa mendorong menaikkan harga, dan ini bisa menimbulkan instabilitas politik jika harga pangan naik. Dan jika kita impor, maka ada negara kita terindikasi kedaulatan pangan turun dan perut kita tergantung pada negara lain," ujar Edy.
Mengutip statistik 2020 , ia menuturkan sektor pertanian tumbuh positif. Pada kuartal satu tumbuh 2,2 persen, kuartal dua 2,16 persen, kuartal tiga 2,59 persen, dan awal kuartal empat 2,95 persen.
Pangsa pasar sektor pertanian menunjukkan bahwa sektor pertanian naik signifikan.
"Apabila pangsa 2019 sebesar 12,7 persen, angka itu naik menjadi 13,71 persen pada 2020," kata dia.
Pertumbuhan pangsa pasar itu, kata dia, berdampingan dengan enam sektor lain yang strategis, seperti sektor kesehatan dan sosial, informasi dan komunikasi, pengadaan air, jasa keuangan dan asuransi, pendidikan, dan real estate.
"Sektor pertanian lebih mengejutkan bisa menjadi penyerap tenaga kerja sebanyak lima juta selama pandemi," tutur dia.
"Ketika sektor industri dan sektor lain melakukan rasionalisasi tenaga kerja, sektor pertanian sebaliknya menambah tenaga kerja pada masa pandemi,” katanya melalui keterangan tertulis di Yogyakarta, Minggu.
Ia menuturkan sektor pertanian harus mendapat perhatian khusus dan jangan sekali-kali diabaikan karena merupakan tempat bergantung bagi sebagian besar masyarakat Indonesia.
Mengacu data angka kerja pada 2020, kata dia, 29,8 persen angkatan kerja di Indonesia bekerja di sektor pertanian. Di sisi lain, sektor pertanian ini juga menghasilkan produk pangan yang menjadi pangan pokok.
"Jika produksi pangan terganggu, bisa mendorong menaikkan harga, dan ini bisa menimbulkan instabilitas politik jika harga pangan naik. Dan jika kita impor, maka ada negara kita terindikasi kedaulatan pangan turun dan perut kita tergantung pada negara lain," ujar Edy.
Mengutip statistik 2020 , ia menuturkan sektor pertanian tumbuh positif. Pada kuartal satu tumbuh 2,2 persen, kuartal dua 2,16 persen, kuartal tiga 2,59 persen, dan awal kuartal empat 2,95 persen.
Pangsa pasar sektor pertanian menunjukkan bahwa sektor pertanian naik signifikan.
"Apabila pangsa 2019 sebesar 12,7 persen, angka itu naik menjadi 13,71 persen pada 2020," kata dia.
Pertumbuhan pangsa pasar itu, kata dia, berdampingan dengan enam sektor lain yang strategis, seperti sektor kesehatan dan sosial, informasi dan komunikasi, pengadaan air, jasa keuangan dan asuransi, pendidikan, dan real estate.
"Sektor pertanian lebih mengejutkan bisa menjadi penyerap tenaga kerja sebanyak lima juta selama pandemi," tutur dia.