Yogyakarta (ANTARA) - Rektor Universitas Widya Mataram (UWM) Yogyakarta Prof Edy Suandi Hamid mengusulkan pemerataan akses pendidikan tinggi diangkat sebagai isu yang dibahas dalam Presidensi Forum G20 tahun 2022.
"Kalau mau diangkat di sana (Presidensi Forum G20) adalah persoalan yang berkaitan dengan akses masyarakat untuk memeroleh pendidikan yang lebih tinggi. Artinya pemerataan aksesnya ya," kata Edy di Yogyakarta, Selasa.
Ia menilai akses pendidikan masyarakat, khususnya pendidikan tinggi di Tanah Air masih belum merata.
Dengan dibahas di pertemuan G20, ia berharap antarnegara anggota G20 bisa bahu-membahu membantu dunia dalam mengatasi ketimpangan akses pendidikan tinggi.
"Supaya saling bekerja sama yang sifatnya saling membantu, saling menguatkan, dan saling menguntungkan di antara anggota," kata mantan Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (Aptisi) ini.
Selain pemerataan akses pendidikan tinggi, hal lain yang perlu dibahas dalam Presidensi Forum G20, menurut Edy, adalah pemerataan kualitas pendidikan.
Ia berharap dalam pertemuan itu ada upaya-upaya yang terukur sehingga seluruh anggota G20 memiliki tingkat kualitas pendidikan yang sama-sama tinggi.
"Misalnya Indonesia belajar dari Amerika, ada fasilitas apa yang diberikan sehingga akses pendidikan berkualitas ini menjadi meluas di antara sesama anggota dan bahkan nonanggota," kata mantan Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) ini.
Sebelumnya, Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Anindito Aditomo menyebutkan ada empat agenda prioritas yang akan diperjuangkan Kemendikbudristek pada perhelatan G20, yakni Pendidikan Berkualitas untuk Semua (Universal Quality Education); Teknologi digital dalam Pendidikan (Digital Technologies in Education).
Selanjutnya, Solidaritas dan Kemitraan (Solidarity and Partnership); dan keempat, Masa Depan Dunia Kerja Pasca Pandemi COVID-19 (The Future of Work Post COVID-19).
"Kalau mau diangkat di sana (Presidensi Forum G20) adalah persoalan yang berkaitan dengan akses masyarakat untuk memeroleh pendidikan yang lebih tinggi. Artinya pemerataan aksesnya ya," kata Edy di Yogyakarta, Selasa.
Ia menilai akses pendidikan masyarakat, khususnya pendidikan tinggi di Tanah Air masih belum merata.
Dengan dibahas di pertemuan G20, ia berharap antarnegara anggota G20 bisa bahu-membahu membantu dunia dalam mengatasi ketimpangan akses pendidikan tinggi.
"Supaya saling bekerja sama yang sifatnya saling membantu, saling menguatkan, dan saling menguntungkan di antara anggota," kata mantan Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (Aptisi) ini.
Selain pemerataan akses pendidikan tinggi, hal lain yang perlu dibahas dalam Presidensi Forum G20, menurut Edy, adalah pemerataan kualitas pendidikan.
Ia berharap dalam pertemuan itu ada upaya-upaya yang terukur sehingga seluruh anggota G20 memiliki tingkat kualitas pendidikan yang sama-sama tinggi.
"Misalnya Indonesia belajar dari Amerika, ada fasilitas apa yang diberikan sehingga akses pendidikan berkualitas ini menjadi meluas di antara sesama anggota dan bahkan nonanggota," kata mantan Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) ini.
Sebelumnya, Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Anindito Aditomo menyebutkan ada empat agenda prioritas yang akan diperjuangkan Kemendikbudristek pada perhelatan G20, yakni Pendidikan Berkualitas untuk Semua (Universal Quality Education); Teknologi digital dalam Pendidikan (Digital Technologies in Education).
Selanjutnya, Solidaritas dan Kemitraan (Solidarity and Partnership); dan keempat, Masa Depan Dunia Kerja Pasca Pandemi COVID-19 (The Future of Work Post COVID-19).