Yogyakarta (ANTARA) - Pelaku kuliner di Kota Yogyakarta terutama yang bergerak di sektor usaha kecil mengeluhkan fluktuasi harga bahan kebutuhan pokok yang terjadi cukup cepat sehingga terpaksa menaikkan harga dan mengecilkan ukuran produk mereka.
“Yang kami lakukan adalah menaikkan harga dan menyesuaikan ukuran produk karena memang harga bahan kebutuhan pokok cenderung naik dan harganya fluktuatif,” kata Pengusaha Angkringan “Angkring Jogja” Muhammad Helmi Rakhman di Yogyakarta, Rabu.
Ia mencontohkan, harga satu buah gorengan dengan ukuran normal seharusnya bisa dijual Rp1.500 tetapi konsumen pasti akan keberatan dengan harga tersebut sehingga pelaku usaha memilih mengecilkan ukuran produk agar harga jual tidak terlalu mahal dan masih menutup biaya produksi.
"Konsumen yang biasanya bisa membeli banyak jenis makanan dengan hanya membawa uang Rp10.000, kini hanya bisa membeli sedikit makanan. Makanya jumlah konsumen pun turun dan otomatis omzet turun sekitar 20-30 persen," katanya.
Pelaku usaha, lanjut dia, memilih tidak menyimpan stok bahan kebutuhan pokok karena persediaan pasti akan habis dan harus membeli kembali untuk kebutuhan produksi.
“Jika harga masih tinggi saat harus membeli stok bahan pokok, maka penjual pasti akan menaikkan harga produk,” katanya yang memiliki 92 angkringan dan usaha penjualan serta penyewaan gerobak angkringan.
Ia berharap, harga bahan kebutuhan pokok kembali stabil dan murah karena harga jual makanan di angkringan sudah tidak mungkin untuk dinaikkan kembali.
Sementara itu, Ketua Bidang Restoran dan Hiburan PHRI DIY Aldi Fadlil Diyanto mengatakan, kenaikan bahan kebutuhan pokok belum memberikan beban signifikan pada pelaku usaha restoran yang tergabung dalam organisasi tersebut.
“Karena sebagian besar anggota PHRI adalah restoran bintang tiga ke atas dan restoran untuk pariwisata sehingga kenaikan harga bahan kebutuhan pokok belum memberikan dampak signifikan. Kondisinya bisa berbanding terbalik bagi pelaku rumah makan kecil,” katanya.
Menurut dia, restoran berbintang dan restoran pariwisata masih bisa menyiasati kenaikan harga bahan pokok karena konsumen yang datang pun tidak keberatan jika terjadi kenaikan harga.
Sementara itu, Kepala Bidang Ketersediaan Pengawasan dan Pengendalian Perdagangan Dinas Perdagangan Kota Yogyakarta Riswanti mengatakan fluktuasi harga kebutuhan pokok di pasar tradisional cukup tinggi.
“Hari ini turun, bisa jadi besok sudah naik lagi. Fluktuasinya cepat sekali,” kata Riswanti.
Beberapa bahan kebutuhan pokok yang harga jualnya mengalami fluktuasi di antaranya telur ayam dari Rp24.000 per kilogram menjadi Rp28.000 per kg, bawang merah sempat mencapai Rp70.000 per kg tetapi kini turun menjadi Rp50.000 per kg.
Cabai rawit juga sempat mengalami kenaikan yang signifikan menjadi Rp90.000 per kg dari sebelumnya sekitar Rp30.000 per kg tetapi saat ini sudah stabil di harga Rp85.000 per kg.
Meskipun harga bahan kebutuhan pokok cukup tinggi, namun ia memastikan persediaan dalam jumlah cukup.
Riswanti mengatakan, tidak dapat menyebut secara pasti penyebab fluktuasi harga tersebut dan berharap bukan disebabkan oleh permainan tengkulak.
“Yang kami lakukan adalah menaikkan harga dan menyesuaikan ukuran produk karena memang harga bahan kebutuhan pokok cenderung naik dan harganya fluktuatif,” kata Pengusaha Angkringan “Angkring Jogja” Muhammad Helmi Rakhman di Yogyakarta, Rabu.
Ia mencontohkan, harga satu buah gorengan dengan ukuran normal seharusnya bisa dijual Rp1.500 tetapi konsumen pasti akan keberatan dengan harga tersebut sehingga pelaku usaha memilih mengecilkan ukuran produk agar harga jual tidak terlalu mahal dan masih menutup biaya produksi.
"Konsumen yang biasanya bisa membeli banyak jenis makanan dengan hanya membawa uang Rp10.000, kini hanya bisa membeli sedikit makanan. Makanya jumlah konsumen pun turun dan otomatis omzet turun sekitar 20-30 persen," katanya.
Pelaku usaha, lanjut dia, memilih tidak menyimpan stok bahan kebutuhan pokok karena persediaan pasti akan habis dan harus membeli kembali untuk kebutuhan produksi.
“Jika harga masih tinggi saat harus membeli stok bahan pokok, maka penjual pasti akan menaikkan harga produk,” katanya yang memiliki 92 angkringan dan usaha penjualan serta penyewaan gerobak angkringan.
Ia berharap, harga bahan kebutuhan pokok kembali stabil dan murah karena harga jual makanan di angkringan sudah tidak mungkin untuk dinaikkan kembali.
Sementara itu, Ketua Bidang Restoran dan Hiburan PHRI DIY Aldi Fadlil Diyanto mengatakan, kenaikan bahan kebutuhan pokok belum memberikan beban signifikan pada pelaku usaha restoran yang tergabung dalam organisasi tersebut.
“Karena sebagian besar anggota PHRI adalah restoran bintang tiga ke atas dan restoran untuk pariwisata sehingga kenaikan harga bahan kebutuhan pokok belum memberikan dampak signifikan. Kondisinya bisa berbanding terbalik bagi pelaku rumah makan kecil,” katanya.
Menurut dia, restoran berbintang dan restoran pariwisata masih bisa menyiasati kenaikan harga bahan pokok karena konsumen yang datang pun tidak keberatan jika terjadi kenaikan harga.
Sementara itu, Kepala Bidang Ketersediaan Pengawasan dan Pengendalian Perdagangan Dinas Perdagangan Kota Yogyakarta Riswanti mengatakan fluktuasi harga kebutuhan pokok di pasar tradisional cukup tinggi.
“Hari ini turun, bisa jadi besok sudah naik lagi. Fluktuasinya cepat sekali,” kata Riswanti.
Beberapa bahan kebutuhan pokok yang harga jualnya mengalami fluktuasi di antaranya telur ayam dari Rp24.000 per kilogram menjadi Rp28.000 per kg, bawang merah sempat mencapai Rp70.000 per kg tetapi kini turun menjadi Rp50.000 per kg.
Cabai rawit juga sempat mengalami kenaikan yang signifikan menjadi Rp90.000 per kg dari sebelumnya sekitar Rp30.000 per kg tetapi saat ini sudah stabil di harga Rp85.000 per kg.
Meskipun harga bahan kebutuhan pokok cukup tinggi, namun ia memastikan persediaan dalam jumlah cukup.
Riswanti mengatakan, tidak dapat menyebut secara pasti penyebab fluktuasi harga tersebut dan berharap bukan disebabkan oleh permainan tengkulak.