Gunungkidul (ANTARA) - Petani di Desa/Kalurahan Bunder, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, panen raya jagung seluas 20 hektare dengan produktivitas 5,8 ton jagung pipil kering pada awal Tahun 2023.
Ketua Kelompok Tani Karya Bakti Kemuning Supardi di Gunungkidul, Kamis, mengatakan petani Bunder mengembangkan tanaman tumpangsari menggunakan lahan milik Perhutani seluas 50 hektare, sedangkan panen raya jagung dilaksanakan di atas lahan 20 hektare.
“Hasilnya cukup bagus berdasarkan hasil ubinan 2,5 meter persegi menghasilkan 6,4 kilogram. Setelah dilakukan perhitungan dan konvensi lahan per hektare menghasilkan 5,8 ton jagung pipil kering,” kata Supardi.
Ia mengatakan jenis jagung yang ditanam diantaranya bisi 79 dan beberapa variestas lain seperti pioner. Sebagian besar bibit jagung di peroleh dari anggaran dana desa dan swadaya sendiri dari petani.
Kendala yang dihadapi petani yakni kesulitan mendapatkan pupuk bersubsidi. Kelompok sudah mengajukan Rencana Definitif Kebutuhan Kelompokatau RDKK pupuk, tapi saat mau dibeli tidak ada barang.
“Kami mohon kepada Pemkab Gunungkidul, jika ada bantuan benih bantuan pupuk kami siap menerima,” katanya.
Bupati Gunungkidul Sunaryanta berharap masyarakat tetap mempertahankan kebersamaan sebagai salah satu kekuatan dalam mengelola areal persawahan untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
“Ke depan, Gunungkidul ada penawaran penanaman jagung dan kedelai dengan jumlah banyak. Kami harap para petani ini bersiap ini sudah ditawarkan pemerintah pusat kemarin,” katanya.
Lurah Kalurahan Bunder Maryadi berharap pemerintah kabupaten memperhatikan masalah pupuk. Utamanya pupuk bersubsidi agar dapat diterima petani sesuai dengan kebutuhan dan distribusinya lancar.
“Harapan kita pupuk, benih lancar. Karena ini harapan semua petani,” katanya.
Ketua Kelompok Tani Karya Bakti Kemuning Supardi di Gunungkidul, Kamis, mengatakan petani Bunder mengembangkan tanaman tumpangsari menggunakan lahan milik Perhutani seluas 50 hektare, sedangkan panen raya jagung dilaksanakan di atas lahan 20 hektare.
“Hasilnya cukup bagus berdasarkan hasil ubinan 2,5 meter persegi menghasilkan 6,4 kilogram. Setelah dilakukan perhitungan dan konvensi lahan per hektare menghasilkan 5,8 ton jagung pipil kering,” kata Supardi.
Ia mengatakan jenis jagung yang ditanam diantaranya bisi 79 dan beberapa variestas lain seperti pioner. Sebagian besar bibit jagung di peroleh dari anggaran dana desa dan swadaya sendiri dari petani.
Kendala yang dihadapi petani yakni kesulitan mendapatkan pupuk bersubsidi. Kelompok sudah mengajukan Rencana Definitif Kebutuhan Kelompokatau RDKK pupuk, tapi saat mau dibeli tidak ada barang.
“Kami mohon kepada Pemkab Gunungkidul, jika ada bantuan benih bantuan pupuk kami siap menerima,” katanya.
Bupati Gunungkidul Sunaryanta berharap masyarakat tetap mempertahankan kebersamaan sebagai salah satu kekuatan dalam mengelola areal persawahan untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
“Ke depan, Gunungkidul ada penawaran penanaman jagung dan kedelai dengan jumlah banyak. Kami harap para petani ini bersiap ini sudah ditawarkan pemerintah pusat kemarin,” katanya.
Lurah Kalurahan Bunder Maryadi berharap pemerintah kabupaten memperhatikan masalah pupuk. Utamanya pupuk bersubsidi agar dapat diterima petani sesuai dengan kebutuhan dan distribusinya lancar.
“Harapan kita pupuk, benih lancar. Karena ini harapan semua petani,” katanya.