Sleman (ANTARA) - Bupati Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kustini Sri Purnomo menegaskan kunci keberhasilan gerakan pilah sampah adalah dimulai dari keluarga sehingga timbul kesadaran bersama untuk menjaga kebersihan baik di rumah maupun di lingkungan sekitarnya.
"Kuncinya ada pada keluarga. Kalau di tingkat masing-masing keluarga sudah 'clear' (selesai pilah sampah), maka lingkungan sekitarnya akan juga selesai," kata Kustini di Sleman, Selasa.
Hal tersebut disampaikan Bupati Sleman terkait dengan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) yang diperingati setiap 21 Februari.
Menurut dia, masih diperlukannya edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat secara masif yang harus dilakukan oleh seluruh komponen. Karena gerakan pilah sampah ini bukan hanya berbicara program melainkan perubahan perilaku masyarakat.
"Membiasakan masyarakat itu sangat sulit, sehingga kita perlu upaya keras bagaimana kita mengedukasi masyarakat, mendampingi masyarakat untuk melakukan pemilahan, ini yang akan selalu kami upayakan," katanya.
Dalam menyambut Hari Peduli Sampah Nasional ini, Bupati Sleman mengajak kepada seluruh masyarakat untuk berupaya menjaga kelestarian alam dan mewujudkan lingkungan hidup yang bersih serta nyaman bagi kehidupan.
"Dengan peringatan Hari Peduli Sampah Nasional, dapat mendorong dan memotivasi masyarakat untuk mengelola sampah sehingga terwujud Sleman yang sehat, cerdas, sejahtera dan berdaya saing," katanya.
Ia mengatakan, bahwa pihaknya juga telah membuat surat edaran untuk mengurangi dan memilah sampah kepada 17 kapanewon (kecamatan), instansi, sekolah, pasar, tempat wisata dan sebagainya. Upaya ini sebagai wujud nyata Pemkab Sleman dalam menekan volume sampah di wilayah Sleman.
"Sudah dibuat edaran sebagai penguat dari instruksi Bupati Sleman No.30/2022 tentang Gerakan Pilah Sampah. Kami ingin ini menjadi gerakan bersama seluruh lapisan masyarakat untuk bersama-sama peduli sampah," katanya.
Kustini mengatakan, saat ini Pemkab Sleman juga berupaya menyelesaikan permasalahan sampah melalui optimalisasi transfer depo, Tempat Pengelolaan Sampah Reuse, Reduce, Recycle (TPS3R), bank sampah dan akhirnya sampah dikelola di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) atau dikelola bekerja sama dengan pihak swasta.
"Ada berbagai langkah yang telah kita ambil. Intinya gerakan ini harus ada juga dukungan dari masyarakat agar Sleman tuntas kelola sampah," katanya.
"Kuncinya ada pada keluarga. Kalau di tingkat masing-masing keluarga sudah 'clear' (selesai pilah sampah), maka lingkungan sekitarnya akan juga selesai," kata Kustini di Sleman, Selasa.
Hal tersebut disampaikan Bupati Sleman terkait dengan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) yang diperingati setiap 21 Februari.
Menurut dia, masih diperlukannya edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat secara masif yang harus dilakukan oleh seluruh komponen. Karena gerakan pilah sampah ini bukan hanya berbicara program melainkan perubahan perilaku masyarakat.
"Membiasakan masyarakat itu sangat sulit, sehingga kita perlu upaya keras bagaimana kita mengedukasi masyarakat, mendampingi masyarakat untuk melakukan pemilahan, ini yang akan selalu kami upayakan," katanya.
Dalam menyambut Hari Peduli Sampah Nasional ini, Bupati Sleman mengajak kepada seluruh masyarakat untuk berupaya menjaga kelestarian alam dan mewujudkan lingkungan hidup yang bersih serta nyaman bagi kehidupan.
"Dengan peringatan Hari Peduli Sampah Nasional, dapat mendorong dan memotivasi masyarakat untuk mengelola sampah sehingga terwujud Sleman yang sehat, cerdas, sejahtera dan berdaya saing," katanya.
Ia mengatakan, bahwa pihaknya juga telah membuat surat edaran untuk mengurangi dan memilah sampah kepada 17 kapanewon (kecamatan), instansi, sekolah, pasar, tempat wisata dan sebagainya. Upaya ini sebagai wujud nyata Pemkab Sleman dalam menekan volume sampah di wilayah Sleman.
"Sudah dibuat edaran sebagai penguat dari instruksi Bupati Sleman No.30/2022 tentang Gerakan Pilah Sampah. Kami ingin ini menjadi gerakan bersama seluruh lapisan masyarakat untuk bersama-sama peduli sampah," katanya.
Kustini mengatakan, saat ini Pemkab Sleman juga berupaya menyelesaikan permasalahan sampah melalui optimalisasi transfer depo, Tempat Pengelolaan Sampah Reuse, Reduce, Recycle (TPS3R), bank sampah dan akhirnya sampah dikelola di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) atau dikelola bekerja sama dengan pihak swasta.
"Ada berbagai langkah yang telah kita ambil. Intinya gerakan ini harus ada juga dukungan dari masyarakat agar Sleman tuntas kelola sampah," katanya.