Yogyakarta (ANTARA) - Perubahan perilaku masyarakat dianggap sebagai salah satu hal yang penting dalam mengatasi persoalan boros pangan (food waste) di Indonesia, sehingga Inisiatif Consumindful: Makan Bijak, Tanpa Sisa kembali mengadakan workshop di Yogyakarta, Kamis (16/11), setelah peluncurannya pada April 2023 lalu.
Workshop ini bertujuan untuk membagikan wawasan terbaru yang didapatkan selama kampanye Consumindful. Inisiatif Consumindful diinisiasi Indonesia Business Council for Sustainable Development (IBCSD) bersama WRAP dan GRASP 2030, dengan dukungan Kedutaan Besar Denmark di Indonesia, sebagai upaya kontribusi dalam mengurangi kehilangan dan boros pangan.
Direktur Eksekutif IBCSD Indah Budiani mengatakan perubahan perilaku konsumen terkait pencegahan pemborosan pangan diperlukan, karena diketahui bahwa makanan yang terbuang paling banyak dihasilkan dari aktivitas konsumsi.
Oleh karena itu, strategi kampanye Consumindful lebih fokus mengajak konsumen untuk mencegah pemborosan pangan dari skala rumah tangga masing-masing.
"Bicara tentang budaya, maka kita bicara tentang perubahan perilaku yang menjadi ruh dari Consumindful. Pengambilan keputusan yang sadar diikuti aksi adalah kunci yang membuat manusia berubah," katanya.
Febrina Cholida, selaku Analis Ketahanan Pangan yang hadir mewakili Deputi II Bidang Kerawanan Pangan dan Gizi Badan Pangan Nasional Nyoto Suwignyo, dalam pidato utama yang disampaikan dalam acara ini, mengatakan isu susut dan boros pangan menjadi perhatian serius Indonesia dan negara-negara lainnya.
"Hal itu seperti yang disampaikan Badan Pangan Nasional dalam forum UN Food Systems Summit +2 Stocktaking Moment 2023 lalu. Oleh karena itu, kami ingin mencapai Better Nutrition, Better Behavior, dan Better Collaboration untuk bersama-sama mengatasi isu ini," katanya.
Michael Jones, International Partnership Manager WRAP, mengatakan fase konsumsi perlu diperhatikan karena sisa makanan paling banyak dihasilkan pada tahap ini. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa manusia adalah makhluk yang kompleks, perilakunya juga kompleks.
"Untuk itu, kami membuat intervensi yang menargetkan kelompok usia 18-34 yang diketahui adalah pengguna sosial media dan peduli isu lingkungan," ujarnya.
Hanne Larsen, Minister Counsellor for Food and Agriculture Kedutaan BesarDenmark di Indonesia, mengajak generasi muda untuk membawa perubahan pada isu-isu lingkungan sangat penting.
"Denmark tetap mendukung Indonesia untuk mengatasi isu susut dan boros pangan karena memiliki misi yang sama untuk mencapai ekonomi sirkular. Consumindful adalah inisiatif yang menarik karena memanfaatkan jaringan luas milik IBCSD dengan pengalaman global yang dimiliki WRAP," katanya.
Sementara itu, Yogyakarta menjadi lokasi kampanye Consumindful karena dikenal sebagai daerah wisata dan pelajar dengan banyaknya pendatang dari daerah lain, sehingga menjadikan upaya penanganan sampah makanan di Yogyakarta sangat penting. Selain itu, Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Pemprov DIY) juga memiliki komitmen untuk mendorong upaya penanganan sampah makanan.
Sekretaris Daerah DIY Beny Suharsono menyampaikan apresiasi karena telah secara nyata menjadi mitra aktif pemerintah supaya bersama-sama mengelola makanan sesuai porsinya.
"Harapan besar agar kampanye ini membawa perubahan, karena perubahan besar tentu diawali dari langkah kecil yang konsisten dan terukur. Pesan kami untuk memanfaatkan hasil dari kampanye ini untuk bahan melangkah dan terciptanya kolaborasi antarpihak di DIY," ujarnya.
Harapannya, data dan pengetahuan baru yang diperoleh dari kampanye ini dapat menjadi bahan masukan dan menginspirasi berbagai pihak dalam upaya mengurangi pemborosan pangan. Diharapkan juga akan semakin banyak masyarakat dan industri yang peduli terkait isu kehilangan dan boros pangan serta ikut mengambil aksi nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Workshop ini bertujuan untuk membagikan wawasan terbaru yang didapatkan selama kampanye Consumindful. Inisiatif Consumindful diinisiasi Indonesia Business Council for Sustainable Development (IBCSD) bersama WRAP dan GRASP 2030, dengan dukungan Kedutaan Besar Denmark di Indonesia, sebagai upaya kontribusi dalam mengurangi kehilangan dan boros pangan.
Direktur Eksekutif IBCSD Indah Budiani mengatakan perubahan perilaku konsumen terkait pencegahan pemborosan pangan diperlukan, karena diketahui bahwa makanan yang terbuang paling banyak dihasilkan dari aktivitas konsumsi.
Oleh karena itu, strategi kampanye Consumindful lebih fokus mengajak konsumen untuk mencegah pemborosan pangan dari skala rumah tangga masing-masing.
"Bicara tentang budaya, maka kita bicara tentang perubahan perilaku yang menjadi ruh dari Consumindful. Pengambilan keputusan yang sadar diikuti aksi adalah kunci yang membuat manusia berubah," katanya.
Febrina Cholida, selaku Analis Ketahanan Pangan yang hadir mewakili Deputi II Bidang Kerawanan Pangan dan Gizi Badan Pangan Nasional Nyoto Suwignyo, dalam pidato utama yang disampaikan dalam acara ini, mengatakan isu susut dan boros pangan menjadi perhatian serius Indonesia dan negara-negara lainnya.
"Hal itu seperti yang disampaikan Badan Pangan Nasional dalam forum UN Food Systems Summit +2 Stocktaking Moment 2023 lalu. Oleh karena itu, kami ingin mencapai Better Nutrition, Better Behavior, dan Better Collaboration untuk bersama-sama mengatasi isu ini," katanya.
Michael Jones, International Partnership Manager WRAP, mengatakan fase konsumsi perlu diperhatikan karena sisa makanan paling banyak dihasilkan pada tahap ini. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa manusia adalah makhluk yang kompleks, perilakunya juga kompleks.
"Untuk itu, kami membuat intervensi yang menargetkan kelompok usia 18-34 yang diketahui adalah pengguna sosial media dan peduli isu lingkungan," ujarnya.
Hanne Larsen, Minister Counsellor for Food and Agriculture Kedutaan BesarDenmark di Indonesia, mengajak generasi muda untuk membawa perubahan pada isu-isu lingkungan sangat penting.
"Denmark tetap mendukung Indonesia untuk mengatasi isu susut dan boros pangan karena memiliki misi yang sama untuk mencapai ekonomi sirkular. Consumindful adalah inisiatif yang menarik karena memanfaatkan jaringan luas milik IBCSD dengan pengalaman global yang dimiliki WRAP," katanya.
Sementara itu, Yogyakarta menjadi lokasi kampanye Consumindful karena dikenal sebagai daerah wisata dan pelajar dengan banyaknya pendatang dari daerah lain, sehingga menjadikan upaya penanganan sampah makanan di Yogyakarta sangat penting. Selain itu, Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Pemprov DIY) juga memiliki komitmen untuk mendorong upaya penanganan sampah makanan.
Sekretaris Daerah DIY Beny Suharsono menyampaikan apresiasi karena telah secara nyata menjadi mitra aktif pemerintah supaya bersama-sama mengelola makanan sesuai porsinya.
"Harapan besar agar kampanye ini membawa perubahan, karena perubahan besar tentu diawali dari langkah kecil yang konsisten dan terukur. Pesan kami untuk memanfaatkan hasil dari kampanye ini untuk bahan melangkah dan terciptanya kolaborasi antarpihak di DIY," ujarnya.
Harapannya, data dan pengetahuan baru yang diperoleh dari kampanye ini dapat menjadi bahan masukan dan menginspirasi berbagai pihak dalam upaya mengurangi pemborosan pangan. Diharapkan juga akan semakin banyak masyarakat dan industri yang peduli terkait isu kehilangan dan boros pangan serta ikut mengambil aksi nyata dalam kehidupan sehari-hari.