Sleman membuat gerakan setop boros pangan

id Stop boros pangan ,Bupati Sleman Kustini ,Dinas Pertanian Sleman ,Kabupaten Sleman ,Sleman ,Pangan

Sleman membuat gerakan setop boros pangan

Plt Kepala Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman Suparmono. Foto ANTARA/Victorianus Sat Pranyoto

Sleman (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta bertepatan dengan peringatan Hari Pangan se Dunia yang jatuh pada 16 Oktober membuat gerakan Setop Boros Pangan guna mengantisipasi kemungkinan terjadinya defisit pangan pada tahun-tahun yang akan datang.

"Ketersediaan pangan selama masa pandemi COVID-19 di Kabupaten Sleman masih aman. Namun bertepatan dengan Hari Pangan se Dunia, Bupati Sleman membuat gerakan masyarakat Sleman untuk Setop Boros Pangan, dimulai dari diri kita, " kata Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman Suparmono di Sleman, Selasa.

Menurut dia, alasannya dari gerakan tersebut karena kondisi saat ini pemenuhan pangan di Kabupaten Sleman menghadapi tantangan dengan tingginya alih fungsi lahan, sementara jumlah penduduk cenderung terus naik.

"Sehingga perlu ada strategi alternatif yaitu menekan kebutuhan pangan melalui penurunan pemborosan pangan," katanya.

Ia mengatakan, dari sisi produksi Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan terus meningkatkan lewat intensifikasi dan dicari alternatif gerakan masyarakat untuk tidak boros pangan, karena sisa pangan di Indonesia cukup tinggi.

"Paling boros nomor satu Arab Saudi dan Indonesia menempati nomor 2. Kalau kondisi alih lahan dan cara konsumsi pangan seperti sekarang, maka diperkirakan pada 2022-2023 Sleman bisa defisit beras," katanya.

Suparmono mengatakan, saat ini Sleman masih surplus beras 70 ribu ton beberapa waktu lalu surplus 100 ribu ton.

"Dan ini turun terus dari tahun ke tahun," katanya.

Ia mengatakan, menurut perhitungan dalam 1 kilogram beras terdapat 50.000 butir. Jika penduduk Sleman masing-masing menyisakan satu butir nasi, maka jumlah nasi yang terbuang sebesar 24,7 ton per tahun.

"Artinya banyak sekali pangan kita terbuang yang seharusnya dapat mencukupi kebutuhan pangan kita," katanya.

Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo mengatakan salah satu penyebab pemborosan pangan adalah perilaku konsumsi pangan kita.

"Masih banyak masyarakat yang tidak menghargai pangan, seperti makan tidak habis, belanja berlebihan, gengsi menghabiskan makanan, hasil pertanian dibiarkan busuk akibat harga rendah, dan lainnya," katanya.

Oleh karena itu, kata dia, Pemkab Sleman mengajak kepada seluruh masyarakat di Kabupaten Sleman, untuk makan secukupnya dan jangan menyisakan nasi yang sudah dipiring.

"Mari untuk mulai menghargai pangan, Stop Boros Pangan mulai dari piring kita," katanya.


 
Pewarta :
Editor: Herry Soebanto
COPYRIGHT © ANTARA 2024