Bantul (ANTARA) - Pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Pedukuhan Wonotingal, Kelurahan Poncosari, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengembangkan usaha pengolahan abon dari daging ikan lele yang dapat bermanfaat untuk mencegah stunting.
Pengelola UMKM Minarasaku Abon Lele Wonotingal Guritna Candra Dewi di Bantul, Jumat, mengatakan, usaha mengolah lele menjadi abon berawal dari ibu-ibu di Wonotingal yang ingin agar anak-anaknya gemar mengonsumsi ikan, lele dipilih karena pedukuhan ini dekat dengan sentra budidaya lele.
"Ibu-ibu ingin agar anak-anak di sini bisa makan ikan dengan enak. Akhirnya kami membuat abon, kalau abon itu kan butuh lele yang besar-besar. Sekitar sini bahannya ada, dan lele itu gizinya juga baik mengandung fosfor, omega 3, dan lemaknya sedikit," kata Guritna.
Mengutip dari laman Kementerian Kelautan dan Perikanan, salah satu upaya pemerintah dalam menurunkan angka stunting di Indonesia yakni dengan konsumsi ikan yang memiliki protein tinggi namun tetap dengan harga murah.
Salah satunya ikan lele, karena selain harganya murah, lele juga mengandung Vitamin B12, DHA dan omega 3. Karena manfaatnya ini lele menjadi sumber pangan yang populer dalam berbagai macam olahan masakan.
Guritna mengatakan, olahan lele yang belum begitu ramai di pasaran yakni abon lele, padahal abon lele berpeluang menjadi sebuah usaha, karena itu peluang inilah yang ditangkap ibu-ibu dusun Wonotingal, Poncosari, Bantul, yang tergabung dalam kelompok UMKM Minarasaku.
Menurut dia, ketersediaan bahan baku lele yang melimpah serta kandungan gizi yang baik menjadikan usaha ini terus berkembang. Meski baru dimulai pada Juli 2023, namun usaha pengolahan abon lele dapat meraih omzet jutaan rupiah dalam sebulan.
Dia mengatakan, untuk satu kali produksi olahan abon lele membutuhkan waktu sekitar lima jam. Daging ikan lele yang digunakan dalam olahan abon lele merupakan lele berukuran besar dengan berat sekitar satu setengah kilogram.
"Untuk memudahkan pengolahannya kami butuh lele yang besar, satu lele itu paling tidak beratnya satu setengah kilogram," Guritna yang juga Kepala Divisi Pemasaran kelompok UMKM yang kini mampu menyerap tenaga kerja 11 perempuan warga sekitar.
Dia mengatakan, abon lele dijual dengan harga Rp25.000 untuk kemasan 100 gram, dan Rp13.000 untuk abon lele kemasan 50 gram. Sementara abon lele curah tanpa kemasan dijual seharga sebesar Rp195.000 per kilogram.
"Untuk sementara ini kami berproduksi hanya seminggu dua kali, sekali produksi biasanya mengolah bahan baku lele sekitar 70 kilogram. Kemudian untuk pemasaran kami offline dan online, untuk online masih di Jawa," kata Guritna.
UMKM Bantul mengembangkan usaha olahan abon lele untuk cegah stunting
UMKM pengolahan abon lele di pedukuhan Wonotingal, Kelurahan Poncosari, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. (ANTARA/Hery Sidik)