Gunungkidul (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengkampanyekan konsumsi protein hewani dalam makanan pendamping air susu ibu untuk mempercepat penanggulangan stunting di wilayah itu.
"Pemberian makanan pendamping air susu ibu (MP ASI) bersumber protein hewani diharapkan penurunan stunting di Kabupaten Gunungkidul bisa lebih sukses dan angka stunting bisa lebih turun lagi," kata Wakil Bupati Gunungkidul Heri Susanto di Gunungkidul, Kamis.
Ia mengatakan, pencegahan stunting dimulai dari usia remaja, calon pengantin, ibu hamil dan pada usia balita terutama pada MP ASI-nya.
Implementasi kebijakan percepatan penurunan stunting di Kabupaten Gunungkidul dengan menggalakkan seluruh masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat melalui gerakan konsumsi protein hewani khususnya kelompok usia 1.000 hari pertama kehidupan (HPK).
"Mari dukung ibu dalam keberhasilan menyusui eksklusif dan memperkaya protein hewani dalam MP ASI dan konvergensi intervensi spesifik dan sensitif dalam penurunan stunting," katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul Ismono mengatakan dari data balita stunting hasil pemantauan status gizi pada 2023, di Kabupaten Gunungkidul tercatat sekitar 4.310 balita mengalami stunting atau sekitar 15,25 persen dari sekitar 28.260 balita yang diukur tumbuh kembangnya.
Sementara target baseline dalam RPJMD 2021-2026 disebutkan bahwa dari baseline data 2020 sebesar 17,43 persen, 2022 sebesar 15,5 persen, dan 2023 sebesar 15,2 persen, dan diharapkan untuk 2024 14,9 persen, 2025 14,6 persen dan di 2026 diharapkan angka stunting di Gunungkidul mencapai 14 persen.
Sementara dari hasil Survei Kesehatan yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan dari tahun 2021 dengan SSGI persentase balita stunting di kabupaten Gunungkidul sebesar 20,6 persen. Pada 2022 persentase stunting hasil SSGI naik menjadi 23,6 persen dan pada 2023 dengan dilakukannya Survei Kesehatan Indonesia (SKI) prosentase balita stunting di Gunungkidul menurun menjadi 22,2 persen.
"Sementara dari hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) yang dilakukan oleh tenaga gizi di puskesmas pada 2022 menunjukkan angka 15, 42 persen atau sekitar 4.574 balita, sedangkan untuk 2023 menurun menjadi 4.310 balita atau sekitar 15.25 persen," katanya.
"Pemberian makanan pendamping air susu ibu (MP ASI) bersumber protein hewani diharapkan penurunan stunting di Kabupaten Gunungkidul bisa lebih sukses dan angka stunting bisa lebih turun lagi," kata Wakil Bupati Gunungkidul Heri Susanto di Gunungkidul, Kamis.
Ia mengatakan, pencegahan stunting dimulai dari usia remaja, calon pengantin, ibu hamil dan pada usia balita terutama pada MP ASI-nya.
Implementasi kebijakan percepatan penurunan stunting di Kabupaten Gunungkidul dengan menggalakkan seluruh masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat melalui gerakan konsumsi protein hewani khususnya kelompok usia 1.000 hari pertama kehidupan (HPK).
"Mari dukung ibu dalam keberhasilan menyusui eksklusif dan memperkaya protein hewani dalam MP ASI dan konvergensi intervensi spesifik dan sensitif dalam penurunan stunting," katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul Ismono mengatakan dari data balita stunting hasil pemantauan status gizi pada 2023, di Kabupaten Gunungkidul tercatat sekitar 4.310 balita mengalami stunting atau sekitar 15,25 persen dari sekitar 28.260 balita yang diukur tumbuh kembangnya.
Sementara target baseline dalam RPJMD 2021-2026 disebutkan bahwa dari baseline data 2020 sebesar 17,43 persen, 2022 sebesar 15,5 persen, dan 2023 sebesar 15,2 persen, dan diharapkan untuk 2024 14,9 persen, 2025 14,6 persen dan di 2026 diharapkan angka stunting di Gunungkidul mencapai 14 persen.
Sementara dari hasil Survei Kesehatan yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan dari tahun 2021 dengan SSGI persentase balita stunting di kabupaten Gunungkidul sebesar 20,6 persen. Pada 2022 persentase stunting hasil SSGI naik menjadi 23,6 persen dan pada 2023 dengan dilakukannya Survei Kesehatan Indonesia (SKI) prosentase balita stunting di Gunungkidul menurun menjadi 22,2 persen.
"Sementara dari hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) yang dilakukan oleh tenaga gizi di puskesmas pada 2022 menunjukkan angka 15, 42 persen atau sekitar 4.574 balita, sedangkan untuk 2023 menurun menjadi 4.310 balita atau sekitar 15.25 persen," katanya.